PART 10

8.5K 637 50
                                    

Prem mundur dengan tidak nyaman. Membiarkan Boun masuk ke rumahnya sama seperti membiarkan iblis menguasai kehidupannya. Tetapi tidak ada pilihan lain. Mereka harus berbicara, panjang lebar. Dan mereka tidak mungkin berbicara di ambang pintu seperti ini.

Prem memiringkan tubuhnya mempersilahkan Boun masuk ke rumahnya yang mungil tetapi indah itu. Boun langsung duduk di sofa cokelat itu, tampak nyaman, kemudian melepaskan kacamata hitamnya dan meletakkan di meja,

"Apa yang kau rencanakan di hari ulang tahunmu?" Boun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Tidak ada." Prem punya cheese cake strawberry di kulkasnya. Tapi itu untuk dia makan sendiri nanti malam. Tanpa gangguan Boun.

Boun menatap Prem seolah mengukur-ukur, "Aku bisa mengadakan pesta untukmu."

"Aku tidak butuh pesta darimu."

"Hmm..." lelaki itu mendesah, lalu ketika menatap Prem, tatapannya berubah serius, "Kau tahu kan kenapa aku kemari?"

Prem mengangguk, "Dan sebelum kau katakan maksudmu, aku ingin membuat penawaran baru untukmu."

"Penawaran?" Boun mengangkat alisnya, "Oke, jelaskan."

"Aku akan mengembalikan semua uang yang pernah kau berikan kepada ayahku."

"Prem." Boun terkekeh, "Utang itu begitu besar hingga kau mungkin hanya bisa menggantinya dengan tubuhmu. Tidak. Aku menolak penawaranmu. Dan kau..." mata Boun berubah sensual, "Kau akan menjadi istriku, sebentar lagi, sesuai perjanjian."

~~~ Sleep With The Devil ~~~

"Aku bukan barang yang bisa dibeli seenaknya, dan kenapa kau begitu santai?? Ini masalah pernikahan bukan jual beli perusahaan."

"Aku hanya ingin kau menjadi istriku." Boun bersedekap, menatap Prem yang mulai emosi, "Itu sudah ku tetapkan sejak awal."'

"Kenapa?" Prem tidak bisa menahan suara tajam di lidahnya, "Karena kau ingin menjadikanku boneka pengganti Anne?"

Wajah Boun mengeras ketika Prem menyebut nama Anne, bibirnya mengetat, "Jangan hubung-hubungkan dia dengan ini semua."

"Bagaimana aku bisa tidak menghubungkan?!" Prem sudah menahan diri, tetapi suaranya meninggi, "Semua ini karena wajah ini, karena wajah yang sama dengan mendiang istrimu! Kau tidak bisa menganggapku sebagai penggantinya, Boun! Kami orang yang berbeda, dan aku menolak diperlakukan seperti itu!"

"Aku tahu kalian orang yang berbeda." Boun berdiri di depan Prem, siap berkonfrontasi, "Percayalah, aku benar-benar tahu, karena gairah semacam ini, tidak pernah kurasakan dengan siapapun!"

Lelaki itu meraih Prem ke pelukannya dan langsung mencium bibirnya. Dengan lembut. Tidak memaksa seperti biasa, dengan pelan dia menguak bibir Prem, mencicipinya pelan pelan kemudian melumatnya lembut. Lidahnya menelusuri seluruh bibir Prem dan kemudian bermain-main dengan lidah Prem, mencecapnya habis-habisan. Ketika akhirnya ciuman itu selesai mereka sama-sama terengah-engah.

"Apakah pada akhirnya kau mengakui kalau kau merindukanku?"

"Dalam mimpimu, Boun." Prem menjawab dengan ketus, membuat Boun terkekeh geli.

"Kita adalah pasangan yang sangat cocok." Boun mendekatkan tubuh Prem ke tubuhnya, dalam rangkuman dadanya, "Kaitkan kakimu di kakiku."

Prem menatap Boun dengan cemas, "Apa yang sedang kau coba lakukan, Boun?"

"Lakukan saja, Prem." jemari Boun menyentuh paha Prem. Mungkin sudah waktunya mereka berhenti berkata-kata dan berkomunikasi dengan bahasa nonverbal yang sudah sangat mereka kuasai.

SLEEP WITH THE DEVIL (BOUNPREM VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang