Melihat itu, hati Tama berdenyut ngilu. 'Wanita yang melahirkannya begitu menyayangi dia. Memperlakukannya penuh kasih sayang dan sangat lembut. Tapi, orang lain ... dengan ringannya tangan bermain untuk melukai.'

***

"Istrimu cantik, Dude. Sangat disayangkan kamu menyia-nyiakan dia. Kalau tidak mau, mending kasih aku saja. Aku tidak menolak."

Andreas melempar putung rokok ke asbak kaca setelah isapan terakhir. Ia menyandarkan punggung pada sofa lalu mengembuskan asapnya membentuk huruf O. Ia mengamati sampai asap itu memudar dan menghilang perlahan. Kemudian, menoleh ke arah kiri, menatap Tomi yang duduk di sebelahnya dengan seputung rokok terselip di sela jari tangan kanan.

Memerhatikan sahabatnya dalam-dalam, Andreas berucap serius, "Cantik itu relatif, Tom, karena kodratnya seorang wanita. Tapi, tetap saja dia yang membunuh Mamaku. Kebencianku sudah mendarah daging. Aku hanya ingin menjalankan misiku. Menghancurkan dia sampai ke relung hatinya, supaya tahu bagaimana rasa sakit hatiku ditinggal orang yang paling penting dan berharga dalam hidup."

"Kalau gitu bagi saja ke aku. Kamu menyerahkan istrimu ke aku, dan aku akan memberikan salah satu sahamku yang menjadi incaranmu itu."

Mendengar ide gila sahabatnya, Andreas menatapnya tajam. "Dan kamu akan memberi kebesan untuknya? Tidak akan. Itu sama saja aku memberi celah untuknya terbebas dari hukumanku."

"Oh, ayolah. Daripada dianggurin. Dia bisa menjadi teman tidurku. Aku bisa memakainya setiap malam dan mengurangi uang jajanku untuk membeli jalang-jalang di kelabnya Eros ini."

"Tidak ada bedanya. Kamu bahkan akan menukarnya dengan saham yang bernilai miliyaran."

"Tapi, sungguh, Dude. Aku menginginkan dia. Kalau kamu berubah pikiran, tawaran itu masih berlaku sampai kapan pun." Tomi memainkan alis naik-turun, menatap jahil Andreas.

"Pesona istrimu sangat berbeda dari perempuan-perempuan yang sering kukencani. Aku pikir wajahnya ndeso dan biasa-biasa saja, karena kamu bilang dia perantau dari kampung. Tapi, saat aku perhatikan di pesta pernikahanmu kemarin, ternyata ada campuran wajah orang barat. Tidak seratus persen lokal," ucap Tomi lagi.

Andreas mengubah posisi duduk sembari bersedekap. Tatapannya tertuju pada bungkus rokok yang tergeletak di meja kaca depannya. Sedangkan pikiran berlarian membayangkan wajah Zulaikha dari bibirnya yang tipis, hidung mancung, dagu lancip, dan bulu mata yang lentik alami. Memang benar, wajah perempuan itu tidak seratus persen lokal, ada campuran darah orang barat.

"Tapi, ibunya lokal banget. Masih tetap cantik, sih, walaupun sudah mulai menua," celetuk Andreas, tanpa mengalihkan pandangan.

"Bisa jadi bapaknya impor dari luar negeri seperti dirimu. Iya, 'kan?"

Andreas mengiyakan. "Memperbaiki keturunan memang."

"Apalagi nanti kalau kamu memiliki anak darinya. Keturunan yang tidak akan gagal."

"Sayangnya aku tidak akan meninggalkan benih di rahimnya."

"Sungguh? Kamu tidak tergoda dengannya?"

"Tidak," jawab Andreas cepat.

"Aku tidak percaya. Nyatanya, kamu tidak rela berbagi denganku," ledek Tomi. Ia menaruh putung rokok ke asbak setelah hisapan terakhir.

"Dia tawananku."

"Berani taruhan apa kalau dia sampai hamil anakmu?" tantang Tomi.

"Restoran di Bali, aku berikan salah satunya untukmu?"

"Really?" Kedua mata Tomi berbinar cerah.

"Yes," balas Andreas tanpa keraguan.

Tomi menegakkan posisi duduk. Dengan penuh semangat ia mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Andreas, yang langsung dibalas.

FORCED BRIDE [ENDING]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن