5. The Color Red

6.1K 761 61
                                    


5.

The Color Red

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

Aku meraih sebuah blazer hitam yang lalu, kulempar kembali ke dalam lemari.

Oh, come on! Hitam banget? Kayak lagi berkabung nggak sih? Please lah! Aku udah memakai selembar black turtleneck, columnist pant hitam dan sepasang margie pump delapan sentimeter jebolan Sam Edelman yang juga berwarna hitam!

Oke, faktanya aku emang sedang berduka. Gagal naik jabatan setelah sebelumnya juga pernah gagal, terus sempat dapat harapan—palsu—hingga akhirnya ditikung oleh sesosok Kampret yang mendadak coming out of nowhere, itu termasuk musibah kan? Wajar jika aku kecewa, tapi aku nggak se-desperate itu lah sampai-sampai harus berkeliaran seharian di Feliang pakai gaya melayat!

Ewh!

Aku sedang mengetuk-ngetuk dagu—berpikir dengan begini lampu otakku yang redup mampu lekas menyala. Dan, itu memang menyala. Namun, bukan otak buntuku, melainkan ponsel yang tergeletak asal di atas meja rias.

Menggapainya dalam sekali sentakan, aku mungkin bakal memblokir nomor Utri—temanku yang lagi patah hati—kalau seandainya dia—untuk ke seratus tujuh belas kalinya—kembali mengirimi chat random berisi curhat ulangan mengenai hilal palsunya itu!

Oh, please ya kali dia terus-terusan menerorku dengan kalimat-kalimat annoying semisal:

Patah-patah apa yang nggak ada bunyinya, tapi awet sakitnya?

Patah Hati. Nggak bunyi kreteknya, tapi cekit cekit rasanya. HEHE.

Ping!

Lopaaaaaa! Jgn diread doang sih :'(

Lop, gimana sih caranya biar dapet penghargaan Nobel? Gue nggak bgitu suka anak-anak apalagi pendidikannya, trus gue jg nggak setangguh Malala kalo gue ditembak Taliban eh, jangankan Taliban ditembak cowok aja gue belom pernah. Tapi, gue pengen bikin buku biografi. Atuh biografi jomblo mungkin nggak? Huhuhu pengen banget Ahtar yang nulisin. HEHE.

He-he kepalanya! Oh, please! Apa sih yang repot Utri harapkan dari seonggok Nicholas Saputra KW, yang kebetulan pernah mengimaminya salat berjamaah sekali dan bahkan baru dia ketahui namanya—sekaligus status nggak available-nya—beberapa belas jam lalu?

SelovaWhere stories live. Discover now