.3.

3.1K 465 77
                                    

Previous chapter:

'Sentuh pilihan yang akan kau pilih:

1. Tanya apa buku kesukaannya. [chosen]

2. Tanya soal kegiatan organisasinya.'

 

[...]

Seokjin sering sekali ke perpustakaan. Tugas yang menumpuk memaksanya untuk mencari lebih banyak referensi untuk menyelesaikan tulisannya. Agaknya bersyukur karena sumber bacaan yang dia perlukan sebagian besar bisa didapatkan di perpustakaan fakultasnya. Pun tidak perlu repot-repot bertanya dimana letak bukunya berada karena dia sudah hapal di luar kepala sebagian besar buku di setiap raknya. Tapi, tetap saja dia perlu membaca isinya karena yang dia hapal cuma tulisan sampulnya.

Sebenarnya, tujuan Seokjin ke perpustakaan nggak hanya menyelesaikan tugas. Presensi Namjoon yang selalu duduk sendirian di satu meja panjang dengan buku-buku tebal yang membuat Seokjin curi-curi kesempatan melihat apa yang pria itu baca. Tapi Namjoon terlampau serius sampai tidak ada yang berani menganggunya. Apalagi desas-desus dari banyak mahasiswa yang bilang kalau Namjoon akan berubah ganas saat diganggu membaca. Mirip seperti singa yang mengaum marah karena diganggu saat sedang tidur siang.

Karena tingkah Namjoon yang menyeramkan itu, banyak yang memasang taruhan untuk siapapun yang mau menjadi korban amuk Namjoon dan mencoba duduk bersamanya di perpustakaan. Tapi, sampai sekarang tidak ada yang berhasil melakukannya. Tidak ada yang berani duduk di sebelah Namjoon. Bahkan panggilan telpon saja tidak ada.

Namjoon seperti sudah memberitahu teman-temannya agar tidak mengganggu waktu sakralnya bersama tumpukan buku-buku.

Kalau begitu kondisinya, bagaimana cara untuk mendekatinya?

"Aplikasimu seperti tahu kalau Namjoon tidak bisa diganggu saat membaca," keluh Seokjin bersungut-sungut dengan suara nyaris berbisik sembari melirik-lirik ke arah Namjoon.

Hoseok di seberang telpon pun menghela napas panjang dengan malas. "Aku temanmu, dan aku juga yang membuat aplikasinya. Tentu saja aku tahu apa yang tidak bisa kau dapatkan darinya, dan melakukan yang tidak disukai Namjoon tentu akan membuat dirimu diingat."

Mata Seokjin langsung bergulir malas. "Iya. Kau benar. Dia akan mengingatku sebagai penganggu," timpal Seokjin ketus.

"Kau belum mencobanya, bukan? Siapa tahu sebenarnya selama ini dia sedang menunggumu datang. Jadi, dia membatasi diri dari siapapun agar kalian bisa berduaan dengan tenang. Aku benar, kan?"

Bicara dengan Hoseok terkadang tidak menghasilkan apa-apa selain membuat kepala sakit. Dia cuma serius kalau sedang membicarakan aplikasi dan perempuan. Dia juga jarang mau ikut campur. Itulah kenapa Seokjin sampai bertanya berkali-kali saat Hoseok memberikan aplikasi yang dia kembangkan khusus untuk sahabatnya sendiri. Bahkan bukan bagian dari tugas dosen atau proyek klub.

"Seharusnya aplikasimu tidak menyarankan soal buku."

"Lho? Kenapa? Bukannya kau suka membaca?"

"Siapa?" Seokjin nyaris berteriak kalau saja dia tidak lupa sedang ada di mana. "Aku beli buku bukan untukku. Pun aku ke perpustakaan hanya untuk melihat Namjoon. Kau pikir aku betah seharian bersama buku-buku kalau bukan karena dia? Aku mau rebahan juga, tau!"

Seokjin juga bisa jadi mahasiswa biasa yang suka rebahan di hari senggang setelah kuliah. Bukan berkutat pada buku-buku sampai jam tutup perpustakaan hanya karena Namjoon belum beranjak pergi.

"Yasudah, pulang saja. Memangnya kau siapa? Pacarnya? Aku tidak mengerti kenapa kau senang sekali berperan sebagai penjaga daripada pengaguma rahasia."

[END] Space.  |  NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang