"Gak."

Ya tuhan.. aku kok sampe lupa dia dosenku ya. Eh biarin lah. Apa tadi aku bilang? Nawarin dia tidur ma aku? Please bangun dari tidurmu cyl...

Pak Raffi berjalan ke arah unit bernomer 084. Lalu mengeluarkan kartu kamar.

Wait. Eh. Pak Raffi....

"Bapak tinggal disitu?"

Pak Raffi mengangguk tanpa mengalihkan pandangan ke arah pintu.

"Nasib saya kurang beruntung harus mempunyai tetangga sepertimu." Lalu pak Raffi langsung masuk dan menutup pintu unitnya.

Hooreeee. Aku sebelahan sama pak Raffi. Persis sebelahan. Unit nomor 083 di depanku. Jadi otomatis 084 di samping kananku. Nanti malem aku mau gedor gedor tembok sebelah ah.. biar pak Raffi gak bisa tidur. Ckckckc.

Drrtt....Drrttt....Drrttt...

Aku mengambil hpku yang berada di dalam tote bag. Aku duduk di sofa lalu mengangkat telfon yang bertuliskan 'Mama'

"Halo? Kenapa?" Tanyaku to the poin. Males aja gitu basa basi.

"Gapapa.. cuma mau tanya kabar aja."

"Kabar Cyla baik. Sangggaaaatt baik malahan."

"Oh yaudah. Mama tutup ya."

"Ya."

Udah. Udah gitu aja. Gaje banget kan. Tapi aku udah biasa.

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Author Pov

Raffi tengah tiduran di kasur kamarnya. Ia sedang menghilangkan penat sesudah bekerja. Iyaa. Bekerja jadi dosen.

Entah mengapa tiba tiba ia mengingat kejadian tadi saat di kampus. Lebih tepatnya saat Cyla membuatnya salting. Ia baru pernah merasakan yang namanya salting. Rasanya wajah jadi panas, lalu.. aarrgghh.. enyahlah pemikiran itu.

Harga dirinya serasa hilang jika bersama gadis menyebalkan itu.
Ia membuka laptop untuk melihat kelas yang akan dia ampu besok.

Ia melihat jadwal mengajar di kelas semester 1B. Kelasnya Cyla. Lalu entah ide dari mana, ia mendapat satu pemikiran jenius untuk membalas perbuatan Cyla. Ia tersenyum devil yang sangat mengerikan.

"Tunggu pembalasanku gadis nakal."

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Cyla mengawasi setiap hal yang ada di dekatnya. Melihat ke kanan dan ke kiri. Barangkali ketemu sama pak Raffi. Kalo ketemu kan bisa mulai aksi lagi.

Ia tak memperdulikan tatapan aneh yang dilayangkan oleh penghuni penghuni kampus untuknya. Sekarang ga ada yang namanya jaga image imagean.

Cyla melirik ke belakang lalu menepuk pelipisnya menyesal.
"Ngapain aku nyariin. Orang ini aja kelasnya dia." Cyla langsung berlari ke kelasnya tanpa memperdulikan sekitarnya.

Raffi bersembunyi di balik pilar sambil menahan tawa memerhatikan gerak gerik Cyla dari tadi.

"Dia sudah tak sabar rupanya menunggu pembalasanku" Ujarnya dalam hati dengan senyum smirknya.

"DOORRR"

"Pak. Bapak kenapa senyam senyum sendiri?"

Raffi terkejut dan langsung membalikan badannya.

"Ya tuhan..."

Ternyata Cyla berada tepat di belakangnya. Ia tertangkap basah sedang mengawasi mahasiswi nakalnya. Nakalnya ya? Entah lah.

"Bapak dari tadi ngelihatin saya ya? Udah kangen aja. Masa baru di tinggal 17 jam aja udah kangen sih."

Cyla menahan tawanya yang siap keluar melihat raut wajah kepergok Raffi.

"Ng... kata sapa? Jangan ke PD an kamu." Ujar Raffi menahan rasa malunya.

"Bwahahahaha." Cyla sudah tak bisa menahan tawanya melihat wajah merah padam Raffi. 'Sering sering giniin ah.'

"Saya tau bapak dari tadi disini ngelihatin saya."

Raffi membulatkan matanya. Alamak. Ia ketahuan. Ia menahan malunya untuk tetap bersikap datar.

"Tidak ada buktinya saya memerhatikan kamu." Elaknya.

Tawa Cyla mereda. Ia kembali mendangak ke atas untuk melihat wajah Raffi yang terlampau tinggi.

"Mata saya buktinya pak. Saya cuma pura pura lari masuk ke dalem kelas. Mau lihat reaksi bapak kaya gimana..."

Cyla menjeda ucapannya sejenak. Raffi melipat kedua tangannya di depan dada menunggu kelanjutan ucapan Cyla.

"Eh ternyata beneran. Apalagi ngelihat wajah bapak yang merah ituu. Uuwuuuu."

Cyla mencubit cubit gemas udara didepan wajah Raffi. Raffi merasa harga dirinya seketika hilang. Ia langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Cyla yang tertawa terbahak bahak.

"Cute nyaaa..."

"Awas saja dia."

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Raffi duduk di kursi ruangannya gusar. Hadap kanan. Hadap kiri. Meletakkan kepalanya di atas meja. Semua sudah ia lakukan tapi tetap saja bayangan mahasiswi nakalnya tak kunjung hilang.

Ia memikirkan harga dirinya jika bertemu makhluk itu lagi. Sekarang ia sudah ingat. Cyla memang salah satu murid tempat ia mengajar dulu. Dari mana ia ingat? Karena dulu Cyla sering menyapanya.

Tapi kelakuan Cyla dulu sepertinya beda jauh dari yang sekarang. Dulu sepertinya ia anteng. Kalem. Pinter. Nah sekarang? Pecicilan. Menyebalkan. Sangat menyebalkan.

"Kenapa nih lo? Lagi galau? Waduh.. cewek mana nih yang buat King Devil galau." Goda Rafael.

Satu ruangan dosen memang di isi oleh 2 dosen. Dan apesnya Raffi kebagian ruang bersama Rafael. Mulutnya itu tak henti hentinya menggoda Raffi yang jomblo lah.. yang serem lah... terus nih. Ia menjuluki Raffi dengan julukan "King Devil" lalu menyebar luaskan julukan itu ke seluruh penghuni kampus. Sial.

Memang tak ada mahasiswa yang terang terangan menyebutnya King Devil. Tapi Raffi tahu jika di belakang mereka selalu memanggilnya seperti itu. Bahkan ia pernah mendengar ucapan salah satu mahasiswi kepada temannya 'Hari ini lo ada jamnya King Devil kan?'
Double sial.

"Weh. Ngelamun aja." Rafael menggebrak pelan meja Raffi.

"Apaan?"

"Lo dari tadi gusar gusur terus. Mikirin siapa hah? Cewek sapa yang bikin lo kek begini?"

Raffi menghembuskan nafas kasar. Tuh kan dia jadi inget Cyla lagi. Ia melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah masuk waktu mengajarnya di kelas Cyla. Raffi mengeluarkan senyum smirknya. 'Lihat pembalasan saya gadis nakal.'

Raffi langsung mengambil tas kerjanya lalu keluar dari ruangan meninggalkan Rafael yang masih terbengong di tempatnya.

"Gila."

Tbc.

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*

Mari kita saksikan tom and jerry versiku.

Vote jangan lupa.

~^~AsylaChrystal~^~

My Crazy Student [End] [PRE-ORDER NOW]Where stories live. Discover now