7. Kedongkolan Yang Hakiki.

1K 168 2
                                    

7.

Kedongkolan Yang Hakiki.

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

"Kenapa harus nggak dipake?" Sebuah file melayang menyambut kedatanganku dalam ruang meeting.

Oh, please!

Ini bener aku lagi di Feliang kan? Jangan-jangan, nyawaku nih sebetulnya masih nyangsang di SD-nya Kei. Karena, perasaan kok sepanjang hari ini banyak amat sifat kekanak-kanakkan yang mesti kuhadapi? Dan, khusus yang kali ini, agaknya levelnya udah mbahnya bocah pula!

Gimana enggak?

Aku bahkan harus—terpaksa—merunduk demi meraih berhamburannya kertas-kertas yang jatuh persis di dekat ujung heels-ku.

Ugh! Sial!

Tanpa babibu, aku bahkan langsung menembakkan sorotan supertajam ke sisi seorang pria yang tengah duduk sambil berpangku dagu pada kursi di dekat proyektor.

Oh. Beruntunglah dia kami cuma berdua di sini. Karena, jika sampai ada orang lain yang menyaksikan aksi penjajahannya ini ... jangan harap muka ngeselinnya itu bisa lolos dari sasaran aksi menuntut balasku!

Lagi pula, dia mau sok bossy? Seriously? Di hadapanku?

Aku menahan segaris senyum miring yang terlampau napsu ingin terbit, ketika memutuskan mengangkat kepalaku tinggi-tinggi seraya berujar tegas, "Ini komedi. Audiences nggak akan nangkap pesannya!" Kuletakkan kembali file-file yang telah sukses kukumpulkan ke atas meja.

"Emang udah dicoba? Why? Dewasa ini banyak, kok produk yang pake stand up comedy-an jadi bintang iklannya dan produknya laku-laku aja di pasaran," katanya berargumen.

Aku mengangguk menyetujui.

Toh, ya, memang benar ada yang begitu, tapi nggak bagi kami. Waktu kami cuma tiga puluh detik dan itu entah bagaimanapun caranya wajib dipake buat menonjolkan kelebihan apa yang kali ini akan kami usung, belum lagi harus ada durasi khusus untuk nyisipin ilustrasi lah, detail produk lah, mana ada waktu buat ngebanyol! Tolong lah!

Masih bertahan berdiri di tempatku yang berjarak mungkin sekitar tiga sampai empat meter dari posisi duduk Si Kampret, aku lantas membalas, "Tapi kami, saya dan Bu Felicia udah pernah bahas ini sebelumnya serta mencapai kesepakatan bahwa—"

"Bu Felicia sekarang udah nggak di sini dan saya nggak menemukan sesuatu yang fatal, yang mengharuskan layout tersebut untuk diubah. Kalau kamu lupa, mengubahnya itu juga berarti bakal mengacaukan timeline yang udah disusun. Bisa apa kamu nanti untuk membereskan sesuatu yang udah terlanjur berantakan, hah?" serobotnya menyebalkan atau haruskah kusebut dengan teramat-sangat-menyebalkan?

SelovaWhere stories live. Discover now