iv. keruh lamun ketat

146 17 1
                                    

hawa sesak,
rasa yang
menyeruak
sampai ke
benak.

─────────────────────

ㅤㅤㅤ"aku nggak mau ribut lagi sama mama, cukup." tuturnya tegas, tetapi netranya  tak kuat menahan setitik air mata.

"aku berangkat, assalamualaikum."

aruna lelah, tak mau membuat situasi menjadi lebih buruk. jarang ia bertengkar dengan sang ibu.

segera ia menunggu mahesa yang akan datang menjemputnya.

tali mereka kian ketat, telah saling memahami.

namun, siapa yang menduga akan ada celah di antara mereka (lagi).

yang dinanti-nanti akhirnya tampak batang hidung.

"run, ayo- eh, lo kenapa? sakit? jangan berangkat dulu deh. takutnya kenapa-kenapa ntar." khawatirnya melahirkan kepercayaan diri bagi aruna.

aruna tersenyum tipis, masih ada rasa yang mengganjal. tapi, salahkah aruna ingin bersentosa sejenak?

"apa sih? berlebihan lo." kekehnya bercanda.

"udah ah, ayo berangkat. lo gamau kan ditumpuk hukuman lagi?"

membayangkannya saja mahesa sudah remuk, sudah kenyang akan hukuman yang diberikan si botak darman.

"gila, gamau lah. meluncur!"

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ“gue pergi ke kelas dulu yo, kalau mau pulang nanti chat gue.” pamit dan perintah dari si mahes.

aruna hanya mengacungkan jempol dan menuju ke tempat tujuan, kelas.

saat itu aruna sedang menaiki anak tangga, dilihatnya agni yang tersungkur di lantai seraya mengusap lutut indahnya.

"aw-" desaunya kesakitan. 

satu perihal yang baru aruna sadari, di sana ada pemuda kakak kelas yang ia lupa namanya.

si kakak kelas hanya menatap sekilas acuh tak acuh. 

arungga yang datang sekali lalu menatap kakak kelas dan agni bergantian, tak lama ia terbahak bak menemukan gagasan nan biadab.

"lo ngapain sih, goblok?" tanya arungga, bukannya membantu, ia malah tergelak terlebih dulu, memang iblis.

agni mengerucutkan bibirnya, lantas bagaimana ia mendekati sang pangeran yang ia damba-dambakan? rusak sudah citranya yang ia bangun dan jaga sejak kala pertama memandangnya.

"aruna sama arungga, jahat ya! bantuin gue kek, malah ketawa kayak orang gila."

aruna menaikkan alis dan bibirnya separuh. "dih, dari tadi aja gue bingung, lo tuh ngapain jadi dugong di situ? kayak penghayal andal aja."

aduh! arungga sudah mencapai batas tertingginya, tertawa seraya mengeluarkan air mata, keterlaluan sekali insan ini.

kakak kelas yang tak peduli pun menaiki anak tangga, mengabaikan semua yang terlah terjadi. tak tahu saja jikalau agni mengagumi sosoknya. cih, agni terlihat bodoh sekarang.

"cepet, anjir!" perintah agni memohon segera ditolong.

"santai, lur. warga yogyakarta selow." kata aruna mengangkat kedua tangan, menenangkan sedikit agni yang sedang tak bisa diajak bergurau.

dilihat arungga yang masih menahan tawa, aruna acap menegurnya.

"sssh, bantuin. temen lo kasian nih," kata aruna mendekati agni, akan membantunya untuk berjalan.

CELAHTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon