#6

10.6K 1.4K 53
                                    

Jaemin tetaplah Jaemin, tidak ada yang berubah dengan dirinya.

Urakan.

Liar.

Berandal.

Dan brengsek tentunya.

Semua itu tak akan berubah, meskipun dia sudah kehilangan separuh jiwanya-- Donghyuck.

Putus dengan Donghyuck bukan berarti dia meninggalkan kesenangannya bukan?

Menyesal? Ya, ia menyesal putus dengan Donghyuck. Tapi sekali lagi dirinya adalah dirinya, yang tak akan meninggalkan dunianya begitu saja.

Jaemin menyeringai, menatap jalanan yang tampak lengang. Kepalanya menoleh ke samping, menatap lawannya dengan tatapan remeh.

Apalagi yang Jaemin lakukan jika bukan balapan liar? Itu hobinya, oke.

Jaemin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi ketika bunyi peluit sudah terdengar.

Suara sorakan terdengar begitu riuh, para penonton meneriakkan nama yang mereka jagokan.

Jaemin terkekeh, dalam hati ia tertawa dengan begitu sombongnya. Untuk malam ini, lawan mainnya sangat lemah. Terbukti, dari dirinya yang memimpin saat ini.

Hingga beberapa menit kemudian Jaemin mencapai garis finish. Semuanya bersorak, kemampuan Jaemin dalam mengendarai sepeda motor memang tidak diragukan lagi.

Jaemin tersenyum senang-- melakukan high five dengan teman-temannya, minus Mark, Jisung dan Jeno. Hubungan mereka menjadi tidak baik-baik saja ketika ia sudah putus dengan Donghyuck.

Jaemin tak ambil pusing-- dia bisa mencari teman yang lebih baik lagi dari mereka. Meskipun hati kecilnya sedikit merasa kehilangan.

Jaemin tersenyum kala seorang gadis menghampirinya. Meletakkan tangannya di pinggang sang gadis-- menarik tubuh ramping itu, hingga kedua tubuh bertubrukan.

"Kerja bagus, Jae."

Jaemin tersenyum-- menyeringai. Ketika sebuah ciuman lembut mendarat dengan halus di pipinya.

Jaemin membalasnya dengan remasan pada bongkahan di bawah pinggang ramping itu-- hingga gadis itu memekik tertahan.

Netra Jaemin bergulir mengamati sekitar. Senyum yang terpampang pada wajahnya mulai meredup-- obisidian kembarnya menangkap sosok dari seseorang yang tengah berdiri di ujung jalan-- menatapnya.

Entahlah-- Jaemin merasa familiar dengan sosok itu.

Donghyuck. Ya, itu adalah dugaan Jaemin. Dia menajamkan matanya-- penasaran.

Maka ia melepaskan tangannya dari pinggang gadis itu, dan melangkah mendekati sosok itu.

Sosok itu berbalik-- menjauh dari jangkauan Jaemin ketika pemuda
itu menyadari keberadaanya.

Bahkan Jaemin harus mempercepat langkahnya-- sedikit berlari. Mengejar sosok itu yang berusaha menjauh dari dirinya.

Jaemin yakin itu Donghyuck, dari postur tubuh dan baju yang Donghyuck kenakan.

Bukankah ini konyol? Ia sudah tidak mempunyai hubungan dengan Donghyuck tapi kenapa dia terus berlari dan berusaha menjelaskan ini semua pada pemuda manis itu.

Sejujurnya, ia telah membohongi dirinya sendiri. Membohongi perasaannya dan juga hati kecilnya.

Dia mencintai Donghyuck dan dia ditakdirkan untuk mencintai Donghyuck.

Tapi kehidupannya tak semudah yang dibayangkan, perjalanan untuk mencintai seseorang tidaklah gampang.

Tapi kenapa egonya terus yang berkuasa di sini. Mengurung hati kecilnya yang terus memberontak.

•••

Donghyuck tak tahu kenapa ia berlari.

Terus berlari menghindari Jaemin.

Kecewa? Entahlah, ia tak tahu perasaan apa yang muncul-- begitu menyakitkan dan menyesakkan dada. Ketika Jaemin melakukan balapan liar, terlebih lagi ada seorang gadis yang mencium Jaemin.

