dua puluh empat; kalimat

2.8K 424 50
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa langsung berbondong-bondong untuk pulang. Tapi tidak dengan Resya yang masih santai membereskan alat tulisnya. Ia masih harus berada di sekolah. Apa lagi kalau bukan untuk latihan.

"Gue duluan ya, Rey! Semangat lo latihannya!" pamit Yaya lalu melangkah keluar dari kelas.

"Ati-ati baliknya, jangan mlipir dulu sama Chandra!"

"Asem lo!"

Sekarang, waktunya Resya untuk keluar dari kelasnya. Ia akan langsung menuju ke ruang dance saja. Belum lagi ia masih harus berganti seragam. Ah, ribet deh.

Baru saja melangkahkan kaki keluar dari kelas, tangannya langsung ditarik oleh seseorang. Mengejutkannya lagi, itu Mona. Ada urusan apa coba sampai harus menarik dengan tidak nyelow begini. Resya kira, pertikaian mereka sebelumnya sudah selesai.

"Ikut gue!"

"Duh, apa-apaan sih lo, Mon! Asal tarik-tarik aja, lo kira semongko!" protes Resya berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Mona. "Gue bisa jalan sendiri ga usah lo paksa!"

Mona melepaskan tangan Resya yang kini agak memerah. Gila ya, ini cewek apa drakula. Meskipun Resya juga sedikit——ehm, ganas, tapi kalau ditarik seperti tadi ya tetap saja menyakitkan. Apalagi menariknya langsung dengan kuat, tanpa aba-aba.

Ternyata, cewek berbando pelangi itu membawanya ke belakang sekolah. Duh, ini apaan sih kok kayak mau dibully aja. Kalaupun iya, Resya siap lawan; tahan banting.

"Mau lo apa sih?! Gajelas tau ga!" kata Resya sarkas.

"Mau gue Janu."

"Yaudah ambil aja. Toh, Janu bukan punya gue, dia punya bapak sama bunda-nya. Rebut aja kalo lo mau."

Mona tersenyum miring, membuat Resya yang melihatnya harus mengernyitkan dahinya bingung. Ini cewek mau ngapain sih?! Serius, tingkahnya menyeramkan. Bukan menyeramkan yang takut tiba-tiba saja dijambak atau kekerasan fisik dan mental lainnya, melainkan menyeramkan takut kalau Mona ini ternyata kerasukan. Tiba-tiba tersenyum tanpa sebab.

"Dih, sarap lo!"

"Lo pacaran sama Janu?" tanya Mona tanpa berbasa-basi. Ia hanya ingin mendapatkan jawabannya sekarang juga.

"Kepo banget. Ga bisa move on lo?!"

"Tinggal jawab aja iya atau engga."

Serius saja, Resya malas membalas pertanyaan Mona. Cewek ini terlalu ikut campur urusannya. Kalaupun dirinya dan Janu berpacaran, sudah tak ada urusannya lagi dengan Mona.

"Lo bukan guru yang pertanyaannya kudu gue jawab," balas Resya malas. Ia mengalihkan tatapannya kearah lain. Intinya, ia tak mau bersitatap dengan Mona.

Mona menyisir rambutnya ke belakang. Demi apapun, ia paling kesal jika harus berhadapan dengan Resya.

"Asal lo tau aja, meskipun lo lagi deket sama Janu, tapi Janu masih tetep perhatian sama gue."

Resya mengalihkan pandangannya kearah Mona. Apa maksudnya?! Perasaan, Janu sudah cukup menjauhi Mona. Janu sudah kepalang tak mau berurusan dengan cewek itu.

Tanpa sadar, kalimat tadi mampu membuat Resya berfikir. Perhatian yang seperti apa konteksnya.

"Maksud lo?!"

"Janu ga akan bisa bener-bener jauh dari gue."

Resya memilih untuk tersenyum sinis. "Bilang aja kalo lo masih menginginkan Janu dan ngomong gitu supaya gue kepikiran. Iya kan?! Ga usah licik deh lo."

mas ketos; end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang