006

2.6K 517 51
                                    

+

"lo beneran mau sarapan di sini?"

jeff mengernyit menatap tempat sarapan mereka pagi ini. bubur gimbal namanya, terletak di pinggir jalan tidak jauh dari apartemen mereka. tempatnya tidak semewah restoran yang sering jeff datangi, namun cukup ramai pengunjung di pagi hari.

"beneran lah. lagian di sini enak kok." ucap nata mantap. namun wajah jeff yang kentara sekali terlihat ragu-ragu sukses buat dahi si gadis mengerut. "kenapa? emangnya seumur hidup lo gak pernah nyoba makanan pinggir jalan gini?"

"seumur hidup ya? gak pernah."

nata mendengus geli. "oh gitu? bagus lah. itu artinya gua orang pertama yang makan bareng lo di pinggir jalan gini." ada jeda, kemudian gadis itu menyendokkan bubur ke dalam mulutnya. "percaya gak lo makanan pinggir jalan itu lebih enak dibanding makanan restoran?"

"percaya gak percaya sih." ucap jeff, cuek. "makanan pinggir jalan itu beberapa gak terjamin kebersihannya."

"yaelah, sekali-kali gak bakal bikin lo masuk rumah sakit juga kali." balas nata sambil menggigiti kerupuk. "sekali-kali hidup merakyat itu perlu. jadi orang kaya terus lo emang gak bosen?"

"ck. iye dah serah lu."

nata terkekeh puas. gadis itu melirik jeff yang tengah mengaduk buburnya, lalu pemuda itu memakannya dengan setengah minat. "nah gimana, enak kan? gak percaya sih lo."

jeff mengangguk. "hm lumayan. lo tau tempat ini dari mana?"

"gua dulu sering ke sini bareng bunda."

"hoo, lo deket sama nyokap?" tanya jeff. nadanya terdengar mengejek. nata hanya melirik pemuda itu sinis lalu mendesis.

"gue gak punya siapa-siapa lagi selain bunda sejak umur gue sepuluh tahun." jawab nata terlampau santai, namun raut wajahnya berubah menjadi datar. "deket sih deket. tapi bunda terlalu sibuk, jadi gue-" nata menggigit bibirnya sekilas, "-gue cuma ngerasa, apa ya? sedikit asing."

"asing?"

"iya asing." nata mengangguk. "lo sendiri yang bilang lo tau rasanya jadi anak buangan. dan gue jelas ngerti makna buangan seperti apa yang lo maksud. jadi pastinya- lo tau gimana rasanya merasa asing sama orang yang seharusnya dekat."

di sini jeff sukses dibuat bungkam. mulutnya berhenti mengunyah begitu mendengar pernyataan nata. tanpa sadar jarinya mengepal, menggenggam kuat sendok di tangannya.

"asing ya.." jeff mendecih. "bahkan gua nyaris gak kenal apa itu arti rumah buat sekedar pulang."

"cewek lo gimana?" nata menopang dagunya dengan kepala yang menghadap jeff. gadis itu menatapnya dengan tertarik. "cewek lo bisa kan jadi tempat lo pulang?"

jeff tertawa hambar. "jangan tanya. dia juga sama. ujung-ujungnya gue dibuang lagi."

pandangan jeff beralih menatap lurus ke depan. "awalnya gua juga mikir gitu. ya lo tau lah gimana nasib anak yang dikenal pintar dan berbakat tapi gak tumbuh dengan kasih sayang, gue cuma ngerasa kesepian sama kehilangan. sampai akhirnya jiho dateng, dan gue ngerasain gimana jadi manusia yang dihargai saat itu."

"nah. terus masalahnya?"

"ada banyak hal yang terjadi." jeff tersenyum kecut. "dia bilang gue egois." ungkapnya dengan suara pelan. "dia bilang.. gua terlalu obsesi. ya, gue gak berani nyalahin jiho, karena itu emang bener. lagipula hubungan gua emang udah gak sehat sejak lama. itu terbukti dari gue sama dia yang harus berantem dulu kalau beda pendapat. dibanding diskusi untuk nyelesain masalah, gua sama dia justru malah melarikan diri."

satu helaan nafas jeff layangkan. "gua.. emang seburuk itu ya, nat?"

nata mendengus kecil sebagai jawaban. "sorry tapi gua gak nilai orang berdasarkan keburukannya." ucap gadis itu sambil kembali menyantap buburnya. "mungkin cara lo salah tapi kadang jadi egois itu perlu. gue ngerti kok lo ngelakuin itu buat ngejaga apa yang pantes dijaga. jadi tenang aja. gak selamanya yang buruk itu sampah."

gak selamanya yang buruk itu sampah.

jeff sukses mengangkat kedua sudut bibirnya. sebuah senyum tipis muncul.

"jadi lo sama cewek lo.. putus?" nata mengalihkan pembicaraan setelah keduanya terdiam sesaat. "your ex, she's so fuckin' beautiful. dammit."

"kalau belum pegat gua gak bakal di sini bareng lo." jawab jeff sedikit jengkel sambil mendelik. "lo gak naksir kan?"

"ya nggak lah." nata tertawa geli. "gue lupa biasanya lo tiap pagi ngebucin."

"sebucin itu?" tanya jeff. nata mengangguk. "lo sendiri gimana? gak punya cowok?"

"kagak. males pacaran." jawab nata seadanya. "kenapa emang?"

"ya gapapa." jeff berujar santai. "gua mulai suka sama lo soalnya."




dan nata tidak bisa tidak tersedak buburnya pagi itu.

+

+

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
aphroditeWhere stories live. Discover now