Mulai menjalaninya

Start from the beginning
                                    

Tampak raut muka kekecewaan dari bang PD-nim dan manager sejin, Oh Allah, rasanya hati ini terasa sakit melihat orang yang aku hormati sedih karena ucapanku.

Ya Allah, Laa haulla walaa kuwata illah Billah...Ampuni aku ya Allah,

"Aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa Asma, konser BTS tinggal dua Minggu lagi. Sedangkan sejin, jika terus di paksa suaranya bisa-bisa hilang. BTS juga, mereka tidak bisa menjalankan jadwal dengan kekurangan manajer." kata bang PD-nim dengan mengacak-acak rambutnya, sepertinya dia sangat bingung untuk mencari jalan keluar dari masalah ini.

Aku merasa sangat bersalah, lidahku kelu tak tau lagi kalimat seperti apa yang harus aku keluarkan.

"Sebenarnya kami sangat berharap pada mu Asma, walaupun ini akan berat bagimu untuk menjalankannya. Tapi kami yakin kamu bisa membuat mereka menerima mu." kata manager sejin.

Ya Allah, inikah jalan dari mu?

"Kami mohon, hanya kamu yang bisa menggantikan Sejin, Asma. Jika harus mencari orang lain akan membutuhkan waktu lama."

Subhanallah, pilihan ini sulit, aku sangat bingung dengan keputusan yang harus aku ambil.

"Asma-ssi."

Suara itu terdengar dari arah belakangku, aku, bang PD-nim dan manager sejin menoleh melihat sosok lelaki yang berdiri tak jauh dari kami duduk.

"Kami..." suara itu terdengar berat untuk melanjutkan kata-katanya, tak ada kesedihan di raut mukanya melainkan wajah yang terlihat tetap tenang, tapi aku yakin pasti berbeda dengan hatinya. Aku hanya bisa menatap kedua tangan yang sedikit mengepal.

Oh, allah, sesulit inikah menerima aku?

"Kami...menerimamu sebagai manager."

Kalimat itu bergetar di hatiku. Ini pertama kalinya aku bertemu mereka tapi aku sudah menyakiti mereka terlebih dahulu, aku merasa sudah menjadi beban bagi idolaku sendiri.

"RM-ssi." aku memberanikan diri untuk menatapnya. Tapi, RM malah memalingkan wajahnya.

Tanpa terasa air mataku menetes, melihatnya seperti ini membuat ku lebih sakit apa lagi jika mereka bertujuh yang ada di hadapanku.

"RM-ssi, aku tetap akan mundur menjadi manager kalian."

"Tidak, kami sudah berunding dan kami menerimamu. Lagian kami tak mau melihat manager sejin terus-terusan sakit." Ucapnya membuatku semakin ingin menjerit karena merasa bersalah.

"Aku benar-benar meminta maaf pada kalian."

"Kami yang seharusnya meminta maaf atas sikap kami padamu tadi. Menurutku kami terlalu egois menolak mu karena kita berbeda keyakinan, tapi aku yakin kita bisa bekerja sama dengan baik nantinya. Maaf, karena kami terlambat menyadari akan hal itu."

"RM-ssi, aku tak bermaksud membuat kalian merasa sedih seperti ini. Sungguh.."

RM terdengar tertawa samar,
"Sudahlah, tidak apa-apa, mungkin ini sudah menjadi jalanya."

"Mianhaeyo."

Aku melihat RM bernafas kasar, lalu detik kemudian ia melangkahkan kakinya kearahku untuk memperpendek jarak diantara kita. Dan dia tersenyum.

"Tak masalah kau menjadi manager kami, semoga kita bisa bekerja sama," RM menjeda kalimatnya namun tetap tersenyum kearah ku, "dan kami akan berusaha menerimamu seutuhnya."

Detik kemudian, RM berbalik dan pergi menjauh. Aku hanya bisa menatap punggungnya yang laman laun menghilang.

Bangtan, maafkan aku.

Because They ( Tidak Dilanjutkan )Where stories live. Discover now