#7

9.9K 1.3K 140
                                    

Tiga hari Donghyuck tak pergi ke sekolah. Kejadian malam itu terus berputar di dalam otaknya. Ia hancur bersama perasaannya. Ia ingin kembali dalam pelukan Jaemin tapi semua itu mustahil.

Donghyuck yakin mungkin sekarang Jaemin akan membencinya. Tapi dia melakukan ini demi kebaikan Jaemin-- sungguh.

Donghyuck melangkahkan kakinya ragu di koridor yang nampak ramai. Di ujung sana Donghyuck bisa melihat Jaemin yang tengah bermesraan dengan gadis yang menembak Jaemin dulu, Hwang Yeji.

Menggigit bibir bawahnya, gejolak aneh itu terus menghantui perasaan Donghyuck.

"Hyuck,"

Donghyuck menolehkan kepalanya ke samping, menemukan Mark yang tengah tersenyum kepadanya.

Kedua mata itu saling memandang hingga Mark menganggukkan kepalanya. Menggenggam tangan Donghyuck dan menariknya pelan melewati koridor tersebut.

Jaemin memandang datar ketika Mark dan Donghyuck melewatinya begitu saja. Mendengus kesal, Donghyuck menolaknya karena Mark. Lihatlah, bahkan mereka menunjukkan kemesraannya di hadapannya.

Dalam hati Jaemin mengumpat. Mark dan Donghyuck itu sama saja-- sama-sama licik dan pengkhianat.
















"Oppa, gwaenchana?"

Suara Yeji membuyarkan lamunan Jaemin. Pemuda itu tersenyum menatap gadis di sampingnya dengan tatapan intens. Mengusap kepalanya lembut.

"Mau membantuku?" Seringaian tercetak begitu jelas di bibir tipis Na Jaemin. Hazelnya memancarkan amarah yang berkobar-- amarah dendam.

"Membantu untuk?"

"Menghancurkan Mark dan Donghyuck."

Keduanya terkekeh jahat.

Benar-benar pasangan gila.

'Kita lihat saja nanti Lee, bagaimana kau merubah diriku menjadi semakin jahat.'

•••

"Oppa! Donghyuck oppa!"

Ryujin berjalan menghampiri Donghyuck. Lalu gadis itu sedikit menyenggol lengan Donghyuck-- hanya untuk bercanda.

"Menyebalkan! Selama tiga hari aku terus mencari oppa, tapi tidak menemukan oppa di mana pun. Padahal deadline untuk komik yang kugarap sebentar lagi jatuh tempo,"

Donghyuck terkekeh-- mengacak surai hitam Ryujin.

"Maaf, okay?"

Ryujin cemberut, membuang muka ke arah lain.

"Jangan merajuk, makan siang kali ini oppa yang traktir."

"Baiklah. Itu baru yang dinamakan sunbae yang baik hati,"

Ryujin dan Donghyuck duduk saling berhadapan setelah mengambil beberapa makanan. Mereka memutuskan untuk sedikit berbincang.

"Bagaimana hubungan oppa dengan Jaemin sunbae? Kudengar, hubungan oppa semakin membaik."

Ryujin bertanya dengan penuh antusias, matanya berbinar. Menandakan ia benar-benar senang kali ini.

Sedangkan Donghyuck nampak gelisah-- menggigit bibir bawahnya. Matanya bergerak tak tentu arah.

Ryujin mengernyitkan dahinya melihat gelagat aneh kakak kelasnya. Apa dia mengucapkan sesuatu yang salah? Tapi memang benar kan jika beberapa hari yang lalu Jaemin menggendong Donghyuck waktu olahraga.

Bukankah itu bagus, jadi kenapa sekarang Donghyuck terlihat gelisah?

"Oppa, ada yang salah?"

Ryujin bertanya memastikan, sedikit mencondongkan tubuhnya untuk melihat raut wajah Donghyuck lebih jelas.

"I-itu---"

Donghyuck menghentikan ucapannya ketika sesuatu yang dingin mengalir dari atas kepalanya. Matanya terpejam, sensasi dingin itu merayap ke arah pipinya.

Indra pendengarannya menangkap suara kekehan yang sangat ia hafal.

Ryujin hanya bisa terperangah, memandang Donghyuck dengan tatapan iba-- bajunya kotor dan basah.

Donghyuck beranjak dari duduknya beralih membalikkan badan. Matanya menatap netra yang memancarkan seringai licik.

"Ops! Tidak sengaja, Lee. Oh, bukan! Ini adalah hadiah yang pantas untuk pengkhianat sepertimu,"

Donghyuck diam, tak menjawab perkataan Jaemin. Kepalanya menunduk. Ya, ini semua salahnya jika Jaemin berubah seperti ini.

Para siswa yang ada di kantin dibuat terperangah, pasalnya Jaemin tak pernah memperlakukan buruk meskipun sudah putus. Tapi sekarang, Donghyuck sebagai bahan bullyan.

"Sunbae, kau tak pantas mengatakan Donghyuck oppa seperti itu."

"Diam kau bocah!"

Ryujin seketika bungkam. Jantungnya berdegup kencang. Dia tak pernah  berbicara dengan Jaemin. Sekali berbicara, sunbaenya malah membentaknya.

Tatapan nyalang itu diarahkan pada pemuda manis itu.

"Jalang ini memang pantas diperlakukan rendahan,"

Nada sarkasme membuat semua orang di sana menahan napasnya.

Donghyuck menatap Jaemin dengan tatapan sendunya, berusaha tak mengeluarkan air mata.

Hatinya sakit-- hancur tak bersisa. Pemuda tampan itu menghancurkan dan menginjak-injak harga dirinya.

Donghyuck masih mencintai Jaemin meskipun pemuda itu melemparkan seribu caci maki dan berbalik membencinya. Tapi ia tak bisa kembali kepada Jaemin seperti dulu lagi.

"Kenapa kau hanya menatapku dengan tatapan menjijikkanmu itu, Lee? Kenapa kau tidak menunjukkan seberapa jalangnya dirimu."

Jaemin geram melihat Donghyuck yang hanya menatapnya lemah, ke mana seorang Lee Donghyuck yang keras kepala itu? Sesungguhnya, tatapan itu membuatnya sedikit goyah.

Plak!

"Brengsek!"

"R-ryujin..."

Donghyuck memandang Ryujin yang memburu. Barusan, gadis itu yang menampar Jaemin.

Jaemin tersenyum sinis, memandang juniornya yang menatapnya nyalang.

"Kau itu yang menjijikkan, sunbae. Pemuda sebaik Donghyuck oppa tak pantas mendapatkan bajingan yang paling pengecut sepertimu."

Jeda sejenak, Ryujin menatap Donghyuck iba.

"Dan lagi, jika suatu saat kau menyesali perbuatanmu, aku tak akan rela Donghyuck oppa jatuh ke dalam tanganmu untuk yang kedua kalinya. Camkan itu!"

Itu adalah akhir untuk kejadian hari ini. Shin Ryujin menarik tangan Donghyuck menjauh, meninggalkan semua orang yang menatapnya dengan tatapan kagum, iba dan juga benci.

Jaemin menyeringai. Dalam hati ia merasa dongkol karena dipermalukan oleh juniornya sendiri.

"Aku tak akan pernah menyesal, justru sebaliknya, aku akan membuat hidup kalian dipenuhi oleh penyesalan karena telah mempermalukanku."

To be continued
.
.

Liar || JaemhyuckWhere stories live. Discover now