ii. girang dan gering

197 19 3
                                    

────────────────────

"wah iya, temen lo tadi ada yang kabur sehabis lempar botol." kata arkan seraya terkekeh.

arkan sebenarnya juga tak tahu paras si pemudi yang melemparkan botol ke arahnya.

ia tak peduli juga. toh, itu bukan masalah yang besar.

suasana menjadi hening.

perdana memekik lantang, "woy! ntar pada ke warung bu fafa kaga?"

yang menodongkan tangan paling antusias adalah gama.

memang sikapnya sungguh-sungguh bertentangan.

"dih, biasanya juga lo ogah-ogahan, gam?" tanya dean yang terheran.

"gue kangen banget nih sama bu fafa, baik banget kalo sama gue." kata gama sambil mengaduk teh yang padahal gulanya sudah larut.

"najis, mana mau bu fafa sama lo, maunya sama gue kali." sahut perdana mantap.

"udah, mending anterin gue ke kelasnya si nayya."

"siapa yang mau ikut?" yang paling diam, barga mengacungkan tangan.

"yaelah, bos tama mau nyamper awewenya." goda prada.

tapi beberapa temannya terheran, tak seperti biasa barga mengajukan diri.

tak lama kemudian tama dan barga sudah tepat berada di depan kelas nayya.

tapi, tak hanya nayya yang ada di sana, ada sosok yang dikaitkan oleh tangan nayya.

sosoknya seperti rembulan bercahaya, dia sangayu.

barga lantas membulatkan pupil. ia tak pernah melihat manekin yang hidup.

menyadari hal itu, lantas barga menetralkan diri, tak mau diketahui.

tak akan berlama, tama hanya ingin meminjam buku kepada nayya.

"nay, gue pinjam buku dong, buku yang kemarin lo baca," sudah dibilang, tuturnya sangat merdesa.

"oh iya, bentar ya, gue ambil dulu." nayya meminta izin.

tama mengangguk-angguk.

sangayu angkat bicara, sudah lama tidak berjumpa dengan insan yang bernama tama.

"tam, tuh nayya udah keliatan banget pengen dimiliki, masa lo nggak peka?" sangayu, sembari melontar kekehan.

apa ini? barga tak bertenaga.

tama hanya melukiskan kurva di pigura.

"nanti deh, kalau gue udah bisa kerja."

sangayu kecewa.

"yah, apaan lo masa pas udah kerja? lama, keburu diambil sama orang lain."

"tunggu aja nanti," mistis paras, tak dapat didefinisikan.

nayya segera berlari cilik agar dua insan yang datang tak menunggu lama.

"ini, tam," katanya sembari menodongkan buku.

nayya sedikit mengamati sosok di samping tama, ia bertanya.

"ini... siapa? jarang liat kayaknya,"

barga tersentak, terpaksa ia meladeni si nayya kecil.

"gue barga, temen tama." jelasnya.

nayya sedikit mengulas senyum tipis.

"nayya."

CELAHOnde histórias criam vida. Descubra agora