Sisi Lain Asma: Tulus

203 37 6
                                    

Assalamualaikum

💜💜💜

"Aku percaya semua ini, karena Tuhan terlibat di dalamnya."

°°°
Aku menggigil kedinginan di dalam mobi, padahal punggungku sudah terselimuti jas milik V. Mungkin saat ini V jauh kedinginan dari pada aku. Kalau mengingat V ikut hujan-hujanan tadi siang saat menuju ke rumah sakit karena waktu.

Setelah jam bekerja V pergi untuk perawatan, aku ikut menemaninya. Saat kami di rumah sakit tiba-tiba hujan, hujan turun lebat sampai kami selesai. Kami sempat menunggu didepan rumah sakit, sampai V memutuskan untuk menerobos hujan. Takut juga ada fans yang mengenali.

Hachim!

"Astaga," suara V akhirnya terdengar selama perjalanan ini. Sedari tadi kami hanya di selimuti keheningan.

Aku menekan hidungku karena tergelitik ingin bersin lagi dan lagi. Sepertinya aku terserang flu karena kedinginan.

V menepikan mobilnya di depan supermarket tidak lama dari itu.

"Tunggu ya, aku mau cari sesuatu yang hangat," katanya.
Aku mengangguk sambil terus menggigil kedinginan.

Ingatanku kemudian tertarik ke beberapa waktu lalu saat didepan rumah sakit, kami duduk bersama dengan suara hujan yang mendominasi, lalu V berucap kata-kata yang membuatku terkesima. Bisikan rasa khawatir V masih berdengung di telingaku. Rasanya jantungku bergetar saat mengingat itu. Pipiku tiba-tiba memanas. Apakah benar jika V kini mempunyai rasa lain padaku? Mungkinkah itu?

Suara tarikan pintu mobil terdengar dan membuyarkan lamunanku, aku mengusap pipiku agar tak kentara meronanya, aku malu.

"Nih, minumlah," V menyodoriku satu gelas kemasan yang diracik langsung oleh pegawai supermarket.

"Gomawoyo," ucapku sambil meraih gelas itu.

V melajukan mobilnya kembali, perlahan aku meminum minuman tersebut. V juga membeli satu gelas lagi untuk dirinya, sesekali sambil mengemudikan mobil, dia menyeruput gelas itu yang kupastikan adalah minuman kesukaannya.

Selama perjalanan hatiku bergejolak tentang pertanyaan tadi, pantaskah aku tanyakan langsung padanya?

Berulang kali aku mencoba mengeluarkan suara, namun otakku telah kehabisan pasokan kata untuk mengutarakannya. Aku sama sekali tidak mempunyai nyali untuk mempertanyakan itu hingga sampai di depan gerbang dorm. Lidahku masih kelu dan nyaliku tak jua ada, aku hanya meliriknya berulang kali tanpa satu kata pun keluar dari mulutku.

Aku menaruh gelas itu di tempat yang pas di badan pintu mobil, sembari menunggu V menelepon satpam untuk membukakan pintu gerbangnya. Saking dinginnya, aku tak sengaja mulutku berdesis kedinginan. Aku mencoba meniup-niup telapak tanganku yang terbalut sapu tangan agar bertambah hangat.

"Agak lebih cepat ya, Pak. Ama sudah kedinginan sekali, aku khawatir padanya." Katanya kepada penerima telepon yang aku pastikan itu satpam yang sedang berjaga.

Mendengar bahwa V menghawatirkan aku, aku merasa ada kupu-kupu terbang di perutku merambat ke dada dan menggetarkan jantungku.

Beberapa hari ini BTS membuatku terbang dengan kata-kata yang terlontar dari mereka, kata-kata itu membuat aku bahagia walaupun aku tahu kalau itu hanya di mulut mereka saja, lain lagi di hati mereka.

"Dingin, ya?"

Setelah menaruh ponsel di dashboard, perhatiannya teralih padaku. Sepertinya V mendengar desisan kedinginan ku.

"Sini tangannya... "

Tiba-tiba V meraih kedua tanganku, didekatnya pada wajahnya dan ditipunya telapak tanganku.

Aku terpaku, terdiam.

Kehangatan yang semula aku rasakan hanya di telapak tanganku, entah kenapa menjalar ke seluruh tubuh, terutama pipiku yang ku yakini tengah memerah.

Blush! Aku merona dibuatnya.

Allah Maha Baik dengan mencampuri cintaku atas izin-Nya. Sehingga apa yang aku rasakan saat ini sungguh luar biasa. Cinta yang di berikan oleh Allah membuatku merasa menjadi wanita paling bahagia saat ini.

V yang beberapa bulan lalu mendiami aku, menatapku dengan tatapan seribu kebencian, mengeluarkan kata-kata yang menyakiti relung hatiku. Kini, atas izin Tuhan, dia telah kembali menjadi sosok V yang sangat menghormati wanita.

"Masih dingin?"

Aku menggeleng pelan.

V meraih ujung jasnya yang menyelimuti ku. Dia membenarkan letak jas itu untuk menutupi setengah badanku yang basah. Wajahnya begitu dekat, aku sampai tak berkutik dan menahan napas karena jarak kita yang terlalu dekat.

"Jangan sakit, ya," ucapnya dengan memandang manik mataku setelah membenarkan jas yang aku pakai.

Aku mengangguk pelan.

Aku mengedarkan pandanganku ke depan, mencoba mengalihkan perhatian V yang terus menatapku. Aku merasa canggung. Aku kira dia akan berhenti menatapku, tetapi nyatanya setelah aku mengembalikan pandangan ke arahnya lagi, V masih saja menatapku.

"Waeyo?"

"Tidak apa-apa," jawabnya sembari menarik dirinya untuk sedikit menjauh dariku.

Meskipun tersipu, aku mencoba menutupinya.

Hening.

Hening.

Dan masih hening.

"Ama... "

"Hm?"

"Aku... " Dia menggantung kata-katanya.

"Nee?"

Aku melihat V beberapa kali menarik napas panjang dan menghembuskan ya dengan gusar, sepertinya dia gelisah atau... Gugup?

"Ama... Aku...."

V bersuara ketika suara pintu gerbang dibuka. Tadi V bilang apa, ya?

"Bilang apa? Tadi tidak terdengar."

Dia menghembuskan napas gusar, "tidak jadi, lain kali saja," ucapnya seraya membuka pintu mobil dan keluar detik itu juga.

V tadi bilang apa, ya?
Aku jadi penasaran.

°°°
;Jangan lupa bahagia:)

Because They ( Tidak Dilanjutkan )Where stories live. Discover now