2. Si Pendiam Itu Akhirnya Luluh

562 76 17
                                    

"Setelah bertemu denganmu

Aku merasa bahagia"

Me After You – Paul Kim


Jalinan pertemanan Fares dan Fio tidak berjalan natural seperti pertemanan pada umumnya, ada terlalu banyak alasan untuk mereka tak seharusnya menjadi sohib kental seperti sekarang. Sejak dulu orang-orang selalu memertanyakan alasan dibalik betahnya Fio berteman dengan si kaku Faresta Pranadipa hingga sekarang.

Fiona Minerva, sejak awal kemunculannya di jurusan Bahasa Inggris sudah menebarkan aura social butterfly sampai satu angkatan mengenalnya dengan baik. Apalagi saat dia mulai tertarik ikut himpunan, menambah lingkup pergaulannya yang meluas sampai ke senior-senior. Fio tidak pernah ragu untuk tersenyum ke orang yang bahkan belum dikenalnya, bersikap ramah sudah menyatu dalam jiwa cewek itu.

Berbanding terbalik dengan Fares. Si pendiam itu suka sekali menunduk saat berjalan, menyembunyikan wajahnya di balik poni dan kacamata. Yang mengenalnya di jurusan mungkin hanya anak-anak sekelas dan teman jaman SMA. Bukan orang-orang tidak ingin berteman dengannya, Fares terlalu menutup diri hingga tidak ada celah untuk menyusup.

Kedua manusia ini terlalu berbeda untuk bertemu dan menjalin suatu hubungan, tapi semesta terlalu senang bermain-main atas ketidakmungkinan. Seperti yang pernah dikatakan Fares pada Fio di suatu sore saat asyik makan sate ayam di pinggir jalan.

"Tahu nggak, lo adalah tipikal orang yang paling gue hindari sebenarnya."

Beruntung Fio saat itu tidak sedang mengunyah, bisa mati tersedak mendengar pengakuan cowok itu. Tidak ada angin tidak ada hujan, apalagi cuaca yang tak mendukung (matahari masih terik-teriknya padahal sudah sore), Fares tiba-tiba mengangkat topik ini. Ia jadi curiga tentang isi sate ayam mereka, pasti cowok ini sudah salah makan.

"Apaan sih Res, merusak suasana aja." Gerutunya dengan mengunyah sate ayam lebih bar-bar.

"Lo tuh udah berisik, gak bisa diem pula. Temenan sama lo bikin capek." Wajah Fares masih serius sampai Fio yakin cowok itu tidak sedang bercanda.

Ia memandang lekat-lekat Fares dengan wajah khawatir dicampur sedih yang dibuat-buat. "Lo mau batalin kontrak kerja kita ya? Gue dipecat jadi ojek apa gimana? Sumpah takut gue."

"Pengen pecat jadi temen kalau bisa." Fares melengos, memilih sibuk mencampurkan lontongnya dengan saus kacang. Berusaha mengabaikan reaksi Fio yang pasti akan berlebihan.

"Kok gitu? Kurang apa gue? Di inget-inget lagi cuma gue satu-satunya cewek yang betah sama lo. Nggak ada bersyukurnya sama sekali." mata sipit cewek itu berusaha melotot yang membuatnya terlihat lebih konyol, sengaja memang.

"Gue lebih bersyukur nggak kenal lo." Bukannya memadamkan api, Fares malah menambah minyak di bara yang terbakar. Tipikal cowok itu sekali, gengsi tinggi.

"Awas ya nyesel."

"Nggak bakal."

///

Perbedaan kontras diantara mereka punya penyatu yang kuat dan sederhana. Kesamaan musik menjadi alasan hubungan keduanya terjalin solid sampai merembet ke hal-hal lain yang tak terduga. Seperti manga favorit (keduanya lebih senang membaca komik detektif dibanding aksi), memilih film thriller psikologis untuk ditonton bersama sampai keluar tiap jumat malam untuk menyaksikan musisi jalanan tampil di taman kota.

Keduanya tidak pernah benar-benar berkenalan, saling mengetahui nama karena memang sekelas. Obrolan pertama saja dimulai nanti dipasangkan sebagai teman kelompok di mata kuliah bahasa Indonesia. Saat itu Fio merasa apes mengetahui siapa rekan kerjanya, pembagian kelompok menggunakan sistem absen dan namanya tepat dibawah si pendiam Fares. Terimakasih untuk mama yang ngotot memberikan nama berawalan F padahal sendirinya susah menyebut huruf itu dengan benar.

XX - Mark x YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang