13. Bahagia itu Ilusi Semesta

Start from the beginning
                                    

"Emm... nggak mending gofood aja ke hotel ?" tawar doi.

"Kamu masih capek ya..." tanya gue memastikan kalau Alvin butuh banyak istirahat bukannya mau yang lain.

"Lumayan. Aku juga nggak gitu laper." jawabnya,

"Oke deh, mampir beli martabak dulu ya. Ini favoritku dari kecil"

Alvin mengedipkan sebelah matanya "Anything for you, honey"

Sampai hotel kita ngobrol banyak hal soal kota gue, beberapa kali juga ngobrolin kerjaan kantor, sambil makan martabak telor favorit gue dari kecil. Diluar hujan makin deras dan nggak jadi beli gofood karena kasihan sama bapak ojeknya harus hujan hujanan. akhirnya kita cuma habiskan waktu sambil nonton acara tv, sambil merebah di dada bidangnya doi yang malem ini rasanya hangat banget.

Lumayan lama gue merebah di dadanya sampai hujan udah reda, berganti dengan gerimia tipis.

"mas, di luar hotel ini ada toko baju. Kesana yuk.. mau beli beberapa buat balik besok" Ajak gue.

"bentar posisiku masih nyaman" katanya sambil mengelus lembut rambut gue.

Gue bangun "ayolah mas.. bentar doang nanti rebahan lagi, kamu warga twitter banget ya hobinya rebahan"

Doi tersenyum "aku hobi rebahan kalo ada kamu sayang"

"iyaaaa.. nanti lagi mass.. ayooo" gue menarik tangan doi sampai bangun. susah payah gue cuma narik-narik doang tapi manusia ini nggak gerak sedikitpun.

"mas aku marah"

Doi ketawa dan langsung duduk di sebelah gue "mana ada marah bilang bilang, yaudah sini peluk"

Doi menarik gue dalam pelukannya. hangat. Setelah membujuk Alvin dengan memberikan berkali kali ciuman di wajahnya, akhirnya doi mau juga gue ajak beli baju.

"cepet kok mas kalau nemenin aku belanja baju. gak banyak milih pokok suka langsung aku beli"

"iya, aku juga mau lihat lihat celana sama kaos"

Gue berkeliling ke deretan baju casual wanita, sekilas gue tengok Alvin ada di deretan baju baju cowok. sedang memilih celana bahan warna krem dan hitam. Gue mengambil baju yg sesuai sama selera gue dan menghampiri Alvin.

"April, ini bagusnya warna apa ya.. murah banget bahan kayak gini harganya segini, serius ini" Wajah doi berbinar mendapatkan celana yang bagus dengan harga murah. Padahal menurut gue itu malah gila, tapi lagi lagi sultan mah bebas

"ini mahal aduh mas" gue menepuk jidat.

"murah loh ini, Asli. bahannya bagus banget."

Terserah lah.. gue lihat keranjang belanja doi dan ternyata sudah ada dua kaos dan satu jaket disana.

"mas, kamu beli semua ini?" tanya gue memastikan

Doi mengangguk semangat. Astaga... perasaan tadi susah payah diajak belanja, sekarang malah doi yang beli lebih banyak dari gue.

Doi memasukkan dua celana bahan warna coklat krem dan hitam ke keranjang. total pembelian lima potong baju, padahal gue cuma beli dua. Astaga sultan bebas banget hidupnya.

Setelah kalap belanja kita balik ke hotel, jalan kaki, karena jarak hotel dan toko baju deket banget. Kota ini masih gerimis tipis. Kita berdua jalan dibawah payung yang tadi juga dibeli random sama Alvin. Biar nggak sakit kena gerimis, katanya, waktu gue ngotot nggak usah beli payung. buat apa lagian juga deket banget.

Malam makin beranjak turun. Tapi rasanya masih nggak pingin pisah dari manusia yang gue cintai ini. Gue kembali ke posisi semula, rebahan di dadanya. Ini adalah posisi favorit gue pemirsaaaaa.. bisa bayangin nggak sih.

Kalian semua perlu tau satu hal, bukan dunia namanya kalau nggak ada hukum timbal balik. Makanya gue takut banget kalau ngerasa terlalu bahagia, jelas. hari ini gue bahagia banget. Alvin was in my city, my house, ngobrol sama Kakek dan kita menghabiskan waktu tanpa perlu khawatir soal apapun. sempurna.

Tapi, semua bahagia gue itu ternyata jebakan. Tepat ketika tangan Alvin sedang membelai rambut gue yang rebahan di dadanya, smartwatch yang doi pakai bunyi. notifikasi. Doi mengangkat tangannya, membaca pesan.

"siapa mas?" tanya gue penasaran karena tangan doi menggantung lama di udara.

"Farah" jawabnya pelan

"serius, siapa?" Tanya gue mengkonfirmasi.

"iya serius dari Farah, sayang" jawabnya

Gue langsung bangun. Mengambil ponsel doi di meja dengan kecepatan cahaya. Setelah mendapat ijin dari Alvin, gue buka pesan itu. Benar, dari Farah. Panjang sekali, sedih sekali. Gue panik.

Serius, bahagia gue hari ini menguap begitu saja. perempuan mana yang nggak sakit hati, lelakinya baru saja putus tapi sudah jalan dengan perempuan lain yang nggak tau diri. sialnya perempuan itu adalah gue.

Dari sekian panjang chat dari Farah yang meminta penjelasan, doi juga mengirim capture an instastory gue yang tadi siang. separuh foto tangan Alvin yang memegang setir mobil dan smartwatch di tangannya. Alvin membalas chat itu seperlunya, menjelaskan beberapa hal yang bisa dijelaskan. baik gue ataupun dia, kita masih sama sama belum mau membawa hubungan ini ke publik, tidak sekarang. ini masih terlalu dini.

mungkin keputusan ini juga yg bikin orang-orang jadi salah persepsi. Farah menuduh Alvin selama ini telah berselingkuh, ya, itu memang benar kan. mau mencari pembenaran mana lagi. Gue menangis. Jujur gue sedih banget. semua air mata yang gue tahan tahan selama ini akhirnya pecah juga. Gue sesunggukan menangis dipelukan Alvin

"kenapa dia bisa tau akunku?" tanya gue setelah susah payah Alvin menenangkan gue yg menangis.

"bisa aja dia stalking siapa akun yang aku follow akhir-akhir ini terus buka storymu kan sayang"

Benar juga, Alvin bukan tipe orang yang aktif di sosial media, jadi mudah sekali menebak siapa-siapa yang dekat dengannya. Dan gue juga bukan tipe orang yang memprivat akun instagram.

"pokok jangan ada yang berubah dari kamu, jangan mengikuti alur yang di buat dia." kata Alvin sambil menarik gue kembali ke pelukannya. menenangkan.

"tapi mas, aku bahagia diatas luka orang, diatas luka Farah"

"aduuhh, sudah jangan gini lagi ya. bikin aku jadi tambah terbebani, pliss.. kita jalani apa yang udah kita pilih ya sayang" Kata doi lembut banget astaga bahkan di kondisi kayak gini pun semua kelembutan doi nggak berubah sama sekali.

Chat dari Farah berakhir dengan diblokirnya nomor Alvin. Iya, Alvin di blokir. Dan gue makin nggak tenang sudah memisahkan tali silaturahim dua orang ini.

"kamu jadi di blokir kan, aku harus gimana, perlu aku chat ta dia, biar nggak salah paham"

"nggak perlu, kan aku sudah sering cerita kalau Farah emang kayak gini. ada masalah selalu berkahir dengan pemblokiran."

Setelah semua kembali tenang, Alvin memutuskan buat nganter gue pulang sebelum tengah malam. Doi membuka pagar gue dan menutupnya kembali. Rumah sudah sepi, Alvin tidak sempat berpamitan dengan kakek yang sudah tidur. hanya mengantar sampai teras.

"jangan nangis lagi ya," kata doi sambil mengusap puncak kepala gue.

gue menangguk, "sampai hotel kabari ya mas"

Dan doi berlalu meninggalkan gue yang masih berdiri di teras rumah. Malam ini sekali lagi gue percaya bahwa semesta itu maha adil dan seimbang. ketika gue merasa amat sangat bahagia, di belahan bumi lain sedang ada seseorang yang sangat amat terluka.

"maafin gue Farah, meskipun gue nggak kenal lo siapa dan meskipun kita nggak pernah ketemu sebelumnya, gue tau lo orang baik, maafin gue udah masuk ke kehidupan lo dan menghancurkan semuanya"

----

hai, terimakasih semua yg udah nunggu Love Story update ditengah wabah virus yg makin hari makin parah aja rasanya ini aduuh..
cerita dong, apa aja kegiatan kalian selama #dirumahaja. Kalau gue sih jelas bosen banget.

but always stay save ya, be aware sama kondisi tubuh. jaga kesehatan dan pola makan.
semoga lekas pulih.

Love IssueWhere stories live. Discover now