011

2.3K 492 46
                                    

na jaemin as jevin anggara putra

+

"demi tuhan gue gugup."

nata berkali-kali menggigit jarinya. tangan kanannya meremat baju jeff erat. jeff yang berjalan di samping nata hanya menghela nafas. jeff hitung, ini sudah kesepuluh kali nata berkata bahwa dirinya gugup.

"nggak usah gugup. lo cuma ketemu bokap. bukan mau sidang penceraian." ucapnya dengan santai. kemudian jeff menepis tangan nata yang menarik-narik ujung bajunya. "jangan ditarik nanti longgar!"

hingga akhirnya, mereka berdua sampai di depan kamar milik papahnya nata. nata berdeham pelan. "jeff-"

"gak usah banyak omong. cepetan masuk. gue tunggu mobil."

nata menarik nafasnya. lalu mengangguk. tangannya mengetuk pintu kamar papahnya pelan. beberapa detik nata menunggu, hingga akhirnya pintu terbuka. mendapati eksistensi jevin- selaku saudara tirinya yang seumuran dengannya terkejut di depan pintu. nata memasang wajah sedatar mungkin, matanya sedikit lirik ke arah belakang jevin. ada papahnya yang tengah berbaring di kasur dan- istri barunya, tante jean.

"l-loh, nata?" jevin berdeham canggung.

"minggir, gue mau masuk."

"e-eh, iya,"

jevin menyingkir. mempersilahkan nata masuk selagi dirinya menutup pintu kamar. nata berjalan menuju papahnya. jantungnya berdegup menyalahi aturan. tapi nata tetap mempertahankan raut wajah datarnya.

"nata.." panggil papahnya pelan dengan senyum kecil. nata menghela nafas. sedikit lirik tante jean yang berada di sisi ranjang satunya sebelum akhirnya beralih menatap papahnya.

"ya, pah." nata menduduki diri di kursi samping ranjang, sedikit jauh dari papahnya karena nata enggan untuk dekat-dekat. "gimana- kabar?" tanyanya, canggung. nata merutuk dalam hati. harusnya dia tidak perlu basa-basi. nata tipikal manusia yang tidak sabaran kalau mau tahu.

"seperti yang kamu liat, gak begitu baik." jawab papahnya diselingi sedikit kekehan pelan. "kamu sendiri gimana? kuliah oke?"

"kuliahku oke. aku tinggal di apartemen sekarang. disuruh bunda karena lebih deket sama kampus."

papahnya mengangguk. "terus kalau bunda-"

"bunda sibuk." potong nata, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. "sibuk banget malah. cari uang. soalnya nggak ada papah."

"o-oke."

setelahnya hening. nata duduk bersandar dengan tangannya yang dimasukkan ke dalam saku hoodie yang dipakainya. menatap wajah kaku sang papah dan tante jean yang sedari tadi bahkan tidak berani bicara.

"jadi kenapa papah mau ketemu aku? kemarin bunda cerita." kata nata setelah hening beberapa detik. "aku kira setelah lima tahun kita gak ketemu, papah bakalan lupa sama aku. ternyata papah masih inget punya anak perempuan ya?"

"nggak, nata. papah cuma mau-" ada jeda, papahnya hela nafas pelan. "ketemu. juga, papah mau minta maaf. waktu itu papah-"

"apa? khilaf? iya aku tau. semua laki-laki yang selingkuh pasti bilangnya begitu." ucap nata datar. matanya melirik dingin tante jean yang kini menatapnya terkejut. "papah baru ngerasa bersalah sekarang? kemarin-kemarin kemana aja?"

"nata-"

"aku udah cukup tau kalau papah itu brengsek."

jevin yang berdiri sedikit jauh di belakang nata tersentak dengan omongan gadis itu. begitupun dengan tante jean yang hanya diam. suasana ruangan itu mencekam. nata menarik nafasnya yang sedikit tersendat. harusnya nata tahu bahwa percakapan dengan sang ayah tidak akan bisa semudah itu.

"papah tau nggak seberapa banyak beban yang bunda tanggung sendirian selama ini?" nata meremat kuat kantong bajunya. memberanikan diri untuk bertatap mata dengan papahnya. "bunda segiat itu kerja buat nafkahin aku. bayarin sekolah aku. bayarin kuliah aku. selama sembilan tahun ini aku tanya- papah kemana?"

"papah nggak bisa." kepala papahnya total menoleh ke arah nata yang memandangnya dengan tatapan kecewa. "papah nggak bisa. saat kamu beranjak dewasa, papah tau kamu akan paham nantinya. dan papah- nggak siap ketemu kamu. untuk itu- papah minta maaf."

"segampang itu?" nata terkekeh sinis. "pah, maaf kalau aku lancang. tapi hati aku nggak selembut bunda yang bisa maafin orang dengan segampang ngomong doang."

jeda sebentar, kemudian nata melanjutkan, "aku bukan anak kecil lagi, pah. umur aku sembilan belas tahun. aku ke sini juga bukan karena papah, tapi karena bunda." mata nata berkaca-kaca. gadis itu menyeka kasar air mata yang perlahan turun membasahi pipinya. "aku ke sini pun bukan karena aku mau. tapi karena aku harus."

"aku harus ketemu papah. karena bunda selalu ngajarin aku buat nggak benci sama papah aku sendiri."


+


"lah udah?" jeff tengah bermain ponsel di kursi belakang mobil begitu nata masuk dan duduk di sampingnya. nata mengangguk. jeff mengangkat alis begitu melihat nata yang hanya diam dengan mata berair.

oh.

jeff paham. untuk itu dia mendekat ke arah gadis itu dan mencoba untuk merangkulnya. "nat, lo oke?"

nata menggeleng. gadis itu menyenderkan tubuhnya pada rangkulan jeff dengan punggung tangan yang menutupi matanya. "gue nggak suka."

jeff meletakan ponsel. "perihal?"

"papah anggap sembilan tahun ini seolah gue gak butuh sosok ayah." ucapnya. nata terisak. "gue juga nggak suka ketika bunda selalu anggap gue sebagai anak kecil."

bahu nata merosot. gadis itu menangis tanpa suara. jeff menghela nafas, membiarkan nata menangis di bahunya. beralih mendekap nata dan meletakkan dagunya di atas kepala gadis itu."iya. gapapa nangis aja."

"ah anjir gue kenapa harus nangis sih!" rutuk nata disela-sela menangisnya. "tutupin jeff. gue jelek."

jeff tertawa. "emang."

nata mengusap air matanya. jeff terkekeh gemas. tangan lebar jeff meraih wajah nata kemudian menangkup wajah gadis itu. jeff tersenyum, ibu jarinya mengusap pipi nata.

"keep crying. you gonna make me fall in love."









+

HAHAHAHAHAANJ INI PANJANG MAAP BGT KALAU BOSENIN :""D

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


HAHAHAHAHAANJ INI PANJANG MAAP BGT KALAU BOSENIN :""D

anw, ayo mampir ke work aku, four seasons sama faded. kalau mampir aku updatenya cepet, ciyusan.

aphroditeWhere stories live. Discover now