vi. lanjut atau tutup?

128 14 3
                                    

baru-baru ini, perasaanku meledak-ledak jika tak diatasi,

apakah kamu mau membantuku menenangkan sanubari ini?

───────────────────

ㅤㅤㅤpagi hitam menyapa, zanith tak siap berpadu. berat pingggul sudah tertanam sejak dahulu kala. malangnya pemudi zanith yang memandang sang surya bak membakar raganya.

"hah, anjing udah hari senin aja. maleeeeees." katanya seraya mengatupkan kemul pada awak.

dengan rasa terpaksa, ia membuka mata dan berkata, "ayo, zanith!"

"kalau malas-malasan gini, kapan dapet cowoknya?" 

tak seorang pun yang tahu zanith dapat bertingkah seperti ini.

terpaksa ia mengangkat raga dengan tidak-sangat-bersemangat.

ok, gue harus jadwal buku pelajaran dulu.”

baru saja memajukan tangan, tapi ia tarik kembali.

“buat ngejadwal aja gue ga sanggup, anjing.” keluhnya seraya kembali telentang di ranjang.

“ya Allah, males banget.” menggulingkan raganya sampai-sampai terjatuh dari ranjang.

“AW BANGSAT!” umpat zanith seraya memegang bagian tubuhnya yang sakit.

“sialan banget tinggal sendiri di apartemen kayak gini.”

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤzanith yang berangkat mengendarai mobil pun cepat mengambil parkir yang kosong.

keluar dari mobil dan mengambil barang-barang yang perlu ia siapkan untuk ekstra.

seperti baju karate misalnya.

kalau tentang sekolah zanith malas, kalau tentang bela diri, jangankan malas. bolos pun tak biasa.

“sialan juga, macet juga jadi penghambat.” monolognya seraya menuju pintu gerbang, berjalan dengan cepat agar tak tercegat pak satpam.

zanith langsung saja pergi ke kantin, tak sempat ia makan di apartemen. hidup ditinggal orang tua mencari nafkah memang sulit.

“bu surti, zanith ambil gorengan, ya!” dengan ibu kantin saja sampai akrab seperti itu.

“ambil aja, cantik!” sudah tau jika zanith yang mengambil.

tak tanggung-tanggung ia mengambil 5 gorengan.

“makasih ya, bu.” sedikit berteriak agar bu surti dengar.

kebiasaannya memakan makanan di kelas juga tak hilang sampai kala ini.

zanith memasuki kelas sambil menyantap gorengan kedua.

“zanith!” panggil agni si teman kental zanith yang sudah duduk manis, sebenarnya tidak manis juga.

“oi.” kata zanith menghampiri mejanya yang berada tepat di dekat agni.

“ckckck, makan mulu lo.” agni berusaha mengambil plastik yang zanith bawa.

“jangan anjing, gue nggak sarapan.” protesnya, memasang paras tak suka.

“santai ngapa, ntar gue traktir gelato deh pas pulang.” agni menjadi aneh begini, apa yang terjadi?

“lo ngapa deh? biasanya juga gue yang dipalak.”

“gue tuh diajak kak batur pulang bareng, anjing!!!” tak dapat diajak untuk tenang.

“alah, liat aja ntar dia pasti bilang yang gak guna ke lo deh, mana ada kak batur tiba-tiba ngajak lo pulang bareng setelah perihal lo jatuh dari tangga kayak gitu.” zanith mengungkitnya.

CELAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang