5. Nala

385 62 14
                                    

Selama libur sehabis ujian dan tinggal menunggu hasil akhir, aku berusaha untuk tetap menyibukkan diri. Hari ini aku memutuskan untuk merapikan kamar kost yang sudah dua semester ini sudah menjadi basecamp.

Walaupun punya rumah, setelah semester dua aku memohon pada Mama untuk mengizinkanku mencari kost di sekitar kampus karena tak sanggup untuk selalu melaju kampus-rumah menggunakan sepeda motor. Mengingat betapa panasnya Jogja dan sibuknya jadwalku yang sok ikut organisasi. Walaupun aku harus menerima konsekuensi uang jajan yang dipotong paksa karena harus menutupi biaya kost.

Aku mulai membersihkan meja yang tertumpuk kertas yang entah apa tulisannya. Memilah mana yang sebenarnya harus aku simpan atau tak sengaja mejadi sampah yang tersimpan. Bahkan di tumpukkan kertas itu ada polaroid yang rupanya lupa ku pajang.

Dan sebuah foto kucing belang dua yang sedang dipegang oleh Raka dan aku. Nala, nama kucing yang entah darimana Raka mendapatkan idenya. Ngomong-ngomong setelah putus dengan Raka hampir satu bulan ini, aku tak pernah memeriksa keadaan Nala walaupun Raka sudah menyinggung di e-mail.

... aku merindukan Nala dan juga yang memberikannya nama.

***

Januari, 2018.

Raka❤️
yang
laper ga
burjo yuk:((

Laras C.
nggak ah
burjo mulu u

Raka❤️
lagi tanggal tua nih
pengen magelangan juga aku
ayo sih, aku jmput

Laras C.
makan sendiri napa sihhh
udah jam 10 jg

Raka❤️
alahhhh bilang aja masih marah
yakan????
karena kemarin gak aku temanin
kamu kesel krna ngidam taichan babarsari😂

Laras C.
bt

Raka❤️
10 menit udh siap ya yangg
aku otw
gosah dandan
read

Aku mendengus kesal membaca chat dari Raka, bangkit dari tempat duduk dan bersiap-siap mengganti baju tidur dengan baju yang tidak melihatkan aku seperti gembel.

Raka❤️
udh di depan yang
cepetan
ntar aku di goda mas-mas penjaga kost kamu
read

Setelah membaca chat Raka yang berlebihan itu, aku langsung keluar dan mengunci pintu kost. Sedikit berlari agar tak mendapat cibiran dari manusia yang sedang kelaparan.

"LOH udah malam kenapa gak pakai daster?" Hal pertama yang Raka ucapkan setelah aku membuka pagar adalah mengomentari caraku berpakaian. "Tumben banget. Biasanya juga dasteran dengan urutan skincare on point."

Aku memang mengganti dasterku dengan hoodie dan celana training, yakali aku pakai daster malam-malam begini ke burjo...

Aku memutar mataku malas, "Mau kemana sih kita? Burjo mana?"

"Ke hati kamu aja gimana?" Raka memberikan gombalan cringenya.

Aku memukul lengan Raka jengkel dengan jawaban yang tak berbobot. "Cepet ih! Dingin nih."

"Udah naik aja, kita keliling cari makan. Tiba-tiba aku gak jadi pengen magelangan." Raka menyuruhku naik dengan alasan yang ingin sekali membuatku menjambak rambutnya yang mulai panjang.

April: Rasa di Antara Kita[✔️]Where stories live. Discover now