(TRUR) - EMPAT

159 34 21
                                    

"Hargai sebelum pergi. Karena dia yang sudah kecewa, jika kembali belum tentu akan sama"

_______________________

"Sampai kapan si lo bakalan ngejar si kanebo kering itu, Rain?" pertanyaan itu keluar dari mulut Birgita.

Sekarang ketiga gadis itu sedang berada di rooftop. Mereka bertiga mabal dari pelajaran Bu Nira yang menurutnya sangat membosankan. Bagaimana tidak membosankan, jika semua huruf kebanyakan x dan y. Kita harus mencari x. Kenapa kita harus repot-repot mencari, tohh x bukan siapa-siapa kita, teman bukan, keluarga juga bukan. Lalu kita disuruh mencari sampai kepala keluar asap. Merepotkan.

"Udah satu setengah tahun lo ngejar-ngejar dia, tapi hasilnya tetep nol besar. Ga meleleh juga si kutub es itu," sambung Birgita lagi.

"Ya sampe si Raka jadi milik gue lah."

"Lo yakin itu cinta? Bukan obsesi semata?"

"Kalo ini cuma obsesi gue bakal ngehalangin siapapun yang mau ngedeketin Raka. Buktinya ngga kan? Gue ga pernah ngelarang siapapun buat ngedeketin Raka, kecuali Raka udah jadi milik gue baru siapa aja yang nyenggol Raka langsung gue bacok," jawab Rain diiringi kekehan kecil.

"Psikopat lo anjir," Birgita bergidik ngeri mendengar jawaban Rain.

"Iyalah gue bakal nerapin prinsip senggol bacok kalo ada yang ngeganggu milik gue."

"Emang apa yang bikin lo yakin kalo lo itu cocok saka Raka?" kali ini Alexa yang biasanya menjadi pengamat ikut menimbrung.

"Gue cantik Raka ganteng," jawab Rain enteng sambil memakan kuaci.

"Teori dari mana itu woi!" seru Birgita tak terima.

"Lo berdua pengen tau alasan apa aja yang buat gue ngerasa cocok sama Raka?" pertanyaan Rain langsung diangguki oleh keduanya.

"Banyak alasannya. Yang pertama, tadi, gue cantik dan Raka ganteng jadi cocok lah. Kedua, nama kita sama-sama berawalan dari huruf R. Alesan ketiga, nama panggilan kita sama-sama empat huruf. Nah keempat, nama kita sama-sama terdiri dari tiga kata. Yang kelima, nama tengah kita sama juga berasal dari gabungan kedua orang tua kita. Rainetta Prastika Gutama itu kan berasal dari Prasetio nama bokap gue dan Artika nama nyokap gue, nah nama si Raka, kan, Raka Arkhana Rendra berasal dari nama bonyoknya Raka si om Arkan sama tante Hana. Nah yang ke enam---"

"Cukup-cukup teori lo gaada yang masuk akal banget tau ga? Gue jadi yakin kalo lo bener-bener gila," gerutu Birgita yang tidak habis fikir dengan otak Rain itu. Sungguh begitu cetek pikirnya.

"Lah lo baru tau kalo gue gila? Gue kan emang gila. Tergila-gila sama Raka maksudnya hahaha."

"Fix, gila gak ada obat," ucap Birgita seraya geleng-geleng kepala.

"Udah lah, ayo ke kantin, udah bel istirahat," ajak Alexa karena sudah mulai jengah tentang topik pembicaraan itu. Sungguh Alexa menyesal telah menanyakan hal itu, harusnya Alexa tau bahwa Rain pasti akan menjawab dengan hal yang tak masuk akal.

***

Sesampainya di kantin Rain langsung disuguhi pemandangan yang menyesakkan hati. Raka dan boneka Annabele sedang duduk berdua di salah satu bangku kantin, dan itupun lepas dari gerombolan antek-anteknya Raka. Tak biasanya Raka mau duduk selain bersama teman-temannya.

Tentang Rasa untuk RakaWhere stories live. Discover now