8. Itu Problem Apa Kue? Kok, Berlapis?

1.1K 167 3
                                    

8.

Itu Problem Apa Kue? Kok, Berlapis?

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Berangkat kayak Permaisuri, pulang-pulang kayak Mimi Peri. Honestly, ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Oh, come on! Paripurna adalah nama belakangku. Dari basement nyampe rooftop Projobumi Tower, kalo kebetulan berpapasan sama orang terus nyebut 'Selova' maka, mereka pasti bakalan satu suara buat memilih menyahutinya pake kata 'paripurna'.

Yah.

Seenggaknya itu masih berlaku lah nyampe kemarin pagi. Karena, sejak batang hidung Rajata mulai bergentayangkan di dalam kawasan gedung bermuatan tiga puluh sembilan lantai ini, mendadak tatanan hidupku macam rumah balonnya Carl yang tahu-tahu tersangkut ranting pohon lalu, 'dooor' meledak satu per satu.

Apa bual Si Kampret tadi?

"Saya ada janji bertemu bersama Pak Abimana."

Halah! Pret!

Bukannya kemarin mereka tuh udah ketemu seharian? Masih kurang kah ketemuanya? Lagi, aku sangsi kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yang keduanya bahas. Sebab, jika yang meraka obrolkan merupakan kerjaan, mana mungkin dong semua orang mencari-cariku sambil memboyong segunung masalah yang wajib aku pecahkan dengan segera.

Bakso yang kumakan siang tadi bahkan mungkin semuanya jadi keringat gara-gara hectic-nya aktivitas otak dan ototku di sepanjang hari ini.

Seolah problem pemasaran yang divisi kami hadapi masih kurang, sore tadi datang lagi masalah yang disumbangkan oleh Anya—Product Manager—yang mengabarkan jika produk yang tengah mereka produksi ternyata mengandung spesimen yang tidak halal, di mana itu kontan bertentangkan dengan strategi pemasaran yang sedang kami gaungkan.

Pun, yang lebih parah dari itu, Rajata tetap tidak tampak datang ke tengah-tengah pusaran badai yang coba mati-matian kami perangi.

Di mana dia letakkan tanggung jawabnya itu sebenernya? Dan, di mana kira-kira Feliang nih nemu manusia gurem macam dia? Udah ngeyelan, sok tahu, terus nggak kompeten pula!

Bener-bener mimpi buruk!

Membuang napas malas, aku sontak menatap ngeri ke arah sesosok cewek lusuh yang kini wujudnya terpantulkan oleh cermin lebar dalam lift.

Rambut ekor kudanya terlihat luar biasa kusut. Beberapa jumput malah sukses terlepas secara liar dari ikatan. Seolah itu masih kurang ngenes, wajahnya pun pucat pasi boleh jadi akibat kehabisan waktu untuk touch-up.

SelovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang