Bag 3. Pertemuan Yang Tak Diduga

220 119 7
                                    

Selepas malam yang menyekat dingin di pelisir jiwa yang hampa
Dalam pengharapan yang mungkin aku bisa katakan, sudah menjadi sia-sia

Pagi ini, semesta begitu dingin, dengan embun yang belum juga hilang saat mentari yang diam-diam tengah menjulang.
Hari ini, aku tak banyak bicara, mengerjakan apa yang dapat aku kerjakan dan berfikir untuk melanjutkan tulisan-tulisan yang sempat terhenti karena dia yang aku kagumi,

Ya, aku pikir dengan melakukan semuanya, mungkin aku bisa menghilangkan jejak tentang dia yang kini bisa saja merusak jiwa lebih dari saat ini.

Hari semakin terang, embun-embun yang sejuk telah berpergian, aku tengah-tengah bersiap untuk pergi, berfikir untuk ketempat dimana aku bisa mencari inspirasi untuk tulisan yang aku buat, lalu mencoba berdiam menikmati Alam yang penuh dengan keindahan.

Sesaat adalah waktu, dimana aku tak mampu menggoreskan tinta diatas kertas cerita. jiwaku seakan lepas, berlari di duniaku sendiri, lalu mencoba kembali untuk bisa ku dengar lagi suara riuh dari angin yang dulu sempat hilang

Waktu berjalan begitu cepat,
Tak terasa aku sudah terlalu lama disini, senja kini sudah memperindah laut, menyulam rasa dengan jingga yang menawan.

Ketika aku hendak beranjak dari tempatku, berfikir untuk kembali kerumah sebelum gelap menyapa, ku dengar dipinggir pantai, suara yang tak begitu asing di telingaku, tetawa bahagia, aku terdiam, memberhentikan langkah, lalu memalingkan wajah kearah suara yang terdengar begitu merdunya.
Yang aku lihat, hanya bayangan dari sosok wanita dengan kain sutra diatas kepalanya, dia terlihat indah dibalur senja yang hampir terbenam.

Tak begitu lama, langkahku beranjak, perlahan-lahan menghampiri bayangan itu, dengan sedikit gugup, aku mendekatinya, dari dekat dia sangat indah, " layaknya sakura yang tengah bermekar di tengah musim semi "

Aku hanya diam menatapnya, dia terlihat diam, bergitu aku berada di samping nya, kami saling menatap, tak ada suara, selain degur dari ombak yang memecah karang,
Ntah apa yang dipikirkan olehnya aku tak tau..
Yang jelas ada dipikiran ku saat ini,,
Bagaimana aku bisa tau siapa dia..
Sedangkan bibir ku tak mampu berbicara ketika menatap matanya..

Diam kami begitu lama, lalu terdengar suara yang menanyakan siapa aku...
Saat itu aku yang tadi hanya diam tersentak langsung menyebut nama ku..
Dan lalu membalasnya dengan pertanyaan yang sama...
Dan dia sedikit tersenyum lalu memperkenalkan dirinya...

Sesaat aku tak percaya..
Setelah aku memutuskan untuk tidak lagi memikirkannya, dia yang selama ini yang aku harapkan ada di depanku.

Setalah perkenalkan dan saling bertukar nomor..
Aku yang tadinya diam, kini sudah berbicara seperti biasa, meskipun sedikit menahan rasa gugup dari dadaku,
Tanpa di sadari, senja kini telah tenggelam sepenuhnya. Dengan suara yang lembut, dia mengajak untuk pulang dan aku cuma meng IYA ajak kannya.

Tak terasa perpisahan adalah waktu yang tak menyenangkan, perihal pertemuan yang tak terduga mungkin ini awal dari pertemuan-pertemuan selanjutnya yang mungkin akan berjalan seadanya atau mungkin lebih istimewa.

* Kita kadang ragu dengan waktu
Membiarkan kerelaan terus menghantap pikiran
Dan pada akhirnya melepaskan
Dan satu hal yang pasti
Berharaplah
Bahwa jika kau terus berharap
Maka ada masa dimana sebuah nyata ada di depan mata *

Bengkulu, Bintuhan
18 April 2020
" JR "

Catatan Perjalanan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang