Part 7

1.2K 133 6
                                    

Seperti yang sudah direncanakan, Andreas membawa Zulaikaha keluar rumah sakit setelah selesai mengurus administrasi. Semua berjalan lancar tidak ada suatu halangan apa pun. Bahkan, Zulaikha juga tidak memberontak saat suster mencabut jarum infus yang terpasang di punggung tangan kirinya.

Perempuan itu tampak pasrah, tetapi dalam hati sangat terluka. Ia tahu, setelah hari ini kehidupannya akan berubah setelah tinggal bersama Andreas dalam ikatan pernikahan paksa. Sungguh, jika bisa kabur, ingin sekali Zulaikha melakukan hal itu. Namun, ia berpikir lagi keselamatan ibunya jauh lebih penting sekarang.

Zulaikha melamun menatap ke luar jendela mobil, mata berkaca-kaca. Hatinya terenyuh, banyak hal yang ia pikirkan saat ini. Sang ibu, Zacky, Ranti, dan pekerjaan, semua akan ia tinggal tanpa pemberitahuan apa pun karena ponsel miliknya telah disita oleh Andreas.

"Jangan memasang wajah memelas seperti itu. Tidak akan mempan untuk meminta belas kasihan dariku," ucap Andreas, dingin. Pandangannya tetap fokus pada ponsel dalam genggamannya, membaca pesan-pesan yang masuk. Akan tetapi, ia tahu jika Zulaikha sedang meratapi nasibnya yang menyedihkan.

"Terserah aku akan menampilkan wajah seperti apa. Bukan urusanmu," ketus Zulaikha tanpa menoleh. Lamunannya buyar sudah mendengar ucapan Andreas yang memecahkan keheningan.

"Pembunuh."

Mendengar gumaman Andreas, sontak, Zulaikha langsung menoleh. Ia menatap tajam lelaki itu dengan bibir mengerut. Sedangkan kedua tangan mengepal, mengumpulkan seluruh tenaga yang dipunya. Kemudian, ia berteriak kencang tepat di samping telinga lelaki itu, "AKU BUKAN PEMBUNUH! AKU BUKAN PEMBUNUH MAMAMU!"

Andreas yang kaget pun, langsung menjatuhkan ponsel. Refleks, kedua tangannya terangkat menutup telinga. Sedangkan bodyguard yang sedang menyetir tanpa sengaja menginjak pedal rem. Bodyguard satunya lagi langsung menutup telinga seperti Andreas. Lengkingan suara perempuan itu persis seperti toa, sangat tidak aman untuk gendang telinga.

"Setelah membunuh Mamaku, sekarang kamu mau membunuh kami, huh?! Lihat, atas perbuatanmu anak buahku ngerem mendadak! Ini bisa menyebabkan kecelakaan!" seru Andreas, jantungnya masih berdebaran tak karuan. Ia menoleh ke belakang. Beruntung, jalanan menuju kompleks perumahannya sepi, jarang kendaraan melintas. Dan mobil khusus bodyguardnya agak berjarak di belakang, sehingga tidak menabrak ketika ikut ngerem mendadak.

"Salahkan anak buahmu, kenapa harus ngerem mendadak?! Jangan sedikit-sedikit salahku! Apa-apa salahku! Kematian Mamamu pun, masih menyalahkan aku! Aku bukan pembunuh! Aku juga tidak tahu beliau akan menolongku dari maut! Aku sangat berterima kasih kepada beliau, aku juga sadar diri telah berhutang nyawa dengannya. Tapi, aku sangat benci terhadapmu! Lelaki kasar yang bisanya cuma nuduh dan berkehendak atas semaunya sendiri!" Emosi yang sempat terpendam, kini Zulaikha curahkan. Ia tidak boleh lemah. Ia bukan pembunuh, dan akan melawan untuk kebaikannya. Kecuali pernikahan, ia tidak bisa berkutik.

"Jangan banyak omong. Kalau tidak menolongmu, Mamaku masih ada di dunia ini sekarang. Sekali pembunuh tetap pembunuh!"

Geregetan sendiri serta emosi yang semakin membuncah, Zulaikha langsung menjambak rambut Andreas. Cengkeramannya sangat kuat sambil menggoyang-goyangkan kepala ke sana-kemari. "Seharusnya kamu tahu perbedaan pembunuhan dan kecelakaan. Jangan disama ratakan menjadi pembunuh karena kasus kecelakaan! Kalau kamu punya otak, seharusnya tahu. Jangan hanya badan saja yang keker, tapi otaknya kayak keong!"

"Lepasin, berengsek!" seru Andreas. Ia mengernyit, menahan panas dan sakit di kulit kepalanya.

"Kenapa?! Ini yang kamu lakukan terhadapku tadi! Sakit, 'kan? Dasar lemah!" Zulaikha melepaskan jambakan rambut, sambil mendorong Andreas sampai terbentur pintu mobil. Rasanya sangat puas bisa membalas perbuatan lelaki itu. Jangan dikira ia lemah, terus tidak bisa membalasnya? Salah besar. Ia bukan perempuan yang gampang menyerah, juga bukan perempuan yang akan bersikap baik-baik saja jika harga dirinya terus diinjak-injak.

FORCED BRIDE [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang