🌻MBBIS🌻19

Zacznij od początku
                                    

Gue tunggu di tempat biasa.

Arland memilih acuh, ia yakin cowok itu ingin mengajaknya balapan. Untuk kali ini ia tidak mood untuk balapan, yang ia butuhkan saat ini hanyalah minum.

"Land, jangan sampai teler! Gue gelinding lo kalau sampe." ancam Panji menghardik cowok jangkun itu. Bukan apa-apa, jika Arland mabuk berat maka yang susah dirinya, apalagi saat ini Varel tidak ada. Jika ia kena semprot bapaknya Arland nantinya, kan berabe.

Arland hanya mangut-mangut mengiyakan, walaupun otaknya masih mencerna dengan baik.

"Pan, minta nomor Alle." ucap Arland tiba-tiba. Entah kenapa pemikiran bisa ke sana, atau mungkin ia hanya ingin menagih janji tentang menjadi babunya selama seminggu.

"Lah, si anying. Mabuk aja lo masih kepikiran si galak." cerocos Panji yang seketika mendapatkan leser mematikan dari cowok itu sekaligus lemparan kaleng.

"Buruan!" kata Arland bersandar si sofa.

Sedangkan Panji hanya komat-kamit namun tetap mencari nomer Alle di ponselnya. Bagaimana ia bisa memiliki nomor si galak itu. Karna waktu itu ia modus ingin meminta nomor Safira pada temen sekelas Alle, namun tidak dikasih takut Safira ngamuk, nah jadilah Panji meminta nomer Alle saja, biar ia bisa meminta pada Alle.

"Dah tuh." kata Panji memasukan ponselnya kembali.

"Minta dong, bang." celetuk Ansel mau.

"Gak! Gak, apaan dah." tolak Panji sangar.

Ben yang melihat itu bergidik. "Dih, pelit amat." cibir Ben.

"Tau, kaya situ pacarnya aja." Ansel ikut-ikutan mencibir.

"Heh kaleng curut, mau gue pelintir tuh burung?" ujar Panji gondok.

Ansel dan Ben sontak saja meringis. Aset masa depannya akan terancam punah kalau begitu.

Arland membuka ponselnya, senyum sinisnya nampak terbit. Besok, ia akan memulai penderitaan gadis itu.

•••

Udara di hari Minggu kali ini sangatlah sejuk. Menarik perhatian gadis bermata iris kehijauan itu untuk jogging di pagi hari.

Dengan sengaja gadis itu bangun pagi-pagi dan memakai kaos putih lengan pendek dipadukan celana olahraga yang tidak terlalu ketat.

"All, ada temen kamu dibawah!" teriak Alisha dari bawah. Alle mengerutkan keningnya, siapa pagi-pagi yang datang?

"Iya, bun!" sahut Alle seraya mengikat rambutnya cepol asal. Yang penting ke iket.

Gadis itu pun menuruni tangga dengan cepat, penasaran siapa yang datang sepagi ini. Saat sampai di bawah senyumnya terbit secara langsung.

"Mau kemana, mas?" ledek Alle menatap cowok tinggi didepannya, yang mengenakan pakaian sama sepertinya.

"Jemput enengnya, kan mau jogging bareng." sahut laki-laki berkaus hitam itu.

Alle pun tertawa kecil kemudian izin berpamitan dengan Alisha yang ada didapur. Setelahnya keduanya pun berlari kecil menelusuri jalanan sejuk.

"Nih," Alle menyodorkan roti yang sudah di lapisi selai coklat.

Laki-laki itu pu menerimanya dengan semangat. Keduanya pun menelusuri jalan komplek dengan candaan dan sesekali tertawa.

"All capek," keluh laki-laki itu mengelap peluhnya yang sudah banji sedari tadi.

Alle mencebik. "Cemen banget sih, belum juga keliling komplek." cibir Alle meninju pelan bahu laki-laki itu.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz