06| Siapa yang Salah?

157K 17.4K 5.4K
                                    

Random question :
Kapan kamu baca Living with badBoy?

Random question :Kapan kamu baca Living with badBoy?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada yang fucek tapi bukan Rizky."

🍂

Tangan Madava bersiap-siap memutar kunci untuk membuka pintu apartemen. Tidak sabar ingin melihat bagaimana kondisi Indira saat ini. Madava menyunggingkan smirk iblisnya, membayangkannya saja sudah membuat Madava ingin tertawa ngakak.

"Pasti si Indihom lagi nangis-nangis di bawah pancuran shower kloset nih." kikik cowok itu seorang diri sembari membuka pintu.

Madava lantas mengernyit, saat mendengar bunyi gedebrak kuat di dalam. Kepo, cowok itu langsung saja berjalan menelusuri ruang tamu memeriksa darimana sumber itu berasal.

Tampak Indira yang tangan kirinya tengah berkacak pinggang, sedangkan tangan kanannya memegang palu. Tengah berdiri memunggunginya di sudut ruangan.

"Woi, Indihom! Ngapain lu disitu, boncel?"

"Ngelampiasin emosi." jawab Indira santai.

Madava bingung, mengerjapkan mata beberapa kali lalu kemudian berjalan mendekati. Melihat apa yang sedang Indira lakukan yang katanya untuk melampiaskan emosi itu.

Dalam satu detik, Madava seketika membeliakkan matanya. Lalu kemudian memekik sembari  mengambil benda kesayangannya yang sudah retak karena dipalu oleh Indira. Jam mahalnya tersayang, sekarang sudah tidak berbentuk jam lagi!

"INDIHOOOM!"

Indira memutar kepalanya dan mendelik sinis. Seandainya matanya bisa mengeluarkan sinar x, mungkin sedari tadi Indira sudah menyemprotkan laser mematikan ke bola mata Madava.

"Ini jam mahal kesayangan gue, Pantat Panci! Nggak ada akhlak lo!" hardik Madava galak, lalu menatap jam tangannya nanar yang kini tergeletak tak berdaya di telapak tangannya.

"Lo yang nggak ada akhlak, Upil Ferguso! Gara-gara lo ngunci gue, gue jadinya nggak bisa sekolah!"

Madava mengerjap, gadis itu songong sekali. Berani-beraninya teriak di depan wajah tampannya.

"Nggak usah teriak lu, cempreng! Ngerusak psikis gendang telinga gue tau nggak?" balas Madava tak kalah galak.

"Bodo amat!"

Madava berkacak pinggang, menatap Indira sengit. Indira sama sengitnya menatap manik mata cowok itu.

"Anak panti kayak lo, nggak bakalan ngerti seberapa berharganya jam ini. Lo jual ginjal lo juga belum cukup buat belinya!" sinis Madava tajam, menusuk Indira dalam.

Rahang Indira mengeras. Madava memang selalu membullynya, bahkan mencela harga dirinya. Tapi kali ini cowok itu sudah benar-benar kelewatan.

"Gue emang anak panti yang miskin. Gue nggak ngerti berapa harga jam itu dan seberapa pentingnya. Yang gue tau, sekolah lebih berharga daripada jam jelek lo itu!"

Living with Badboy ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang