SETETES AIR DARI SAMUDRA MAHA LUAS

509 8 2
                                    

Syeh Ibrahim mengatakan, kapan pun Saifuddin Farrukh melihat seseorang terpukul, dia akan menyibukkan dirinya dengan mengatakan kepada orang lain, sementara itu pemukulan tetap berlangsung. Di dalam perilaku ini, tidak seorang pun mampu jadi perantara bagi orang yang sedang dihukum.

Apa pun yang engkau lihat di dunia ini adalah sebagaimana yang ada di dunia sana. Tetapi hal dari di dunia sini hanyalah contoh yang diambil dari dunia sana. Apa pun di dunia sini telah dibawa dari dunia sana. Tidak ada satu hal pun, melainkan Kami memiliki gudangnya, dan Kami tidak menyamaratakan setiap bagian, semuanya dalam ketenetuan yang sudah ditetapkan (QS. 15: 21).

Pedagang kaki lima membawa nampan di atas kepalanya dengan berbagai macam jenis bumbu – cabe rawit, bumbu masak, dan lain-lain. Persediaannya tidak terbatas, tetapi hanya ada ruang sedikit saja di atas nampan itu. Manusia bagaikan pedagang atau toko tukang obat, yang memiliki daya tampung yang kecil. Rasio, kecerdasan, kebajikan, dan pengetahuan dari gudang sifat Tuhan telah ditempatkan di alam botol dan nampan untuk dijajakan di dunia sini sesuai dengan daya tampungnya. Maka manusia melakukan penjajaan layaknya seorang pedagang untuk Tuhan. Siang dan malam nampan terisi, dan kemudian engkau mengosongkannya – atau menghamburkannya – agar engkau memperoleh untuk dari hasil daganganmu. Pada siang hari engkau mengosongkan, dan pada malam hari mengisinya kembali. Sebagai contoh, engkau lihat kecerahan mata. Di dunia sana terdapat begitu banyak mata, contoh yang telah dikirimkan kepadamu dan alat yang engkau pergunakan untuk melihat-lihat dunia. Ada pandangan yang lebih sejati daripada pandangan di dunia sini, tetapi kemampuan manusia tidak bisa menampungnya. Seluruh sifat itu benar di sini, di depan kami dalam persediaan yang tidak terbatas, di dalam ketentuan yang sudah ditetapkan Kami Kami membagikannya dengan marata.

Bercerminlah kemudian pada betapa banyak makhluk yang muncul, abad demi abad. "Laut" ini penuh sesak oleh mereka, dan kemudian kosong lagi. Pertimbangkan olehmu sebuah "Gedung" apakah ini. Sekarang, semakin seseorang menyadari keberadaan "laut", semakin dia merasa kecewa dengan sekedar nampan. Pikirkan dunia ini sebagai koin receh yang muncul dari percetakan uang dan kembali lagi kepadanya : Kami adalah milik Tuhan, dan kepada-Nya kami pasti akan kembali (QS. 2 : 156). "Kami" di sini berarti bahwa seluruh bagian dari kita muncul dari sana dan merupakan contoh dari sana, dan segala sesuatu, besar kecil –juga binatang – akan kembali ke sana. Benda muncul tiba-tiba di atas "nampan" ini dan mereka tidak dapat muncul tanpa adanya "nampan" karena dunia sana itu halus dan tidak dapat dilihat.

Kenapa hal seperti terlihat aneh? Tidakkah engkau lihat betapa hembusan musim dingin tampak dan mendesir melalui pepohonan, semak, bebungaan, dan tanaman obat-obatan? Engkau lihat keindahan musim dingin dengan cara seperti itu, tetapi saat engkau menguji hembusan itu engkau tidak melihat apa pun. Hal itu terjadi bukan karena petakan bunga
semacam itu tidak berada di "dalam" hembusan angin : Apakah tidak berasal dari cahayanya? Tidak, di dalam hembusan angin terdapat aliran penampang bunga dan tumbuhan obat-obatan. Tetapi arus itu terlalu halus untuk dapat dilihat kecuali mereka terungkap ke luar dari kehalusannya melalui sejumlah perantara.

Demikian halnya, sifat itu tersembunyi di dalam manusia. Mereka tentu tidak jelas kecuali melalui sejumlah perantara dalam dan luar, misalnya pidato, perselisihan, peperangan, atau perdamaian. Engkau tidak dapat melihat sifat manusia. Ketika engkau melihat pada dirimu dan tidak menemukan apa-apa, pikirkan sendiri dirimu dan kau dapati bahwa dirimu hampa dari sifat itu. Hal itu bukan karena engkau telah berubah dari dirimu sebelumnya, tetapi karena ia tidak terlihat di dalam dirimu. Ia seperti air di
dalam lautan. Air tidak datang ke laut kecuali melalui perantara awan, dan itu tidak nampak jelas terlihat kecuali melalui gelombang. Gelombang adalah "peragian", sehingga apa yang ada di dalam dirimu menjadi terlihat. Sejauh laut masih ada, enkau tidak akan melihat apa pun. Tubuhmu berdiri di pantai, sedangkan jiwamu berada di laut. Engkau tidak lihat betapa banyak ikan, ular, unggas, dan makhluk lain datang tiada henti dari laut, memperlihatkan diri dan kemudian sekali lagi menuju laut? Sifat-sifat kamu – seperti kemarahan, kecemburuan, kegairahan – mucnul dari "laut" ini. Orang boleh berkata mereka "pecinta halus" Tuhan. Orang tidak dapat melihat mereka kecuali melalui media peralatan "pakaian" verbal. Ketika mereka "telanjang" mereka terlalu halus untuk dilihat.

Jalaludin Rumi, Fihi ma FihiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang