Senja - Ketiga

680 12 4
                                    


WARNING!!!

PART INI AKAN MENGANDUNG KATA-KATA SANGAT TIDAK MANUSIAWI YANG BISA MEMBUAT PEMBACA JADI PANAS DINGIN UNTUK MEMBACANYA!!

HATI-HATI YA 😂

*-----*

          Senja tidak terlihat sore hari ini, hal yang tentunya membuat Pram jadi merengut tidak suka karena ada banyak hal yang gadis itu suka dari sinar berwarna jingga yang tampak di atas langit tinggi. Pram terduduk di atas sofa berwarna cokelat yang ada di ruang keluarganya sambil memangku laptop karena ada berbagai pekerjaan yang belum selesai.

Sambil berbalas pesan gombalan dengan Fransiska yang mengatakan bahwa gadis cantik itu merindukannya, Pram akhirnya memutuskan untuk menunda pekerjaannya hanya karena ia ingin sekali untuk berbalas gombal dengan gadis di seberang teleponnya.

*Messenger*

Erika Pramita: Malam ini gelap sekali. Mungkin karena aku rindu padamu.

Fransiska Zulni: Jangan menggoda, Pramita.

Erika Pramita: Kamu menggodaku lebih dulu, Franiska.

Fransiska Zulni: Aku bukan menggodamu, tapi aku ingin mengungkapkan perasaanku.

Erika Pramita: Tetap saja terdengar seperti gombalan.

*End Of Messenger*

         "Pramita! Kenapa pula kamu justru bermain dengan gadgetmu dan bukannya menyelesaikan pekerjaanmu dengan cepat agar kamu bisa istirahat lebih awal?!" gadis tomboy itu menyengir pada Ibunya yang tengah menampakkan ekspresi menegur.

"Aku sedang bicara dengan teman, bu" balas Pram pada Ibunya yang masih saja melipat tangan di dada karena ia sedang berusaha untuk menampakkan ketegasannya pada si putri sulung.

Wanita senja itu menarik napas panjang "Apa Ibu tahu siapa teman yang kamu maksud?"

Karena mendengar nada itu, Pram memutar bola matanya ke belakang "Memang Ibu perlu tahu semua temanku?" ujar gadis tomboy itu dengan nada serius sebelum akhirnya teringat kalau Ibunya tidak akan mengampuni dirinya jika saja ia tidak meralat ucapannya dengan menambahkan obrolan ringan setelah debatannya "Aku memiliki banyak teman, bu"

Senyum kecil itu akhirnya terlihat di bibir tipis Ibunya yang terlihat merah karena masih dipolesi lipstick meskipun hari sudah mulai larut "Kamu memang tidak beda jauh dari Ayahmu, Pramita" ujarnya dengan kekehan kecil sebelum akhirnya mengambil gadget milik si tomboy dan mengintip isi pesannya

"Fransiska?" ujar wanita senja itu sambil mengusap gadget milik putrinya sebelum akhirnya gadget itu menghilang dari tangan Nyonya Sanjaya karena putri tomboynya kembali merebut gawai itu lantas menyembunyikannya ke dalam saku celana.

Wanita senja itu menatap putrinya tidak suka "Kenapa dia merajuk sama kamu, Pramita?"

"Hanya rajukan manja karena dia sedang membutuhkan perahtianku, bu. Makanya aku sedikit menunda pekerjaanku karena dia sedang membutuhkanku"

Nyonya Sanjaya menarik napas panjang "Yasudah, bicara saja dengan dia. Kamu pasti bisa megerjakan tugasmu lain kali kan?

"Ya. Terimakasih bu"

"Lain kali kenalkan gadis itu pada Ibu, okay?" ujar wanita senja itu seraya melangkah menjauh dari putrinya.

*Senja 2020, by Riska Pramita Tobing*

         Pram menguap untuk kesekian kalinya saat ia mengetikkan surat tugas terakhir yang harus ia selesaikan hari ini. Sambil menikmati pesan singkatnya dengan Fransiska yang sedang memainkan game dengannya, gadis tomboy itu kemudian terkekeh kecil saat ia mendengar Ibunya kembali memarahi dirinya karena ia masih terjaga meskipun hari sudah sangat larut.

"Iya bu. Sebentar lagi suratku tamat. Ibu tidur saja lebih dulu" balas si tomboy saat ia mendengar Ibunya masih saja menggerutu di ruang tamu karena putrinya masih sibuk menarikan kesepuluh jarinya di atas keyboard laptopnya.

"Gosh! Fransiska" bisik Pram saat ia tertawa hanya karena gadis tomboy itu diharuskan menggombali Fransiska dalam permainan Truth or Dare yang sudah berlangsung semenjak beberapa puluh menit ke belakang.

Sambil mengetikkan beberapa kalimat yang harus ia perbaiki di surat tugas yang tengah ia kerjakan, gadis tomboy itu memperhatikan Fransiska yang tengah mengetik balasan untuknya "Apa yang gadis itu lakukan padaku?" bisik Pram seraya mengurut keningnya yang terasa pening karena sudah terlalu lama memandang layar monitor.

Setelah menyimpan surat tugas yang baru saja ia selesaikan, gadis tomboy itu kemudian bergegas untuk tidur. Setelah menyikat gigi dan mencuci tangan serta kaki, gadis tomboy itu segera kembali ke kamar lantas segera saja mengenakan jaket dan kaus kaki agar tubuhnya tetap hangat.

Masih menikmati pesan yang tetap dikirimkan Fransiska padanya, gadis tomboy itu mulai berpikir untuk hanya mengenakan celana dan baju panjang saja karena malam ini terasa cukup hangat jika saja ia tertidur dengan mengenakan jaket, kaus kaki, celana panjang, baju berbahan hangat, ditambah lagi dengan selimut bercorak grup sepak bola kesayangannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Barcelona.

Kembali berdiri setelah tadi gadis itu memutuskan untuk membuka jaket, Pram akhirnya benar-benar melucuti pakaian hangatnya sehingga ia merasa cukup baik jika dibanding dengan tadi karena gadis itu kepanasan beberapa detik yang lalu.

Kantuk sudah mulai menyapanya, tapi gadis di seberang sana masih saja mengiriminya pesan yang membuat si tomboy mau tidak mau harus tetap terjaga karena ia juga masih ingin berbicara dengannya.

Sampai akhirnya sesuatu terdengar dari pintu kamarnya yang dibuka dari luar.

Dia di sana.

Fransiska di sana.

Berdiri dengan senyum menungging yang membuat Pram tidak percaya bahwa gadis yang sedang digodanya di jejaring media sosial tiba-tiba saja memberikan tatapan lembut untuknya.

Pram bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa saat ia melihat gadis jangkung itu terduduk di sampingnya lantas mengusap rambut pendeknya yang acak-acakan "Selamat malam, Pramita" ujar gadis itu sambil memberikan satu kecupan ringan di kening milik si tomboy yang tertutupi oleh poni.

"Bagaimana bisa...." Pram bahkan belum bisa menyelesaikan ucapannya saat ia merasakan sesuatu yang kenyal menempel pada bibir tebalnya.

Fuck!

Gadis tomboy itu menggeram saat merasakan betapa lembut dan kenyalnya bibir Fransiska di bibirnya.

For fuck sake! Pram tahu kalau seharusnya ia mendorong bahu milik Fransiska karena gadis itu telah lancang dengan mencium dirinya seenak diri, tapi semua sentuhan lembut gadis cantik itu membuat Pram jadi enggan untuk memisahkan jarak diantara keduanya dan justru semakin memperdalam ciuman mereka dengan membawa Fransiska ke atas ranjangnya.

Tingginya tubuh Fransiska membuat Pram mengumpat karena ia tidak bisa dengan mudah untuk mengalahkan gadis itu saat mereka berbalap untuk saling melucuti pakaian.

Napas milik Pram bahkan sudah tidak bisa ditolerasi lagi jika harus dimasukkan kedalam kategori manusia biasa karena si tomboy itu memburukan napasnya seperti seorang yang baru saja di kejar oleh anjing sebesar gorilla.

Fransiska bahkan terkekeh kecil saat ia merasakan napas memburu milik si tomboy di atas kulit tubuhnya yang sekarang tengah dipuji oleh gadis itu. "Is it okay?" bisik Pram saat ia berusaha mengecup leher jenjang milik Fransiska yang tertutupi oleh rambut panjangnya dan gadis itu mengangguk memberikan persetujuan untuknya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, si tomboy akhirnya menggesekkan hidungnya di sana guna mencari titik sensitive milik Fransiska yang nyatanya tidak jauh dari belakang telinganya.

Dengan berani, Pram menjatuhkan kecupan di sana lantas memperdalam ciumannya saat ia mendengar bahwa gadis itu mendesahkan namanya karena kelakuannya.

"Maaaas Prammm"

*-----*

Riska Pramita Tobing.

SENJA (COMPLETED)Where stories live. Discover now