Bodoh! Bukankah dia tidak memiliki hubungan dengan Jaemin. Jadi, kenapa dia harus berlari menghindari Jaemin? Konyol!

Maka dengan itu, Donghyuck menghentikan langkahnya, membalikkan badannya dan melihat Jaemin yang bernapas dengan terengah-engah.

Diam-- tak ada obrolan di antara keduanya. Hanya napas yang memburu akibat berlari.

Kedua mata yang saling berbeda itu terus memandang, menyelami satu sama lain.

Lalu suara langkah kaki itu terdengar, mendekat ke arah pemuda manis.

"Hyuck--"

Hingga Jaemin bersuara, sedikit menggantung karena ia tak tahu harus berkata apa dan ia harus mulai dari mana.

"Tadi itu han--"

Jaemin mencoba menjelaskan tapi perkataannya terpotong oleh Donghyuck.

"Tak perlu menjelaskan apa pun, Na. Aku tak butuh penjelasanmu,"

Jaemin mengernyit tak suka. Ia hanya tak suka jika Donghyuck seperti ini. Tak peduli terhadap dirinya.

Jaemin tahu jika dia hanyalah seorang mantan. Tapi cintanya pada Donghyuck sungguh menyiksanya. Ia ingin Donghyuck kembali. Tapi keadaan semakin rumit.

Jaemin mencengkram kedua bahu Donghyuck-- sedikit merematnya, menyampaikan emosi yang bergejolak.

"Donghyuck dengar, aku tahu aku brengsek, urakan, tak tahu aturan dan kau tahu itu kan?"

Jaemin menggigit bibir bawahnya, ragu untuk mengatakannya.

"Sekali pun kau membenciku, sekali pun kau sudah mengakhiri hubungan ini. Aku tak bisa berbohong. Aku masih sangat mencintaimu, aku hancur karena kau tak berada di sisiku, Hyuck!"

Jaemin sedikit menaikkan nada bicaranya di akhir kalimatnya. Sungguh, ia tak bisa menahan ini.

Donghyuck terdiam, setetes liquid mengalir dari kelopak matanya. Panas dan menyakitkan.

Ia melepaskan cengkraman Jaemin pada bahunya. Isakan lirih lolos begitu saja pada bibirnya.

"Jaemin, aku tak bisa."

Jaemin terperangah, kedua tangannya mengepal. Rahangnya mengeras.

"Kenapa? Kenapa kau tak bisa kembali padaku, Hyuck?"

Jaemin berteriak, teriakannya yang begitu memekakkan telinga.

"Bukankah kau masih mencintaiku? Katakan kau masih mencintaiku Lee Donghyuck!"

Donghyuck hanya diam, tangisnya pecah. Jaemin yang menatapnya nyalang seolah menghakiminya. Ia tak tahu harus berkata apa, pikirannya kosong dan bibirnya juga kelu.

"Maaf--" ucap Donghyuck lirih, kemudian dia berbalik dan meninggalkan Jaemin yang masih tersulut oleh api amarah.

Kaki Donghyuck terus melanglah diiringi dengan isak tangis, ia hanya butuh teman untuk mengeluarkan segala masalah yang terus berkecamuk dalam pikirannya.

Ya, teman.

Dengan begitu ia berlari menuju rumah Mark. Satu-satunya orang yang bisa ia percaya saat ini.

Jaemin hanya bisa tersenyum kecut. Mungkin dia tak pantas untuk pemuda sebaik Donghyuck.

Maka Jaemin memutuskan untuk menghapus perasaannya secara perlahan kepada pemuda bernama Lee Donghyuck.

Tanpa Donghyuck sadari, Jaemin masih mengikutinya. Pemuda itu hanya ingin tahu kenapa Donghyuck menolaknya.

Dan kenyataan begitu menghantam perasaannya. Jaemin mendecih.

Ini karena--








Sahabatnya-- Mark Lee. Donghyuck menolaknya.

To be continued
.
.
Mark orang ketiga hoho...

Liar || JaemhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang