"Eh, mulutnya! Besok gue gak mau tau, ganti tuh rok. Kalau gak, gue masukin ke buku point." ancam Alle benar-benar serius.

"Iya-iya, baw--All, ini kenapa?" Safira langsung mendekat dan meneliti wajah sahabatnya dengan raut panik.

"Entar gue jelasin. Inget, harus ganti." kata Alle serius.

"Ck, gue lagi khawatir juga masih aja diomelin." rajuk Safira manyun.

Liam sedari tadi hanya terkekeh melihat interaksi keduanya. "Bentar lagi bel, All. Yang lain pasti udah siap." kata Liam mengintrupsi kedua gadis itu.

"Yaudah, gue mau bantuin mereka dulu." ujar Alle langsung.

"Lo kan sakit, mending ke uks aja biar gak makin parah." ucap Liam perhatian.

"Ciee...uhhh mau dong digituin." ujar Safira cekikikan kemudian berlari kencang sebelum mulut Alle berhasil menceramahinya nanti.

"Maklum, dia emang gitu." kata Alle menggeleng heran.

Liam pun hanya mengangguk seraya tersenyum. "Oh ya, jangan lupa pas akhirnya upcara nanti ya."

"Iya, kalau itu mah gue gak bakalan lupa. Apalagi tinggal 2 hari lagi acaranya." kekeh Alle.

"Eh, gue masuk ya. Kasian anggota yang lain." pamit Alle langsung.

Setelah Liam mengangguk, barulah gadis itu melangkah pergi. Dikoridor bawah, gadis itu berpapasan dengan Arland. Alle tidak peduli, namun seketika ada yang berbeda dari muka cowok itu.

Disana terdapat luka gores, sedikit namun terlihat sangat jelas.

Alle langsung membuang muka. Malu sekali rasanya ia malah memperhatikan cowok itu.

•••


Upacara kali ini dilaksanakan dengan seksama dan hikmat. Semua orang nampak diam dan mendengarkan baik-baik apa yang di ucapkan kepala sekolah didepan sana.

Namun, lain halnya dengan para segerombolan laki-laki yang berada dibelakang. Suara kasak-kusuk mulai terdengar saat pidato itu mulai membosankan.

"Nyesel gue gak lari pas Pa Narto nangkep kita," suara Panji pun mulai mengoceh terlebih dahulu.

Kejadian yang teramat langka. Bahkan saat upacara mau dimulai, semua orang tidak fokus akan kehadiran Arland dan kawan-kawannya dibarisan paling belakang.

"Lari pun percuma, Pak Narto punya anak buah buat nangkep kita." sahut Varel malas.

"Stt.. Liat." Gilang lantas berseru dan mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sesuatu.

"Anjing! Siapa yang ngerekam?" ujar Panji merebut ponsel milik Gilang itu dan memperhatikan video yang berdurasi singkat itu seksama.

"Gak tau, yang pasti ini bisa mereka jadiin bukti buat bales dendam." kata Gilang menajam.

"Sialan! Si tai yang mulai, kenapa Arland yang kena? Eh, Arland tau video ini?" kata Panji menatap ke arah Arland yang setia memasang wajah datarnya.

"Taulah, videonya udah disebar di grup kita bege! Lo gak buka?" ujar Gilang mengetuk kepala Panji.

"Kouta gue habis, hospot ya entar." kata Panji dengan cengiran andalannya.

"Ban--"

"Siapa suruh bicara dan main hape?" itu suara sang ketos dan bertepatan dengan itu, ponsel milik Galang langsung diambil.

Panji dan Galang sontak menegang dan menoleh ke bekalang. "Eh ketos, panas ya tos?"

Sedangkan Galang hanya meratapi nasibnya saat ponselnya itu berada didalam genggaman Alle.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now