"Datanya gimana? Kirim ke gue aja kalau lo gak bisa." kata Liam menyandang tasnya.

Anggota yang lain mulai berpamitan dan langsung berlalu pergi.

"Gue aja, Kak. Moga aja gue ngerti." jawab Alle menolak. Sebagai ketua osis yang bertanggung jawab, ia harus melakukan tugasnya dengan baik.

Liam pun mengangguk paham. "All duluan ya, gue lupa kalau hari ini mau jemput adik gue les." pamit Liam pada Alle yang sibuk membenahi berkas-berkas diatas meja. Padahal jika boleh, Liam ingin sekali mengajak gadis itu pulang bersama.

Alle pun mengangguk sekilas. "Oke hati-hati." ujar Alle tanpa melihat Liam, karna kini fokusnya ke tumpukan kertas putih itu.

"Cieee, Kak All. Senengnya dipamitin sama Kak Liam." tiba-tiba Bella muncul dan cekikikan sendiri.

Alle tertawa kecil. Bella memang sangat iseng orangnya. "Ngapain balik?" tanya Alle.

"Ambil hape, Kak. Lupa kalau lagi di charger." cengir Bella mengambil ponselnya yang terletak diatas meja.

Alle hanya melirik sekilas kemudian mengangguk.

"Kak, minta nomor ponsel Kak Liam dong." ucap Bella tiba-tiba.

Alle terkekeh geli, ia pikir adik kelasnya itu sudah berhenti. "Nanti aku kirim, soalnya lowbat." ujar Alle seraya memasukan kertas itu ke dalam tasnya.

Bella cemberut sekilas. "Yaudah, jangan lupa ya, Kak." kata Bella mengedipkan matanya sebelah.

Alle sontak tertawa. "Ceritanya mau pdkt nih?" goda Alle.

Bella melirik malu-malu. "Kalau berhasil sih, tapi kayanya Kak Liam suka sama, Kakak." ujar Bella sedikit tersenyum.

Alle lantas tertawa dan menggeleng. "Ngaco, Liam tuh emang gitu sama orang, baik semua." ujar Alle sama sekali tidak menanggapinya serius.

Kini mata Bella kembali berbinar. "Jadi masih ada kesempatan dong!" kata Bella antusias.

Alle menatap geli gadis itu. "Nanti aku bantuin pdkt," ujar Alle mengedipkan matanya sebelah ke pada Bella.

"Aaaa... Sayang banget deh!"

"Hahaa.." keduanya pun sontak tertawa kemudian melangkah pergi.

•••

Alle menghela nafas kasar, sesekali melirik jam yang melingkar ditangannya. Seharusnya jam segini taksi masih ada, tapi kenapa tidak ada yang lewat sama sekali. Gerutu gadis itu.

Sial sekali ponselnya kali ini kehabisan daya, jika tidak sudah pasti ia akan meminta supir sang bunda untuk menjemputnya.

Saat gadis itu sedang menggerutu matanya tak sengaja menangkap seorang Kakek-kakek yang ingin menyebrang. Alle pun sontak berdiri dan menghampiri kakek itu.

Ia jadi teringat almarhum Kakeknya.

"Kek, mau nyebrang?" tanya Alle memegang lengan beserta pundak yang kini merosot.

"Iya, nak. Bisa bantu Kakek?" ujar Kakek itu tersenyum.

"Bisa, Kek." jawab Alle langsung. Saat jalanan kurang ramai, keduanya pun langsung menyebrang. Alle dengan setianya menuntun Kakek itu.

"Kakek tinggal dimana?" tanya Alle saat mereka sampai menyebrang.

"Masuk gang itu, deket kok." jawab Kakek itu tesenyum, sehingga terlihat giginya yang sudah ompong.

"Oh, yaudah Alle anter ya." kata Alle, tanpa menunggu jawaban sang Kakek, Alle pun menuntun Kakek itu untuk melewati gang sempit itu.

"Sudah nak, sampai disini saja." ujar Kakek itu saat mereka hendak berbelok masuk lebih dalam lagi.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now