Chapter 01

3.5K 321 39
                                    

Banner-nya nyusul yaa
Happy Reading♡

(Kalau ada typo kasih tau, oke?)

°°°°°°

Sudah hampir satu jam lebih pemuda itu terbaring di tanah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sang pelaku yang menendang pusaka miliknya dan memukul kepalanya satu jam yang lalu kini sedang bersantai menonton Oppa-oppa Korea di kamarnya. Sangat tidak bertanggung jawab.

Beberapa menit kemudian, mata pemuda itu mengerjap untuk menetralisir cahaya yang masuk ke indra penglihatannya. Setelah berhasil duduk, pemuda itu memandang sekitarnya. Masih taman belakang rumah si gadis tadi.

Karena bingung harus pergi kemana lagi, akhirnya dia bangkit dan beranjak menuju pintu belakang rumah gadis tersebut, kemudian mengetuknya pelan. Tidak ada jawaban. Tentu saja, kamar gadis itu berada di depan. Pemuda itu mengetuk sekali lagi dengan lebih keras. Tetap tidak ada jawaban apapun dari gadis tadi.

Tanpa ragu lagi, dia mengetuk-etuk pintu dengan begitu keras. Sementara itu sang gadis yang merasa terganggu pun beranjak keluar kamar. Tak lupa ia mem-pause drama korea yang sedang ditontonnya sebelum pergi keluar.

"Siapa sih, ganggu gue nonton calon suami aja," gerutunya. Gadis itu membuka pintu depan rumahnya. Nihil. Tidak ada siapapun di sana.

Gadis itu mengernyit, "Kok ngga ada? Masa sih tamu lewat pintu belakang?" gumamnya sembari menggaruk pipinya yang tiba-tiba gatal. "Cek aja, deh," lanjutnya. Gadis itu pun berbalik menuju pintu belakang.

Tepat saat gadis itu sampai di dapur, ketukan dari pemuda tadi terdengar lagi. Gadis itu bergegas membukakan pintu. Bola mata gadis itu membesar ketika ia melihat pemuda yang ia sangka penjahat itu berada di depan pintu.

"Lo ngapain masih di sini?!" seru gadis tersebut.

"Laguntza eskatu nahi," balas pemuda itu.

Gadis tersebut mengerutkan keningnya. "Lo ngomong pakai bahasa apa, sih?"
Pemuda itu kemudian memperlihatkan sebuah alat penerjemah berbentuk earphone—jika di bumi, lalu memegang telinganya dan menunjuk si gadis. Perlahan, gadis itu mulai mengerti.

"Lo suruh gue pakai benda itu?" tanyanya. Pemuda itu mengangguk.

"Buat apa? Aman kan?" Pemuda itu mengangguk lagi.

Gadis itu sebenarnya takut, tapi mau bagaimana lagi. Ia butuh penjelasan dari pemuda itu. Dengan ragu ia menerima benda berbentuk earphone tersebut kemudian memakainya.

"Itu alat penerjemah," jelas Pemuda tadi. Gadis itu mengangguk paham.

"Lo siapa dan ngapain lo ada di taman belakang rumah gue?" tanya gadis itu to the point.

"Tersesat," jawabnya berbohong.

Gadis itu mengernyit, "Terus lo darimana? Kok nggak paham bahasa Indonesia?"

"Desa," jawabnya singkat.

Masa orang-orang di pedesaan nggak paham Bahasa Indonesia? gumam gadis itu.

"Sekarang lo ada perlu apa? Kenapa lo nggak pergi aja?"

"Saya tidak mempunyai tempat tinggal. Saya butuh bantuan anda," jawab pemuda tadi.

Formal banget bahasanya. Ah, mungkin karena gue pakai penerjemah.
Batin gadis itu.

Gadis itu mendongak, menatap si pemuda. "Butuh bantuan apa?" tanyanya.

“Mencari tempat tinggal dekat sini."

Gadis itu menghela napas pelan. "Lo kenapa nggak minta bantuan orang lain aja, sih? Saudara lo gitu. Gue sibuk." Ia beranjak menuju tempat duduk di pinggir taman diikuti oleh pemuda tadi. "Lo ngapain ikut duduk? Gue belum nyuruh, ya. Berdiri!" Pemuda itu menurut.

TAURUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang