vii. adu daya dan gaya

91 11 2
                                    

─────────────────────

ㅤㅤㅤsampai dimana hari bertempur tiba, semua mempersiapkan masing-masing diri.

tampak gaduh semrawut tetapi tetap memberi kesan sukacita.

ㅤㅤㅤ"ngga, yang lain kemana?" aruna melontar tanya kepada arungga menunggu anggota pemandu sorak. /cheerleaders.

ㅤㅤㅤ"katanya udah pada on the way, anterin gue beli air mineral dulu, yuk?" jawab sembari mengajak aruna.

ㅤㅤㅤ"ayo."

hendak beranjak, sudah ada setan yang menghalangi.

ㅤㅤㅤ"eh, eneng-eneng mau kemana nih?" tanya satya yang sudah mengenakan seragam futsalnya.

ㅤㅤㅤ"mau beli minum, minggir." arungga memerintah satya dengan tegas, pemudi itu mungkin sedang tidak dapat diajak bercanda.

ㅤㅤㅤ"ah elah, lo ngapa sih, ngga? sensi amat." raut satya berubah menjadi sendu.

arungga tak peduli, ia terus menempuh dengan mengaitkan jari-jari aruna dengan miliknya.

ㅤㅤㅤ"lagian nih ya, gue lagi bete lah malah digituin sama satya, kesel." kata arungga memelankan tempo berjalan, tahu betul bahwa aruna kelelahan.

ㅤㅤㅤ"biarin lah si tengil itu." aruna hanya merespon ringkas.

netra aruna melihat sosok jangkung yang sudah lama ia kenal, mahesa.

     jujur, terkejut.

bagaimana tidak? mahesa sedang tertawa bergembira dengan pemudi yang selalu membawa kameranya.

mustahil. ini tidak mungkin.

bahkan, mahesa mengaitkan jari-jarinya pada pemudi itu. terlihat sangat bahagia.

ㅤㅤㅤ"ngga, beli di luar aja." aruna tidak berstamina.

ㅤㅤㅤ"i-iya, run." mereka segera merotasikan arah tujuan mereka.

aruna tak habis pikir, bagaimana bisa? sejak kapan? mengapa mereka begitu dekat? bahkan pemudi yang ia lihat tadi tak pernah tampak ukiran manisnya.

mereka telah sampai di swalayan dekat sekolah, arungga begitu takut menuntut tanya kepada aruna.

tapi arungga tetap berupaya kepada aruna yang sedang negatif.

ㅤㅤㅤ“run, mau nitip nggak? biar nggak haus nanti.”

ㅤㅤㅤ“goodmood deh, ngga.”
ㅤㅤㅤ“gue tunggu disini aja, ya?”

arungga mengacungkan jempol tanda setuju. segera masuk agar antreannya tidak jenjang.

aruna hanya berdiam diri, merenungi perihal yang ia lihat tempo lalu. tatapannya kosong lurus ke depan, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa.

pandangannya tergoncangkan setelah ada tangan yang membawa minuman melambai di depan mata.

ㅤㅤㅤ“nggak usah diganti, gue juga beliin cokelat biar lo semangat lagi.” arungga menyerahkan asupan kepada aruna.

ㅤㅤㅤ“serius, ngga?” netra aruna membesar.

ㅤㅤㅤ“serius, demi lo, biar semangat. selepas ini kita harus tampil bareng pemandu sorak.”

ㅤㅤㅤ“AAAAAAA. makasih, ngga, lo baik banget asli!” aruna spontan memeluk arungga, bahagianya begitu sederhana.

ㅤㅤㅤ“apapun, run. yang bikin lo senang.” peluk aruna dibalas.
ㅤㅤㅤ“balik, yuk? kita cek anak-anak udah pada dateng atau belum.”

CELAHWhere stories live. Discover now