"Aku? Kau menyalahkanku? Ku ingtkan kau bahwa kita terikat perjanjian mengenai pernikahan ini. Kita berdua saling menyetujui untuk melakukan open relationship dan kau tidak berhak mengatur hubunganku dengan Jiyeon."

"Aku tahu, tapi kau juga harus ingat bahwa hampir seluruh penjuru Korea tahu kau adalah suamiku. Bagaimana jika ada orang lain melihat apa yang terjadi tadi? Ku ingatkan juga bahwa Jiyeon memiliki profesi yang sama denganku." Apa yang dikatakan Yeon Ah benar, membungkam birai Seokjin untuk membalas. Menyadarkan pria tersebut mengenai kecerobohan mereka yang bisa berakibat fatal pada semuanya. "Tiga bulan saja Kim Seokjin. Hanya tiga bulan lagi dan kau bisa melakukan apa yang kau inginkan sesukamu."

"Maaf, aku memang ceroboh."

"Aku lelah dengan semua ini Kim. Selama empat tahun ini aku selalu di bayangi rasa bersalahku pada kalian. Aku diam bukan berati aku baik-baik saja, jika aku jujur aku benar-benar lelah."

"Yeon _"

"Tidak ada wanita yang menginginkan berada dalam posisi ini. Terjebak dalam pernikahan palsu dengan mengakui secara lantang kekasih orang lain sebagai suaminya. Aku benar-benar merasa sebagai wanita jahat Kim. Jika bukan karena Yoosun, aku benar-benar tidak bisa bertahan di posisi ini."

"Yeon, maafkan aku."

"Tidak Kim, dari awal aku lah yang bersalah dengan menggodamu malam itu. Kalau saja aku tidak semabuk itu untuk menuruti ucapan teman-temanku," ucap Yeon Ah menunduk menyadari air matanya sudah jatuh ketika mengingat awal kesalahan yang terjadi pada mereka.

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Aku juga bersalah dalam hal ini, aku masih sangat sadar malam itu. Berbanding terbalik denganmu yang memang sudah mabuk, harusnya aku bisa mengendalikan diri."

Wanita yang masih tertunduk lesu tersebut segera menggeleng cepat. Kilas balik malam di mana reuni sekolah mereka beberapa tahun lalu melintas dengan liar di ingatan. Menyalahkan diri sendiri untuk kesekian kali, bahwa tak seharusnya ia meminum alkohol di luar kapasitasnya. Apalagi dengan toleransi alkohol yang terbilang sangat payah. "Kau juga minum alkohol Kim. Kita berdua sama-sama di pengaruhi alkohol. Kau masih berusaha menjaga diri dengan mengantarku pulang. Aku saja yang benar-benar tidak tahu diri yang masih dengan lancangnya menggodamu habis-habisan di dalam mobil."

Tidak ada tanggapan dari Seokjin, pria tersebut hanya menggaruk tengkuknya kikuk. Sama-sama canggung jika mengingat kejadian hari itu. Seokjin memang menjaga diri sekuat mungkin, tapi sungguh! Bagaimana bisa seorang pria tahan, jika ada wanita cantik dan se-sexy Yeon Ah berada di antara kedua pahanya dan memberikan blow job dengan begitu nikmat setelah ciuman panas yang di berikan saat berada di pangkuannya.

Oh, sial! Jantung Seokjin bahkan sedikit berdesir setiap kali mengingat malam liar mereka. Terlalu nikmat hingga membuat Kim Seokjin sepenuhnya lupa diri. Melupakan segalanya dan memilih menghabiskan malam penuh peluh dan desah yang luar biasa menggoda. Bahkan mereka berdua masih sempat untuk pergi ke hotel karena merasa ruang dalam mobil masih belum memuaskan nafsu mereka berdua.

"Hei, berhenti menangis. Ini kesalahan kita berdua, jangan selalu menyalahkan dirimu sendiri. Lupakan semua hal tersebut, semua sudah terjadi dan kita sudah memiliki Yoosun di antara kita," tutur Seokjin dengan menghapus air mata wanita yang masih menangis terdiam tersebut. Isak yang berusaha di sembunyikan dengan menggigit bibir rapat itu akhirnya lolos juga. Membuat Seokjin semakin panik dan merasa bersalah, hingga tak ada pilihan lain selain memeluk istrinya dan membenamkan isakannya kedalam dada bidang pria tersebut. "Ini sudah malam, tidur ya?"

Yeon Ah hanya mengangguk sebagai jawaban, membiarkan Seokjin membaringkannya pada kasur. Masih dengan sesenggukan, hazel wanita itu tak lepas dari Seokjin yang begitu penuh perhatian menarik selimut sebatas lehernya. Merasa sedikit baik mengetahui Seokjin yang berperan selayaknya seorang suami.

"Yeon."

"Ya?"

"Mungkin memang awal pernikahan kita berlandaskan sebuah kesalahan, tapi aku bersyukur kau adalah wanita yang menjadi ibu untuk anakku."

"Kim, aku tidak mengerti."

"Tidak, kau mau aku menungguimu hingga tertidur atau kau ingin aku pergi sekarang juga?" tanya Seokjin masih dengan mengelus surai istrinya tak lupa senyum yang masih menghiasi wajah rupawan pria tersebut.

"Maafkan aku, tapi malam ini saja bisakah kau menjalani peran sebagai suamiku? Maksudku ... temani aku sebentar saja dan kau bisa pindah ke kamar tamu jika aku sudah tidur." Jangan pikir selama Seokjin di rumah, pasangan tersebut akan tidur dalam satu ranjang yang sama. Mereka berdua tidak pernah melakukannya selama empat tahun ini, tentu saja mengecualikan kondisi tertentu. Saat kedua orang tua mereka datang untuk berkunjung atau saat Yoosun meminta untuk tidur bersama. Selain hal tersebut,  Seokjin pasti akan tidur di kamar tamu dan kembali ke kamar mereka pagi harinya hanya untuk bersiap pergi ke kantor.

"Ya, tidak masalah Yeon."

"Seokjin, maafkan aku. Aku hanya benar-benar amat lelah."

"Berhenti meminta maaf dan tidurlah Yeon, aku akan menemanimu malam ini."

Karena Seokjin update hari ini saya pun update juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karena Seokjin update hari ini saya pun update juga ..
Gak tahu moncer banget buat work ini dan saya menikmati menulis cerita ini ..
Vote comment-nya jangan lupa y ..

IN A BINDWhere stories live. Discover now