JIWA SHALAT LEBIH BAIK DARIPADA SHALAT

804 19 0
                                    

Seseorang ditanya, apakah yang lebih istimewa dibanding shalat? Jawabnya, seperti yang telah kami katakan, bahwa Jiwa Shalat lebih baik dari pada shalat. Jawaban lain ialah Iman lebih baik dari pada Shalat, karena shalat diwajibkan lima kali sehari sedangkan Iman tidak boleh terputus. Orang dapat dimaafkan dari shalat dengan alasan yang benar, juga diijinkan menunda shalat. Iman tanpa shalat patut diberi ganjaran, sedangkan shalat tanpa iman, seperti shalatnya orang munafik, tidak mendapatkan apa-apa. Shalat berdasarkan Agama. Sedangkan iman tidak akan berubah karena perbedaan Agama. Keabadian dan universalitas iman meliputi berbagai hal, keadaannya, perhatiannya, dan lain-lain. Juga ada perbedaan lain. Seseorang dapat mendengar wahyu sesuai derajat kemampuan keterikatannya terhadp wahyu tersebut. Seorang pendengar wahyu seperti tepung terigu di tangan seorang pengadon; wahyu itu bagaikan air, dan "ukuran air yang benar mesti dikocok ke dalam tepung terigu."

•••

Mataku melihat pada yang lain.
Apa yang seharusnya aku lakukan?
Mengeluhlah tentang dirimu.
Karena engkau adalah cahaya mataku.

"Mataku melihat pada yang lain" berarti mencari titik kepuasan" selain dirimu. Apa yang mesti aku lakukan? Engkau adalah cahaya," berarti engkau bersama dirimu sendiri. Janganlah engkau keluar dari dirimu sendiri karena cahayamu akan menjelma menjadi ratusan ribu dirimu.

•••

Diceritakan, suatu ketika ada seorang lelaki dengan perawakan kecil lemah, dan hina bagaikan burung kecil yang terkutuk. Bahkan setiap pandangan buruk yang melihatnya selalu diiringi dengan rasa jijik dan disertai rasa syukur kepada Tuhan karena mereka tidak seburuk dia. Meskipun sebelum melihat dia, mereka pernah mengeluhkan wajah buruk mereka. Tidak hanya itu. Lelaki-lelaki itu juga selalu berbicara kasar dan pembual besar. Seorang anggota istana raja yang selalu menyakiti seorang menteri karena dia sabar, suatu ketika merasa tak tahan lagi melihat keadaan itu dan berteriak, "Hai, orang-orang istana! Kita telah mengambil orang tak berharga ini dari selokan dan mendidiknya. Berterima kasihlah! Karena kemakmuran dan kemurahan hati kita, juga karena leluhur kita, dia menjadi orang penting. Tapi kini, dia datang dan berbicara kepadaku dengan cara seperti ini!"

Seroang sahabt berdiri dan berkata kepada menteri, "Wahai orang-orang istana, orang-orang terhormat di kerajaan, apa yang dia katakan benar adanya. Aku telah diangkat oleh kebaikannya dan didpelihara dari remah-remah meja makan leluhurnya. Kemudian aku merasa dihina dan direndahkan sebagaimana engkau lihat sekarang. Apabila aku dibawa orang lain, milik dan statusku tentu akan lebih besar daripada mereka sekarang. Dia mengangkatku dari debu dan demi alasan itu aku berkata, bagi Tuhan aku adalah Debu (QS.78:40). Andaikata orang ainlah yang mengangkatku dari debu, aku tidak akan jadi ternak yang tertawa seperti ini."

Seorang pengikut yang peduli pada hamba Tuhan akan memiliki kemurnian jiwa. Siapa pun yang dididik dan diajari untuk menipu atau berbuat munafik, dia akan menjadi orang yang menyedihkan, lemah, tidak berdaya, hina, ragu-ragu, dan bingung sebagaimana yang mengajarinya. Karena mereka yang tidak beriman, pendukungnya adalah Thagut. Mereka akan membawanya dari cahaya ke dalam kegelapan (QS.2:257).

Para Nabi dan orang suci, dengan demikian, adalah "pengingat" atas keadaan masa lalu seseorang. Mereka tidak meletakkan sesuatu yang baru ke dalam hakikat seseorang. Sekarang setiap air keruh yang mengenali air jernih itu akan berkata, "Aku berasal dari itu" lalu bercampurlah dengannya. Tetapi jika air keruh itu tidak mengenali air jernih yang mengingatkan asal mulanya dan berpikir dirinya berbeda dengan yang lain, dia akan menolak proses terjadinya kekeruhan, percampuran warna lain dalam dirinya, hinga dia tidak akan lagi bercampur dengan lautan yang maha luas. Mereka bahkan menjadi lebih asing dari laut..

Mereka yang menyadari ikatan kebersamaan
Akan terikat bersama;
Mereka yang menolak ikatan kebersamaan,
Hancur redam terpisah-pisah.

Persisi seperti Firman Allah, telah datang utusan kepada kalian dari golongan kalian sendiri (QS.9:128). Ayat ini bermakna bahwa air jernih yang agung itu berasal dari jenis serupa dengan air keruh yang hina. Mereka berbagi jiwa dan hakikatnya yang serupa. Ketika "yang sedikit" tidak mengenali "yang besar" dan agung memiliki jiwa dan hakikat yang sama dengannya, maka pengenalan yang akan datang padanya bukan dari air itu sendiri. Melainkan dari kejahatan yang membisikinya. Kejahatan itu memantul di atas permukaan air hingga dia tidak tahu apakah alirannya berasal dari air laut yang luas dan agung atau berasal dari pantulan kejahatan. Antara keduanya begitu dekat sehingga dia tidak mampu untuk membedakannya.

Dengan cara serupa, seonggok tanah liat yang sedikit dan hina tidak mengetahui apakah dia berasal dari lumpur yang datang dari dirinya sendiri atau karena munculnya sejumlah penyebab lain yang bercampur dalam dirinya. Sadarilah kemudian bahwa setiap baris, setia laporan, dan setiap ayat yang dibawa sebagai bukti para nabi dan orang suci merupakan dua bukti dan dua kesaksian mereka. Bukti dan saksi itu mempu bertindak sebagai saksi terhadap banyak peristiwa. Mereka menyaksikan setiap hal berdasar pada perkaranya. Sebagai contoh, dua orang yang sama bisa jadi menyaksikan penempatan rumah, penjualan pada toko, dan perkawinan. Dalam situasi apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, mereka akan membatasi kesaksiannya pada setiap peristiwa yang terjadi. "Bentuk" persaksian selalu sama, tetapi "hakikatnya" tentu berbeda. "Semoga Tuhan mengasihi kita dan kalian! Warna itu berasal dari darah, tetapi wewangian itu berasal dari kesturi."

Jalaludin Rumi, Fihi ma FihiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang