5 : the truth untold

790 251 519
                                    

Jimin memakan dengan lahap ramen yang baru matang 5 menit tadi. Padahal panas, tapi lidahnya serasa kebal dengan panas.

Hening, hanya suara dirinya memakan mie ramen itu. Jimin sebenarnya benci situasi seperti ini, hanya saja dirinya harus terbiasa karena memang hidupnya akan terus seperti ini.

Setidaknya sampai dirinya menikah nanti, tapi Jimin berfikir ada kah yang mau menjadi istrinya? sedangkan dirinya saja cuek seperti ini. Jimin berfikir mungkin saja dia tidak akan menikah, karena seperti ini saja juga sudah membuatnya tenang.

Tapi, Jimin tidak pernah merasakan nikmatnya pernikahan.

Ah, itu masih lama sekali.

Jimin tidak mau berfikir sampai ke sana, lebih baik fikirkan saja masa sekarang dulu.

Selesai makan, Jimin mencuci peralatan makannya. Meskipun Jimin tinggal sendiri, tapi apartemennya cukup bersih dan rapih untuk seukuran laki-laki remaja sepertinya. Kala waktu senggang Jimin selalu memanfaatkannya untuk bersih-bersih.

Jimin tidak suka berantakan dan kotor.

Meskipun ia laki-laki, tapi ia menjujung tinggi kebersihan dan kerapihan.

Drrrttt~

Bunyi getaran ponsel beriringan dengan nada telepon itu memenuhi apartemen Jimin.

Jimin melirik ponselnya, tertera nama 'pria keparat' di layar ponsel itu, yang sebenarnya adalah ayahnya Jimin. Hanya Jimin berfikir kalau terlalu suci jika dipanggil ayah. Jimin malas sebenarnya menjawab, tapi mau tidak mau Jimin mengangkatnya.

"Ada apa?"

'Nanti malam pulanglah kita makan malam bersama'

"tidak bisa, aku sibuk"

'kau tidak bisa menghindari ayahmu terus-terusan begini nak!'

"Aku tidak menghindar, tapi seseorang seperti kau memang pantas dihindarkan."

terdengar helaan nafas dari seseorang diseberang telepon

'baiklah, sudah berapa kali ayah bilang Ayah minta maaf'

Jimin mendengus
"katakan itu pada ibu!"
"kalau kau memang ingin aku pulang dan ikut makan malam bersamamu. Jangan ajak wanita perusak itu!"

'Jimin! dia ibumu!'

Jimin tersenyum miris "ya, ibu pengganti."

'Tapi setidaknya hargailah dia, dia ingin sekali bertemu dan meminta maaf denganmu!'

"untuk apa? aku merasa tak ada yang salah atas kalian terhadapku. Ibuku lebih sakit ketimbang diriku yang hanya kena imbasnya dari perbuatan kalian!"

'Jim, ayah mohon. Pulanglah. Maafkan ayah. Bahkan ini sudah bertahun-tahun tapi kau masih belum juga memaafkan ayah'

tuuttt-

Panggilan diputus sepihak oleh Jimin, tidak peduli dengan ayahnya yang kesal diseberang sana.

.

.

Park Jiyoung, ayah Jimin. pria yang umurnya hampir setengah abad itu hanya bisa menghela nafas pasrah. Ini semua memang salahnya, salahnya yang tidak bisa menjelaskan cerita sebenarnya. Salahnya yang tidak menjelaskan semuanya dari awal.

"Sudahlah, sayang. Kau sudah mencoba begitu keras." Park Liesa, ibu tiri Jimin. Mencoba menenangkan suaminya yang sedih, karena lagi-lagi ia gagal lagi.

"Aku merasa gagal jadi ayah."

"Aku minta maaf, semua ini salahku."

"Hey, ini bukan salahmu sayang. Aku yang salah karena tidak menceritakan semuanya sedari awal."

SCINTILLA ; MINYOONWhere stories live. Discover now