PROLOG

726 189 71
                                        


"Papa heran sama kamu, makin hari, kelakuan kamu makin gak ada sopannya sama orang tua!" Bentak Dafa, papa Aurel

"Mending papa tanya aja sama diri papa sendiri, kenapa aku kaya gini" jawab Aurel

"Beraninya kamu bentak orang tua!"
Dafa hampir menampar anaknya, tetapi tertahan karena sesungguhnya ia tidak tega

"Kenapa pa? Hah? Kok berhenti? Silahkan tampar aku pa, kayak dulu papa sering nampar mama. Sekarang papa mau tampar aku silahkan.." ia menatap ayahnya lemas dan tanpa disadari Aurel tak mampu lagi membendung air matanya.

Sekarang ia memilih untuk keluar dari rumah, menenangkan fikirannya, dan berusaha untuk mengerti apa yang terjadi barusan. Saat ini, ia hanya berjalan tanpa tujuan dengan tatapan kosong. Tetapi tiba-tiba ia merasakan perutnya bunyi. Aurel baru ingat, kalau sejak tadi siang ia belum makan karena baru saja menata kamar barunya.

Ya, hari ini adalah hari pertama ia dan ayahnya tinggal di Bandung. Perceraian orang tuanya membuat ia harus berpisah dari ibunya, dan tinggal bersama ayahnya.

Ia melihat ada cafe diujung jalan, dan memutuskan untuk mengisi perutnya yang dari tadi sudah kelaparan.

Setelah merasa kenyang, Aurel melihat benda yang bertengger di pergelangan tangannya, sudah menunjukkan pukul 17. 50 WIB. Kemudian ia membayar makanannya, lalu memutuskan untuk pulang.

Saat ingin menuju kerumahnya, ia mendengar suara seperti orang yang sedang berkelahi. Tiba-tiba ia menemukan sumber suara itu dan matanya terbelalak, karena ia melihat sekelompok pemuda yang sedang mengroyoki seseorang, yang sudah babak belur.

Aurel sangat bingung apa yang harus dilakukan. Karena ia takut jika mendatangi mereka, malah dirinya yang terancam.

Ia panik dan bingung. Lalu memutuskan untuk berteriak

"TOLONG!! TOLONG!! ADA PEMBUNUHAN!!!" Teriaknya

Teriakannya berhasil mengejutkan 3 pemuda yang sedang mengroyok seseorang itu. Salah satu dari pemuda itu berhasil menangkap figur Aurel sebelum Aurel bersembunyi dibalik tembok.

"Shit! Ada yang liatin kita. Buruan cabut!" Ucap salah satu dari mereka.

Mereka bertiga menancapkan gas motornya dan meninggalkan musuhnya dalam keadaan yang sudah sekarat

Kemudian Aurel melihat mereka sudah pergi, dan ia menghampiri lelaki yang sudah sekarat itu.

"Kamu gak papa?" Tanyanya ragu.

Jelas jelas itu adalah pertanyaan yang tidak masuk akal saat ini. Karna sudah jelas keadaannya tidak baik baik saja.

Nihil. Tidak ada jawaban dari laki-laki itu. Ia hanya terbaring lemah. Kemudian, ia keluar dari gang sempit itu untuk mencari taksi, kemudian membawanya ke rumah sakit.

Didalam mobil, Aurel mengecek dompet dan hp pria itu. Mungkin saja ia bisa menemukan alamat dan nomor hp keluarga pria itu kemudian menelfonnya.

Benar saja, ia berhasil menemukan alamat dan nomor hp keluarga pria itu di dompetnya. Kemudian menelepon keluarga pria itu.

Sampai dirumah sakit, pak supir taksi langsung membantu membawa pria itu menuju ruang UGD. Tak lama, keluarga pria itu pun datang. Dan Aurel memberikan ponsel serta dompet pria itu kepada orang tua pria itu.

Setelah selesai dengan urusan itu, Aurel pulang kerumah, dan masih menggunakan taksi yang ia tumpangi saat pergi ke rumah sakit tadi.
Ia sangat cemas karena jam sudah menunjukkan pukul 23.15 WIB. Yang ia khawatirkan sekarang adalah ayahnya. Ia takut ayahnya sangat marah kepadanya karena pulang larut malam. Dan sudah bisa dipastikan bahwa ayahnya  berpikiran negatif terhadapnya.

Saat sudah sampai di depan rumah, jantungnya berdebar tak karuan. Ia disambut oleh satpam rumahnya yang membukakakn gerbang.

"Neng dari mana? Dari tadi dicariin bapak loh" tanya pak Deni, satpam rumahnya

"Iya pak, tadi ada urusan bentar" jawab Aurel

"Ya sudah.., masuk sana" ucap pak Deni sambil menutup gebang

Aurel melangkah dengan ragu, tetapi ia tidak melihat ayahnya dimana-mana. Mungkin sudah tidur pikirnya lega. Ia naik ke atas dan masuk kamarnya. Sampai di kamar, ia langsung membanting badannya keatas tempat tidur dan merentangkan tangannya, sambil berfikir tentang kejadian hari ini.

Kemudian ia teringat, kalau ia belum menemukan sekolah yang akan  menjadi tempat ia meneruskan studi SMA nya setelah kepindahannya ke Bandung. Aurel segera berdiri dan mengambil laptopnya yang ada diatas mejanya. Ia mulai menelusuri sekolah sekolah yang ada di Bandung, yang dekat dengan kompleks perumahannya.

Kepindahannya ke Bandung bukanlah  sesuatu yang dirembukkan terlebih dahulu. Karena itu adalah keputusan sepihak dari ayahnya yang memilih Bandung untuk tempat mereka memulai hidup baru. Sehingga untuk urusan sekolah pun, Aurel belum mendapat sekolah yang menjadi tempatnya melanjutkan sekolah pada saat sebelum pindah.

Kerena masih belum mengenal lingkungan barunya dan sekolah-sekolah yang berada di kota tempat tinggalnya saat ini, Aurel pun hanya bisa mengandalkan internet sebagai tempat untuk mendapatkan informasi seputar sekolah-sekolah yang berada di Bandung.

Oleh karena itu, gadis itu menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berselancar di internet, menelusuri sekolah-sekolah yang menjadi pertimbangannya untuk dipilih.

Setelah mempertimbangkan cukup lama, ia pun akhirnya menemukan sekolah yang menurutnya paling cocok dan bagus.

'Oke, Rel sekarang lo tidur, karna besok harus pergi ke sekolah buat ngurus keperluan di sekolah  yang baru' gumamnya dalam hati

Kemudian ia menutup laptopnya, dan meletakkannya diatas meja dan kembali tidur.
.
.
.
.
.
Gimana prolognya? Kalau suka jangan lupa di vote yahh😥
See you on the next chapter☺️👋
Follow aku di instagram
@ruthevinora17
❤❤❤

SEAN (ON GOING)Where stories live. Discover now