#8

9.4K 1.3K 95
                                    

Mark tidak tahu harus berbuat apa melihat Donghyuck yang terisak di hadapannya-- membuat pikirannya kalang kabut.

Sahabatnya itu memang brengsek karena telah menyakiti Donghyuck.

Ryujin, Donghyuck dan Mark-- mereka ada di atap sekolah sekarang.

Mark tak sengaja bertemu dengan Ryujin dan Donghyuck di tangga menuju atap sekolah. Hingga Mark memutuskan untuk ikut bergabung dengan dua orang tersebut.

Ryujin menceritakan semuanya dan mampu membuat amarah Mark memuncak.

"Brengsek! Aku akan memberi pelajaran pada Jaemin."

"Mark, kumohon jangan sakiti Jaemin."

Mark dan Ryujin melongo.

Ryujin menatap tak percaya ke arah Donghyuck. Mengernyitkan alisnya, mungkin ia mulai ragu dengan pendengarannya.

Sedangkan Mark mulai mendumel-- mengumpati pemuda Na.

"Hyuck, jangan bercanda! Dia menyakitimu dan kau masih melindunginya?"

Mark menyemburkan amarahnya.

"Tapi jangan salahkan aku jika suatu saat aku lepas kendali menghajar Na brengsek sialan itu!"

Donghyuck tersenyum lalu mengangguk, dia mengerti kenapa sifat Mark sedikit over padanya. Tapi Donghyuck bersyukur banyak orang yang menyayanginya.

•••

"Jaemin!"

Jaemin menoleh, menghentikan aktivitas merokoknya. Mengangkat kedua alisnya ketika seorang pemuda menghampirinya.

"Jeno?"

Jeno mendudukkan tubuhnya di samping Jaemin. Sudah lama sekali Jaemin tidak kembali ke markas mereka. Dia merindukan Jaemin kecilnya.

Jeno menghela napas, Jaemin masih santai menghisap rokoknya.

"Kudengar dari Mark--"

'Ck! Pemuda sialan itu lagi.'

"--kau menyakiti Donghyuck dan mempermalukannya di depan para siswa. Bukankah itu berlebihan?"

Jaemin memandang ke arah lain lalu membuang puntung rokok dan menginjaknya.

"Dia pantas mendapatkannya dan kumohon Jeno, jangan menyebut nama Mark di hadapanku. Dia tidak lebih dari seorang pengkhianat,"

"Bukankah kau masih mencintai Donghyuck, jadi kenapa kau tak mencoba untuk berbaikan dengannya?"

Jaemin mendengus, berbaikan katanya? Yang ada perasaannya akan semakin hancur.

"Dia menyakitiku. Aku sudah mencoba tapi dia menolakku. Kau tahu Jeno, aku benci penolakan."

Jeno menepuk punggung Jaemin perlahan.

"Kenapa kau tidak mencari kebenarannya, mungkin Donghyuck mempunyai alasan lain kenapa dia tidak bisa kembali padamu,"

Jaemin tersenyum miring. Tidak, dia tidak akan mencari kebenarannya, jika kenyataannya kebenaran itu bisa membunuhnya.

•••

Jaemin memasuki rumahnya tanpa minat. Dia benci-- benci ketika semua orang lebih memihak pada Donghyuck, bukan dirinya.

Dia juga merasakan sakit tapi kenapa mereka tak mau memahami perasaannya.

"Jaemin! Kau sudah pulang, nak. Masuklah!"

Jaemin tersenyum. Ya, setidaknya dia masih mempunyai orang tua yang menyayanginya dan memahaminya.

Liar || Jaemhyuckحيث تعيش القصص. اكتشف الآن