PART 2

10.8K 814 87
                                    

Perjalanan itu terasa menyiksa dan panjang. Tubuh Prem dilempar begitu saja dengan kasar oleh pengawal Boun ke bagasi dan dikunci dari luar.

Prem berusaha menendang, berteriak, meronta, tetapi pada akhirnya dia kelelahan dan kehabisan oksigen.

Menyadari bahwa ruang bagasi ini begitu sempit dan pengap dengan asupan oksigen yang semakin menipis, Prem terdiam. Ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras, campur aduk antara rasa takut dan ingin tahu, aku mau dibawa kemana?

Lama sekali Prem menunggu, sampai akhirnya mobil itu melambat. Terdengar suara pintu gerbang yang berat dibuka, lalu mobil itu melaju lagi, melambat, dan kemudian berhenti.

Terdengar suara pintu mobil dibanting. Bagasi pun mulai terbuka. Prem bersiap melompat dan menyerang siapa saja yang membuka pintu bagasi itu, lalu kabur.

Ya Tuhan, semoga semudah itu.

Pintu bagasi terbuka sedikit dan secercah cahaya masuk melalui celah yang hanya dibuka sempit.

"Prem.." itu suara Boun dan lelaki itu memanggil nama aslinya.

Wajah Prem langsung pucat pasi. Lelaki itu sejak awal sudah mengetahui penyamaranku!

"Aku akan membuka pintu bagasi ini, tapi kau harus berjanji untuk bersikap tenang dan tidak memberontak," ada seberkas senyum di wajah Boun. Kurang ajar! Lelaki itu pasti daritadi sudah menertawakan kebodohanku!

"Kau ada dirumahku, dan perlu kau tahu, para pengawalku sangat tidak ramah. Ku sarankan kau turun dengan sikap penurut dan tenang, demi dirimu sendiri, karena para pengawalku mungkin akan melukaimu kalau kau bertindak bodoh."

"Rumah Boun..."

Prem memejamkan matanya frustasi. Dari informasi yang dia dapatkan, rumah Boun yang terletak di atas tanah begitu luas di kawasan elit pinggiran kota. Rumah itu dipagari dengan pagar tinggi di sekelilingnya dan setiap akses masuk dijaga oleh pengawal-pengawal Boun. Tidak ada seorang pun yang bisa masuk ke area rumah ini tanpa sepengetahuan Boun. Begitupun, tidak akan ada orang yang bisa keluar dari rumah ini tanpa seizin Boun.

"Bagaimana Prem? Apakah kau berjanji untuk bersikap baik, dan aku akan mengeluarkanmu secara manusiawi. Atau kau memilih bertindak bodoh lalu mungkin aku akan mengikatmu dalam karung dan ku sekap di gudang." Suara Boun di luar menyadarkan Prem dari lamunannya.

"Kenapa kau membawaku kesini?" gumam Prem penuh keberanian.

Terdengar suara Boun terkekeh di luar sana.

"Menurutmu kenapa Prem? Apa kau pikir aku semudah itu diracuni di tempat umum? Apa kau pikir aku tidak tahu kalau kau selama ini mengendus-endus mencari kesempatan untuk membalaskan dendammu?" suara Boun terdengar dekat.

"Kau sudah bermain api..." bisiknya, "Sekarang saatnya kau untuk terbakar." pintu bagasi itu terbuka tiba-tiba dan Prem belum siap meronta. Lahipula, percuma meronta. Di belakang Boun yang berdiri dengan pongahnya, ada beberapa pengawal dengan tubuh kekar bertampang seperti batu. Dan melihat tampang dan penampilan mereka, Prem tahu, mereka tidak akan segan-segan melukainya kalau Prem berbuat sesuatu yang sekiranya akan mencelakakan majikan mereka.

Boun mundur selangkah, lalu mengulurkan tangannya setengah membungkuk, "Silahkan, Tuan Putri. Biarkan aku membantumu keluar," gumam Boun mengejek.

Prem menatap tangan itu lalu menggeram marah.

"Kurang ajar sekali iblis satu ini!"

Dengan marah, ditepiskannya tangan Boun dan dia berusaha keluar sendiri dari bagasi sempit itu meskipun sedikit kesulitan karena kaki dan tangannya kaku dilipat di ruangan sempit dan menempuh perjalanan entah berapa kilo.

SLEEP WITH THE DEVIL (BOUNPREM VER)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