#BucinnyaNaga : Gami Athara

171 35 45
                                    

Cerita ini didedikasikan untuk andhyrama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cerita ini didedikasikan untuk andhyrama

"Menurut sebagian orang, bucin adalah sesuatu yang berlebihan. Tapi menurutku, bucin pada Kak Naga adalah sesuatu yang membahagiakan!”

-Nagami
(Naga dan Gami)
Hehe...


(。❤️‿❤️。)

Perkenalkan, namaku Gami Athara. Kalian boleh memanggilku Gami, Ami, Gam, atau apa pun terserah kalian. Asalkan jangan memanggilku Gemay. Karena aku tak selucu itu!

Kembali ke topik. Hari ini adalah hari pertama sekolah setelah kemarin libur di hari Minggu. Aku melangkah menuju gerbang sekolah dengan langkah panjang sambil menyunggingkan senyum. Aku tak sabar untuk bertemu pujaan hati. Oh ya, FYI pujaan hatiku adalah siswa terkeren di sekolah. Kalian pasti sudah tahu siapa orangnya. Siapa lagi kalau bukan Kak Naga Putra Mahendra yang sangat unyu itu.

Ngomong-ngomong soal Kak Naga, setiap melihatnya aku selalu teringat pada Ayahku sendiri. Dari beberapa cerita yang aku dengar, Kak Naga sangat sayang terhadap keluarganya. Apalagi pada adik kembarnya, Gema dan Gemi. Ah, gemas sekali! Andaikan Ayah masih ada, mungkin dia akan sangat senang punya menantu seperti Kak Naga.

“Hai, Mi!” seseorang menepuk pundak ku dari belakang. Dari suaranya aku sudah bisa menebak siapa dia. Zena, sahabatku.

“Hai, Ze.” balasku sambil membalikkan badan dan tersenyum.

Zena menyejajarkan langkahnya dengan langkahku. Kami berjalan beriringan menuju kelas sambil sesekali tertawa ketika ada hal yang lucu. Tepat ketika akan menuju gedung IPS, terlihat dari jauh Kak Naga berjalan dengan gayanya yang khas. Aku sampai tidak berkedip saat melihatnya. Kak Naga, kenapa kakak selalu buat jantungku senam lantai? Jungkir balik gak karuan!

Kak Naga berjalan ke arahku dan Zena. Meski songong, tak jarang Kak Naga membalas sapaan anak-anak lain yang berlalu lalang. Tapi tentu saja dengan jawaban menyebalkannya yang khas.

Ketika Kak Naga sudah dekat, aku menyuruh Zena untuk berhenti melangkah. Aku membereskan poniku yang berantakan, lalu dengan sengaja memasang senyum paling manis untuk menyapa Kak Naga.

“Hai, Kak Naga!” sapaku sambil melambaikan tangan.

Kak Naga berhenti melangkah lalu membalas sapaan ku. “Hai bucinnya Naganteng!” ucapnya yang membuat jantungku hampir copot. Untung saja jantungku adalah organ dalam yang tertutup kerangka tubuh.

Setelah membalas sapaanku yang diakhiri dengan senyum manisnya, Kak Naga melanjutkan langkahnya. Aku mematung di tempat sambil terus memperhatikannya. Jantungku masih berdebar. Meski bukan kali pertama sapaanku dibalas oleh Kak Naga, tapi tetap saja rasanya seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di perutku. Membuat perasaanku tak karuan!

Gami, Jangan Bucin! #BucinnyaNagaWhere stories live. Discover now