1. Kalau bukan jodoh, kamu bisa apa?

1.1K 99 35
                                    

"Sekarang aku tahu, kalau lihat kamu

Musim semi datang seperti ini di jantungku"

Spring with you – Vanilla Acoustic & 20years old



Hari kamis haram hukumnya untuk bangun pagi, apalagi di cuaca sedingin ini karena hujan yang tadi datang subuh-subuh. Sudah paling benar Fio kembali tidur habis subuhan, cuacanya mendukung sekali apalagi tidak ada kuliah seharian penuh. Tapi sialnya dia sudah dikontrak jadi supir pribadi tuan muda Fares yang kemana-mana harus diantar. Kalau tidak dibayar mana mau Fio berjuang bangun dari kasur yang semua orang tahu betapa kuat gravitasinya di jam 7 pagi.

Tadi malam cowok itu sudah wanti-wanti jam 9 pagi harus ke perpustakaan untuk pinjam buku tentang English Morphology. Mereka ada tugas membuat rangkuman dan harus dipelajari, karena pertemuan selanjutnya sang dosen tercinta akan membombardir setiap mahasiswa dengan pertanyaan tentang mata kuliah ini. Lalu si rajin Fares sudah bergerak padahal tugasnya baru dikasih kemarin. Dia mana kenal istilah SKS (sistem kebut semalam) yang sering Fio dan lainnya terapkan.

Sebagai supir yang baik, (walau sempat protes dan menggerutu selama nyaris setengah jam) Fio mengiyakan. Kalau dipikir-pikir lagi dengan logika yang masih jalan, dari sisi manapun dia diuntungkan. Pertama, tugasnya dibantu Fares (tidak mungkin cowok itu bakal menolak walau Fio harus mendengarnya mengeluh tiap detik). Kedua, Fares sudah menjanjikannya makanan gratis juga cemilan karena di kamis pagi itu ada arisan, otomatis akan banyak makanan yang melimpah (Fio jadi tidak sabar makan kuah bugis buatan tante Anggi). Dan yang terakhir, Fio bisa main PS4 milik Fares. Sudah lama sekali ia tak menyentuh konsol permainan itu, Fares terlalu pelit meminjamkannya. Tapi kali ini harus bisa, janjinya dalam hati.

"Udah mandi?"

"Hmm..."

"Udah pake baju?"

"Iya..."

"Udah manasin motor?"

"Bentar, gue lagi bedakan!" Fio menaikkan nada suara mendengar pertanyaan Fares yang tak ada habisnya. Dia paham kok betapa 'khawatir' cowok itu soal leletnya Fio yang tidak sembuh-sembuh, tapi berlebihan sekali padahal cuma ke perpustakaan doang.

"Nggak usah bedakan, nggak ada bedanya. Kusam mah, kusam aja."

"Bacot Res." Balasnya sebal sendiri dan memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Makin direspon malah makin lama Fio selesai, lebih baik mengabaikannya saja.

Setelah dirasa riasannya cukup (bedak marc dan lipbalm), sekarang ke rambut hitam panjangnya yang harus diikat. Seperti tidak belajar dari pengalaman sekarang cewek itu sibuk mencari dimana ia menaruh ikat rambut tersebut, mana satu-satunya pula. Membolak-balik bantal, guling maupun selimut terasa sia-sia. Si pelaku yang membuat Fio senewen tiap pagi belum ditemukan. Karena diburu waktu Fio pasrah saja rambutnya digerai. Mau nangis rasanya kalau nanti rambut ini berantakan, mana risih sekali kalau tidak di kuncir kuda.

Mengambil tas dan kunci motor, Fio sudah bergerak untuk keluar sebelum dia merasakan ada satu benda yang baru saja diinjak. Pelan-pelan mengangkat kakinya yang telanjang, ia mendesah sebal. Si hitam bulat itu ada di lantai entah bagaimana ceritanya.

...

Setelah mengendarai motor selama kurang lebih lima belas menit, disinilah Fio berada. Duduk manis di teras rumah Fares sambil memainkan game offline, menunggu si pemilik rumah yang belum keluar-keluar juga. Dalam hati Fio menggerutu tak ada habisnya, cowok itu yang daritadi memaksa buru-buru sekarang dia yang lelet. Maunya itu manusia apa sih! Untung saja tante Anggi baik banget karena nyediain minum segala buat Fio, sirup cocopandan pula.

XX - Mark x YejiWhere stories live. Discover now