CARILAH INTI CAHAYA DAN BUKAN BIASNYA

323 12 12
                                    

Wacana di bawah ini berkenaan dengan cerita bahwa sejumlah orang pernah berkata kepada Tajuddin Quba‘i, "Orang-orang terpelajar ini telah muncul di tengah-tengah kita dan menyebabkan umat kehilangan keimanan mereka dalam agama."

"Tidak" jawab dia, mereka tidak datang di tengah-tengah kita dan membuat kita tidak lagi beriman. Mereka mampu melakukannya hanya jika – demi Tuhan! – Mereka berasal dari tengah-tengah kami." Sebagai contoh, apabila engkau melilitkan kerah emas pada anjing, dan tidak lantas dapat dikatakan anjing pemburu hanya karena kerahnya. Kemampuan berburu adalah bakat sejati pada diri anjing. Tidak peduli apakah kerahnya emas atau wol. Manusia tidak menjadi seorang yang terpelajar karena keindahan turbannya atau manatelnya. Kecendekian adalah kebaikan yang berasal dari hakikat dalam diri seseorang. Semua itu tidak membuat perbedaan apakah kebaikan itu dibalut oleh mantel atau di bawah jubah. Pada jaman Nabi Muhammad terdapat sejumlah orang yang berkomplot untuk merencanakan suatu rekayasa pada agama. Mereka merencanakan untuk meruntuhkan iman seseorang dengan cara hanya meniru ibadah. Kemudian mereka memakai pakaian shalat karena mereka tak akan berhasil di dalam rencananya jika mereka tidak keluar dari keyakinannya dan menjadi Muslim.

Apabila ada seorang Eropa atau Yahudi meragukan keimanan, siapa yang akan mendengarkannya? Celaka orang-orang yang Shalat, dan yang lalai dalam shalatnya. Merekalah orang-orang yang munafik, yang menolak untuk menolong orang yang membutuhkan (QS. 107. : 4-57). Ayat itu merangkum semuanya. Engkau memiliki cahaya, tetapi engkau tidak memiliki kemanusiaan. Carilah kemanusiaan, karena itulah tujuannya. Selebihnya hanyalah ocehan yang tak kunjung habis. Ketika pembicaraan sudah terlampau jauh, tujuan yang hendak dicapai mudah untuk dilupakan.

Seorang tukan sayur yang pernah mencintai seorang perempuan mengirim pesan kepada pelayan perempuan itu dan berkata, "Aku begitu, aku begini. Aku sedang jatuh cinta; aku terbakar; aku tidak memiliki kedamaian; aku tersiksa; Kemarin aku pun demikian, malam-malam menggelisahkanku." Dan kemudian dia pergi dengan penuh rasa bangga. Ketika pelayan datang kepada majikannya dia berkata, "Tukang sayur mengirimkan salam dan berkata bahwa dia ingin melakukan sesuatu untukku dan denganmu."

"Begitu terus terang?" tanya perempuan itu.

"Sebenarnya, " Jawab si pelayan, "dia bercerita panjang lebar, tetapi itulah inti ceritanya."

Itulah pokok yang terpenting. Selebihnya, sekedar membuat kalian sakit kepala.

Jalaludin Rumi, Fihi ma FihiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang