Senja - Kelima

496 13 0
                                    


*-----*

Pram meruntuk pada kebodohan dirinya yang membiarkan hatinya jatuh pada gadis yang bahkan belum pernah ia temui. Gadis tomboy itu sudah berupaya sekuat mungkin untuk menjauh dari situasi semacam ini. Ia tidak ingin memiliki kekasih, ia tidak ingin hatinya dimiliki oleh seseorang yang mungkin saja akan lelah dengan sikap tidak peduli yang selalu menempel erat didalam dirinya dan kemudian membuat ia patah hati karena itu.

Baru kali ini ia memikirkan risiko dari semua kegiatan gombal menggombalnya yang sudah terlalu sering dilakukannya dengan Fransiska dan Pram harus menerima kenyataan dimana dirinya jatuh kedalam pesona aneh yang dimiliki gadis cantik itu. Pram tidak ingin mengakuinya, ia tidak mungkin jatuh hati! Ha! Lucu sekali! Hatinya terlalu banyak dilempar kesana kemari karena traumanya di masa lalu, dan mendapati bahwa dirinya mencintai seorang gadis yang hidup di seberang pulau yang ia injak saat ini ternyata tidak membantu sama sekali.

Pram bahkan belum pernah tahu menahu soal sosok yang sering menggombalinya di media sosialnya, bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta? Pram menggeleng menepis perasaan aneh yang datang di ulu hatinya, gadis tomboy itu kemudian memutuskan untuk menggambar di lembar HVS kosong karena para atasan pekerja sedang pergi melakukan rapat di perusahaan lain.

Gadis tomboy itu menaruh dagunya di atas botol air mineral yang selalu saja disediakan di setiap meja pekerja disetiap harinya. Sambil sesekali menggumamkan lirik lagu kesukaannya yang berjudul '13 beaches' dari Lana Del Rey, gadis tomboy itu mulai menggoreskan pensil di atas lembaran kosong yang sedari tadi ia tatap.

Ingatannya tiba-tiba saja membawa gadis tomboy itu untuk keluar dari situasi membosankan yang terjadi di kantornya sehingga membuat si tomboy jadi terpejam sambil tersenyum membayangkan apapun yang akan terjadi jika saja Fransiska berada didekatnya saat ini.

Pram pasti akan menghajar gadis itu dengan ciumannya, gadis tomboy itu bahkan berencana untuk mengurung Fransiska didalam kamar miliknya untuk dirinya sendiri lantas kemudian terkekeh geli saat ia mendengar seseorang menghampiri ruangan kecilnya.

"Surat tugas sudah selesai?" ujar lelaki berparas tampan itu dengan tampang yang tampak kelelahan.

Pram mengerutkan kening seraya memberikan pemuda itu beberapa berkas yang diminta olehnya "Kebetulan semua surat tugas untuk hari ini dan hari esok sudah dikerjakan. Makanya daritadi saya diam terus" balas si gadis tomboy setelah membuka satu per satu dokumen menumpuk itu dan memberikan stempel disetiap lembarnya.

Lelaki itu menyerahkan senyum "Kerja bagus, gadis penggerutu" ujarnya setelah mengacak rambut milik Pram yang sangat membutuhkan sisir atau paling tidak pisau cukur untuk memangkasnya sampai habis.

"Pemuda sialan ini kenapa? Tampak murung terus menerus sejak istirahat siang tadi"

"Gilang, Pramita. Namaku Gilang kalau saja kamu lupa" ujarnya sehingga membuat Pram jadi mengangkatkan bahu tanda tidak peduli "Dan jangan memanggilku seperti itu karena aku lebih tua darimu. Pakai sopan santunmu" lanjut si lelaki seraya mendekat pada wajah tegas milik Pram yang sedang menampakkan wajah datar tanpa ekspresi.

"Kamu bahkan memanggilku gadis penggerutu" balas si tomboy tidak ingin kalah seraya menjauhkan diri dari kedekatan yang terjadi diantara keduanya.

"Karena kamu memang suka menggerutu"

"Dan kamu memang benar-benar pemuda sialan seperti sebagaimana yang aku katakan" balas gadis tomboy itu tanpa ingin untuk mengalah dari setiap debatan yang diberikan Gilang padanya.

Lelaki itu beranjak untuk mengambil kursi kosong yang berada di balik meja pekerja lain yang tidak ditempati sebelum akhirnya terduduk disamping Pram sambil menatap manik hitam yang menampakkan kekeras kepalaan si tomboy bahkan hanya lewat tatapannya "Ada masalah apa?" ujar si pemuda seraya menaruh sikutnya di atas lutut.

Pram menaruh punggungnya pada sandaran kursi sebelum akhirnya menatap langit-langit kantor yang selalu tampak bersih "Perasaanku. Ada sesuatu yang salah dengan itu" jawab si gadis tanpa ingin menatap lelaki disampingnya.

Karena tidak mendapat jawaban apapun dari Gilang, Pram akhirnya memejamkan mata seraya mulai membayangkan sosok Fransiska yang belakangan ini menetap didalam kepalanya "Aku jatuh hati pada seseorang yang bahkan tidak bisa kutemui" lanjut gadis tomboy itu masih dengan lamunannya.

"Pada awalnya, dia hanya pengganggu dikehidupanku. Tapi, setelah dia memutuskan untuk menghilang selama satu malam dan tidak mengganggu kehidupanku, aku merindukan gangguan darinya" gadis tomboy itu terkekeh kecil sebelum akhirnya melanjutkan dengan nada ragu "Aku tidak ingin dia berhenti mengirimiku pesan dan aku ingin terus-terusan bercakap dengannya"

"....." tidak ada jawaban dari Gilang.

Lagi, Pram terkekeh saat melihat sosok Fransiska melambaikan tangan didalam kepalanya. "Aku dibuat menggila dengan kenyataan yang berkata bahwa aku tidak bisa memilikinya karena dia dan aku adalah sesama wanita. Belum lagi banyak orang disana yang menyukai gadis itu sama persis seperti sebagaimana aku menyukainya dan ditambah dengan kenyataan bahwa dia hidup di seberang pulau yang bahkan mungkin tidak akan pernah aku injak merupakan candaan paling tidak lucu dari dunia ini padaku" lanjutnya dengan kekehan sarkastik di ujung kata.

"Kenapa jatuh cinta sesulit ini?" ujar Pram diantara bisikan lemahnya sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka mata untuk melihat bahwa Gilang ternyata berada sangat dekat dengan dirinya.

Lelaki itu tampak tenang seperti biasanya dan Pram hampir saja tidak percaya dengan apa yang tengah dilakukan lelaki itu padanya sehingga membuat Pram justru terpejam diantara bibir mereka yang menyatu sampai kemudian gadis tomboy itu menemukan kesadaran dirinya sendiri untuk mendorong jauh Gilang dari dirinya lantas segera pergi dari hadapan si pemuda yang sedang menampakkan ekspresi terkejut yang sama dengan Pram sendiri.

Dengan langkah limbung, Pram menerawang pada ingatnya yang menampilkan wajah Gilang yang berdekatan dengannya dan kemudian mengecupnya tanpa menanyakan hal itu terlebih dahulu padanya dan gadis tomboy itu marah pada Gilang karena lelaki itu bisa berbuat semena-mena padanya sehingga membuat si tomboy jadi memutar lutut untuk kembali pada si pemuda.

Gilang masih terduduk disana tanpa lupa disertai dengan tampang bersalah menghiasi wajah rupawannya dan Pram mendekat dengan ekspresi marah pada si pemuda sehingga membuat lelaki itu bahkan menjauh meskipun Pram tidak memintanya "Kenapa kamu melakukan itu?" ujar Pram diantara giginya yang mengatup rapat.

Pram bisa melihat kalau Gilang enggan menatap pada kedua bola matanya, namun kemudian lelaki itu menjawab dengan suara serak dan dalam meskipun tidak mengangkat pandangan pada gadis tomboy dihadapannya "Karena aku tidak memiliki pilihan lain, Pramita" ujar lelaki itu.

Pram mendekap lengannya didada sambil menatap pada iris cokelat milik Gilang guna mencari penjelasan lebih lanjut darinya "Karena aku jatuh hati padamu dan aku iri pada siapapun yang bisa merebut hatimu bahkan meskipun ia tidak pernah bertemu denganmu. Aku ingin kamu jatuh hati padaku yang setiap hari ada didalam kehidupanmu dan bukannya mencintai sosok maya yang bahkan mungkin tidak akan pernah kamu temui. Aku iri padanya" dan ujaran si pemuda dibalas Pram dengan kekehan sarkastik.

"Maaf, tapi Fransiska sudah membuat hatiku jatuh lebih dulu daripada kamu. Jadi aku akan terus terjerumus pada dirinya sampai dia memintaku untuk enyah dari kehidupannya"

*-----*

Riska Pramita Tobing.

SENJA (COMPLETED)Where stories live. Discover now