kebagian dan penderitaan 2

264 18 0
                                    

     Seperti daerah kobaran api!

     Kami telah terpojok.

     Saat-saat itu, aku mulai
     tahu apa itu arti menghujat 

      Kebencian...

      Kebenciah terhadap kami.

      Amarah telah membutakan kedua mata mereka, menulikan telinga mereka. Hati mereka keras seperti batu besar. Mengapa hati mereka tak berdetak? Bagaimana mereka bisa melekukan semua ini? Ketidakpedulian, ketidakberperikemanusian, kebengisan. Aku kira, kebaikan mereka telah habis. Sebenarnya bukan mereka, melainkan orang-orang yang keceWa pada kami dan mereka yang tak peduli kepada kami Mereka adalah orang-orabg yang telah kehilangan kemanusiaannya.

      Saat satu bencana datang, musibah musibah lain pun datang berturut-turut. Begitulah yang diucapkan para wanita tua. Betapa benar perkataan mereka. Tetangga kami tak lagi bisa mendengarkan suara tangis bayi-bayi yang kelaparan. Ketika kami tenggelam dalam duka cita karena Abu Thalib dan Khadijah wafat, mereka pun bersuka cita, melakukan hal-hal baru yang menyakiti Rasulullah dan kami, Satu kali Rasulullah  berkata kepada ayahku, “Kesedihan mana yang harus aku tanggung?”

     Abu Thalib seperti sebuah gunung yang selalu melindungi Rasulullah. Rasulullah menganggapnya sebagai ayah kandung sendiri. Abu Thalib adalah pelindung pemberani yang selalu melindungi keponakannya dari kaum musyrik.

     Belum lagi dengan Khadijah. Wanita terhormat dan penuh kasih sayang ini memberikan semua miliknya kepada kaum Muslimin saat masa masa pemboikotan berlangsung selama tiga tahun Meskipun menjadi wanita paling kaya di Mekah, dia akhirnya meleleh seperti lilin dengan kesabaran dan kedermawanan yang tak pernah habis. ' .

       Para durjana yang mengetahui kesedihan tengah menimpa Rasulullah tak ingin kehilangan kesempatan 1ni.Ketika ejekan dan tekanan Semakin bertambah, terjadilah peristiwa “Isra Mi'raj”

    Pada suatu malan, Rasulullah melakukan suatu perjalanan mengagumkan. Titik awal perjalanan ini adalah Masjidil Aqsa Allah membuka pintu langit dari al-Quds kepada Rasulullah.  Al-Quds itu merupakan tempat pertemuan Hajar dengan Nabi  Ibrahim dan bayi mereka, Ismail, beratus-ratus tahun lalu.  Berabad-abad kemudian, berawal dari Mekah dan kembali ke Mekah. Sebelum perjalanan ke langit, tangga-tangga menuju langit muncul dari Masjidil Aqsa. Itulah perjalanan satu malam Yang kami dengar.

     "Kau dengar apa yang putra. Abdullah katakan?” Sindir mereka memotong jaian ayah di pagi hari. 

     “Kali ini dia melakukan perjalanan ke Masjidil Aqsa.”

     “Mungkin, kini kau takkan percaya dengan igauan seperti _itu.”
    
      “Sudah, cukup! Masihkah kau percaya dengan apa yang dia katakan? Lihatlah apa yang terjadi pada kita. Lihat pula apa yang dikatakan anak yatim itu!?”

     Candaam .olokan..ejekan..hinaan.. .Semua itu mengalir seperti lahar, membakar dan menghancurkan semua tempat yang dilewati.

      “Jika perkataannya seperti itu, dia benar!”

      Begitu ayah berkata seperti itu, tempat mereka berdiri seakan-akan terguncang gempa. Pernyataan tanpa keraguan dan kegelisahan ini menusuk seperti tombak di kepala mereka.!

      Ketika ayah berkata begitu, seluruh ejekan, hinaan, dan olokan berubah bagaikan lahar panas menjadi dingin membeku. jawaban ayah membuat mereka lupa dengan kata-kata yang ingin mereka lontarkan. Seperti pisau tajam yang tertancap di badan, kejujuran ayahku menampar wajah-wajah mereka.

      Kejujuran.... kesetiaan. Sinar kesetiaan ayah kepada Rasulullah terpancar pada waktu itu. Putih jernih, sejernih tetesan air. . .

      Ayahku adalah contoh sebuah cinta. Ayahku seperti janji. di hari pertama kepada kekasihnya. Tak rusak. Tak sobek.

Aisyah R.a Wanita Yang Hadir Dalam Mimpi RasulullahWhere stories live. Discover now