Pram terkekeh kecil "Karena sudah diingatkan, lebih baik aku pangkas sekarang saja" jawabnya masih dengan kekehan kecil disetiap ucapannya.

"Yasudah. Hati-hati di jalan"

Barber Shop.

          "Pramita!!!" sambut hair dressed langganannya sambil membuka pintu barber shop lebar-lebar untuk menerima kedatangan si tomboy di sana.

"Rama!!" balas Pram sama antusiasnya dengan si pemuda lantas segera memeluk tubuh tinggi milik sahabat beserta hair dressednya dengan erat.

Setelah merasa cukup dengan pelukan mereka yang terasa sangat intim, Rama kemudian mengacak poni milik si tomboy yang sudah sampai ke kelopak matanya "Ingin menghilangkan beberapa helai rambut?"

"Sure!!" jawab si tomboy seraya memasuki barber shop dan menyalakan lampu di sana untuk melihat rambut kusutnya yang tampak menjijikan.

Sambil memikirkan potongan rambut yang akan ia pilih, gadis tomboy itu mendekati cermin besar yang dihiasi dengan lampu dan ditempeli dengan berbagai foto gaya rambut di sampingnya. Meskipun sedikit ragu, Pram menunjuk gaya rambut yang terkesan anti mainstream untuk dirinya. Undercut.

Sambil memandangi Rama yang tengah menjepit rambutnya, gadis tomboy itu mengintip gadget hanya untuk melihat notifikasi dari Fransiska yang lupa untuk ia hubungi kembali setelah mencuci muka tadi.

*Messenger*

01:45 PM

Fransiska: Mas mandinya satu abad ih 😑

02:03 PM

Fransiska: Bt deh 😔

02:23 PM

Fransiska: Kenapa pula aku naksir sama mas sih? 😒

02:37 PM

Erika: Mas belum mandi.

Fransiska: Astaga!! Terus tadi satu abad ngapain aja mas?!!! 😤

Fransiska: Bikin kesel aja!! 😤

Fransiska: Aku itu nungguin dari tadi!!! 😒😒😒

Erika: Mas lupa mau ngasih tahu kalau mas mau potong rambut dulu

Fransiska: Lupa teruss...

Fransiska: Lupa mulu...

Fransiska: Lupain aja sekalian biar puas! 😤😤😤

Erika: Nah! Gitu dong! Ngambek! Kan seru

Fransiska: Dasar nggak waras!😠

Fransiska: Orang lain kalau diambekin itu di rayu, eh ini malah di dukung!😒

Fransiska: Mas nyebelin!!!!😡

Erika: Sudah tahu nyebelin kenapa masih sayang?

Fransiska: Iiihh!!! Nggak lucu!!!😡😡

Erika: Memang siapa yang sedang melucu?

Fransiska: Masss!! Aku serius!😦

Erika: Memang kamu berpikir kalau mas sedang bercanda?

Fransiska: Astaga! Tau ah!😒

Erika: I love you.

Erika: Nanti mas hubungi lagi setelah semua urusan mas selesai, sayang.

*End Of Messenger*

           Pram melirik pada cermin di hadapannya yang mulai menampilkan penampilan barunya. Sambil menikmati proses pemangkasan rambut yang terasa menenangkan, Pram melirik pada Rama yang sedang fokus dengan pekerjaannya.

Karena ada rasa penasaran di dalam hatinya, Pram kemudian menatap cermin seraya mulai bertanya "Kamu biasanya dapat berapa pelanggan sih dalam sehari?"

Karena mendapat pertanyaan, si pemuda jadi mengangkat pandangannya sebentar pada gadis yang sedang mengharapkan jawaban di cermin "Kalau lagi rame, biasanya sampai puluhan orang" balasnya sambil mulai kembali merapikan rambut Pram.

Sambil menunduk karena Rama sedang memangkas rambut belakangnya, Pram terpejam "Hati-hati, jangan sentuh leherku" peringatan dari si gadis tomboy membuat sang hair dressed jadi menggulingkan bola matanya ke belakang karena bosan.

"Pramita, aku sudah memangkas rambutmu semenjak kamu SMP. Kamu datang dengan menggunakan motor matic yang bahkan terlihat kumuh diantara deretan sepeda motor lain yang parkir di Barber Shop milikku. Aku sudah hapal kalau leher adalah titik sensitivemu karena kamu selalu mengingatkanku setiap datang kemari" celoteh Rama dengan nada tidak terima "Dan sekarang setelah kamu berumur 20 tahun, mengenakan motor yang tergolong layak diparkirkan di Barber Shopku yang semakin mewah, dan mengencani seorang gadis, kamu masih akan tetap memperingatkanku akan hal itu?"

Ocehan dari Rama membuat Pram terkekeh karena benar adanya "Kamu kapan sih mau berubah dan menaksir lelaki?"

Karena pertanyaan itu, Pram melirik cepat pada Rama sehingga membuat pelipisnya teriris pisau cukur yang sedang digunakan lelaki itu untuk membentuk motif di samping kiri kepala si tomboy sehingga membuat ia jadi mengaduh karena sekarang pelipisnya tengah mengeluarkan darah segar. "Sialan!" ujar lelaki itu lantas berlari untuk menutupi luka irisan itu dengan kapas karena takut infeksi dengan rambut milik Pram yang masih berjatuhan.

"Kamu yang sialan Pak tua!" dongkol gadis tomboy itu kemudian seraya meringis saat Rama sedang membersihkan lukanya dengan air.

"Kamu itu sadar nggak sih kalau aku lagi fokus ngebentuk motif yang kamu minta pakai pisau cukur yang tajam?! Kenapa malah melirik tiba-tiba hah?!!" omelnya kemudian.

"Sebenarnya siapa yang jadi korban disini, Rama. Aku yang pelipisnya berdarah, seharusnya aku yang marah. Dan lagi, kamu yang salah karena menanyaiku pertanyaan semacam itu!"

"Maaf. Aku hanya penasaran"

*-----*

Riska Pramita Tobing.

SENJA (COMPLETED)Where stories live. Discover now