3. Terimakasih atas kehadirannya

490 70 45
                                    

"Tak tahu siapa diri ini tapi paham bahwa

Aku akan baik-baik saja selagi kamu disini denganku"

I Like Me Better – Lauv


Sudah pukul sembilan malam saat Fiona keluar dari sekretariat setelah rapat besar. Semester baru saja dimulai, tapi ia sudah mulai sibuk jadi budak proker. Sebentar lagi ulang tahun jurusan dan rapat perdana ini sebenarnya memfokuskan ke struktur kepanitiaan. Apesnya Fio jadi ketua divisi kreatif. Dia yang tadi di rapat setengah tidur jadi melek lagi saat disebut namanya dan semua orang bertepuk tangan mengiyakan. Sialan memang!

"Lo pulang sama siapa Fi?" Aden, teman sepertongkrongan Fio di sekret (sesungguhnya kalau anak-anak himpunan lagi gabut mereka bakal datang ke sekretariat yang didominasi oleh para cowok dan Fio adalah satu-satunya cewek yang rajin nongkrong di situ) sudah bersiap akan pulang bahkan terlihat buru-buru.

"Pulang sama Bleki lah, sama siapa lagi?" 

Ia memutar bola matanya, pertanyaan basa-basi yang sudah basi. Semua anak-anak tahu siapa Bleki, motor mio hitam yang selalu menemani Fio kemana-mana (ngomong-ngomong si Aden yang kasih nama, biar lucu katanya). Cowok itu ketawa, tidak ada kasihan-kasihannya dengan teman sendiri.

"Lo nggak mau ngantarin cewek-cewek yang lain?" Tanya Fio saat mereka berdua bersamaan menuju ke parkiran.  Anggota perempuan yang lain sudah pada ditawarin cowok-cowok untuk diantar pulang bagi mereka yang nggak ada jemputan atau kendaraan. Sudah jadi tradisi memang untuk saling menjaga satu sama lain, apalagi para cewek di organisasi.

Aden menggeleng tak acuh, keduanya sama-sama berjalan ke parkiran dan kebetulan motor mereka terparkir berseberangan. "Udah banyak juga yang mau nganterin. Nggak usah ngerepotin diri lah."

"Gue liat-liat lo emang jarang nganterin cewek-cewek kecuali kepepet."

Cowok itu berhenti memasang helm, melirik Fio yang belum juga naik atau memakai helm, tetap berdiri di samping motornya. "Yang mau gue anterin udah mandiri." Jawabnya cuek, tidak minat melanjutkan percakapan dan memilih menyalakan mesin motor.

"Siapa emang?" Fio excited dengan percakapan ini, jarang-jarang cowok macam Aden mau ngobrolin soal ketertarikannya pada perempuan. Nggak ngerti lagi Fio dengan Aden, padahal ganteng dan banyak yang suka tapi betah banget ngejomblo. "Pasti gue! Yakin banget mah. Gue kan termasuk cewek mandiri, kemana-mana naik motor sendiri." 

Motor Aden keluar dari barisan parkiran motor, bersiap pergi. Tapi ia berhenti sebentar di depan Fio. Wajah datarnya menatap cewek itu lekat-lekat, membuat Fio untuk pertama kalinya gugup dipandang oleh cowok itu. "Emang elo." Tidak perlu menunggu sampai sepersekian detik, Aden sudah melaju dengan cepat.

Fio merasa otaknya sedang tidak ada di tempat karena pernyataan Aden. Padahal tadi hanya dimaksudkan untuk candaan semata tapi kok diseriusin? Jangan bilang Aden juga ikut bercanda. Cowok itu mana pernah serius.

Bunyi telepon mendistraksi Fio dan membuatnya kembali ke dunia nyata. Fares menelponnya dan firasat buruk mulai menghinggapi. Cowok ini kalau menelpon cuma membahas dua hal, pertama suruh jemput, kedua suruh antar. Kebanyakan cuma habis di chat dengan perkelahian 

"Halo cinta!" ia tidak peduli cowok diseberang sana sudah muntah-muntah dengan panggilannya yang kurang ajar, sudah habit. "Mau dianterin kemana nih?"

"Jijik."

"Untung gue sabar dan disayang malaikat."

"Iya, malaikat Izrail."

XX - Mark x YejiWhere stories live. Discover now