Alle menggeleng. "Gak usah deh, bun. Lagian nanti Alle pulangnya bakalan telat," kata Alle membuka pintu mobil.

"Yaudah, semoga lancar ya sayang." kata Alisha.

"Amin, hati-hati bun." ujar Alle saat sang ibu sudah berlalu pergi. Alle melirik beberapa orang yang sudah hadir dengan stelan kebaya. Namun, nyatanya kebanyakan yang mereka pakai bukan kebaya tradisional. Melainkan modern saat ini, dan sedikit terbuka.

"Eh, neng Alle. Cantik banget." celetuk Pak satpam itu tersenyum saat Alle melewatinya.

Alle hanya terkekeh kecil menanggapinya, kemudian berujar masuk ke dalam sekolah. Dilihatnya beberapa orang sibuk menyiapkan makanan maupun barang-barang yang ingin dijual nantinya pas waktu bazar.

Alle pun menghampiri standnya, kemudian meletakan tasnya diatas kursi dan berjalan menuju koridor. Lebih tepatnya ini ke kelas, untuk mengambil beberapa aksesoris yang akan dijual.

Barang ini mereka buat dengan barang-barang bekas yang masih layak untuk didaur ulang. Supaya mengurangi banyaknya sampah yang berceceran.

Alle sedikit kesusahan saat berjalan, mengingat roknya yang nampak sedikit ketat.

"All!" panggil seseorang dari arah belakang. Alle pun sontak menoleh dan menatap Liam yang saat ini nampak terbengong sebentar.

"Eh, Kak. Kenapa?" tanya Alle seraya berbalik.

Liam sontak menggeleng kecil. Ia terlalu terpana akan gadis didepannya ini. "Cuma mau nanya, sound system kemarin udah diganti belum kabelnya?" tanya Liam.

"Udah, kok. Sekalian kemarin ada yang diganti, moga aja yang kenapa-napa lagi deh." ujar Alle sedikit khawatir. Mengingat sistem suara disekolahnya sedikit bermasalah.

"Lo can--"

"Kak Liam! Bantuin Tobi angkat meja digudang kak!" teriakan Felisha lantas mengurungkan Liam untuk memuji gadis didepannya ini.

"Duluan, Al." kata Liam segera berbalik dan menghampiri adik kelasnya itu. Gadis itu pun masuk ke dalam kelas dan mengambil kardus kecil yang berisi aksesori lucu.

Alle menggerutu pelan. Kenapa juga kelasnya harus diatas, jadilah ia kesusahan buat naik dan turun tangga.

Karna tidak terlalu hati-hati, apalagi kini tatapan Alle mendadak bengong sendiri, jadilah gadis itu terpeleset saat menuruni undakan tangga terakhir.

Bruk!

Suara jatuhan pun terdengar jelas. Alle merasa badannya sedikit remuk akibat terkena benturan lantai dingin ini.

Tunggu?

Hanya dirinya yang terjatuh. Lalu kemana kardus yang sejak tadi ia pegang? Gadis itu sedikit mendongak, melihat kardus yang sedari tadi ia pegang mengambang diatas.

"Ceroboh!" cibir laki-laki itu.

Mata Alle membuat sempurna. Entah sebal atau marah karna laki-laki itu lebih memilih menyelamatkan kardus miliknya dari pada dirinya sendiri.

Oke, ia terlalu berharap. Mana mungkin cowok menyebalkan itu mau membantunya.

"Udah puas ngatain gue dalam hati?" kata Arland datar kemudian membantu Alle berdiri.

Kok tau?

"Gak usah!" ketus Alle menepis lengan kekar Arland saat laki-laki itu ingin membantunya.

Arland kembali ke tempatnya. Pemuda itu berbaju batik hitam melipat tangan didada, melihat bagaimana keras kepalanya gadis itu menolak pertolongannnya.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now