Antara pulang dan bertahan

Start from the beginning
                                    

"Dan tadi dia kesini bersama manager sejin menawariku pekerjaan yaitu menjadi manager bangtan." Lanjut ku yang tadi sempat dipotong oleh leya.

Leya langsung duduk di sampingku dengan muka yang sangat terkejut, mungkin tadi mukaku seperti dia di depan bang PD-nim dan manager sejin.

"Bagaimana bisa?" Mungkin hanya itu yang bisa terucap keluar dari bibirnya.

"Kau ingat saat waktu itu memberi tahu aku bahwa bangtan pulang tiba-tiba, itu karena tepat setelah konser selesai manager sejin jatuh sakit dan ada masalah sedikit di tenggorokannya menyebabkan suaranya menjadi terganggu. Karena itu bang PD-nim mencari manager baru dan dia malah memilihku. Aku bingung dan takut, jika aku menerimanya aku takut bangtan tidak akan mau menerimaku karena aku seorang muslim." Ucapku pada leya dan sepertinya dia paham karena dia  sesekali mengangguk saat aku berbicara.

"Menurutku lebih baik kau menerimanya, kau kan jadi ada pengalaman menjadi manager idola sendiri." Kata leya dengan  menggerakkan kedua alisnya secara bersamaan. Aku hanya memutar bola mataku malas.

"Leya benar asma, dan kau juga belum memberitahu keluargamu yang ada di Indonesia bahwa kau akan pulang kan?" Timpal halmeoni. Benar juga kata halmeoni, tapi aku masih ragu untuk menerimanya.

"Aku akan pikirkan nanti." Ucapku menutup pembicaraan. Aku juga melihat ekspresi wajah leya dan halmeoni tersenyum senang.

******

Setelah selesai shalat isya, aku duduk di balkon kamar. Pikiranku terus saja memutar kejadian tadi sore. Aku ingin menerimanya tapi aku belum pernah menjadi seorang manager sebelumnya, dan jika aku menerimanya belum tentu bts menerima aku sebagai managernya.

Ingatanku tiba-tiba saja mengingatkan aku sesuatu, aku sering melihat video para member bts yang sedang berinteraksi dengan army muslim. Pada saat bts sedang melakukan fansign, bts terlihat senang saja berbicara dengan mereka bahkan ada yang sampai berpegangan tangan. Jadi, mungkin bts akan tetap menerima aku sebagai managernya.

Namun sepertinya tidak segampang yang aku bayangkan, para army yang mengikuti fansign sudah mengantri Berjam jam jadi bts tak akan membuat para army  kecewa saat bertemu, sedangkan aku?aku akan menjadi manager mereka dan selalu bertemu dengan mereka jadi mereka akan berpikir seribu kali untuk menerima aku sebagai managernya.pasti, itu pasti!.

Asma, tapi kau juga jangan suudzon pada bts, mereka sangat menyayangi semua army, mereka menerima army apa adanya, kau juga harus ingat itu.

Ah, kepalaku pusing memikirkan itu semua. Aku mengacak-acak jilbab yang aku kenakan, aku benar-benar stres memikirkan semua ini.

Ya Allah, berilah hamba petunjuk dari mu. Karena hanya kepadamu lah hamba meminta pertolongan.

"Apa kau sudah memikirkannya, asma?" Ucap leya mengagetkanku, aku menoleh dan leya sudah duduk di samping ku.

Aku mengernyitkan dahi, bagaimana bisa leya disini?pasti dia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan itu sudah menjadi kebiasaanya.

"Entahlah Lee?"

Leya menepuk bahuku pelan, aku menoleh melihat leya yang tersenyum manis. "Aku tahu kau masih bingung dengan keputusanmu, tapi percayalah aku akan selalu mendukung keputusanmu dan semoga keputusan yang kau ambil adalah yang terbaik bagimu, asma."

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan leya, setelah mengatakan itu leya pamit untuk pulang karena sebenarnya leya tak sengaja melewati rumah halmeoni dan leya putuskan untuk mampir.

Aku berjalan menuju ke meja belajar, duduk bersandar dan menutup mata berharap ini semua adalah mimpi dari tidurku, namun saat aku membuka mata kembali tak ada yang berubah. Aku masih duduk di kursi pertanda ini adalah nyata.

Tak sengaja, aku melihat foto ku yang berada di bawah lampu belajar. Foto saat aku masih duduk di bangku SMK. Aku jadi teringat suatu kejadian, aku masuk ke SMK dengan jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran. Saat itu, aku masih sangat ingat hari Senin adalah jadwalku piket di UP ( unit produksi ), seperti biasa sebelum bel istirahat kesatu berbunyi namun sudah ada yang membeli jajan ataupun goreng-gorengan. Dan aku adalah bagian penggorengan, saat aku sedang menggoreng aku tak sengaja mendengar pembicaraan Kaka kelas yang sedang duduk tak jauh dari tempatku. Mereka membicarakan tentang namjoon oppa, seketika aku menajamkan pendengaran ku, dan yang aku dengar adalah mereka sedang berebut namjoon oppa, bahwa namjoon oppa adalah miliknya dan masih banyak lagi. Aku yang mendengar perdebatan itu tersenyum sekaligus merasa senang, senang bukan karena mereka berdebat namun karena ternyata banyak orang yang menyukai bts, mereka bukan hanya mengagumi paras setiap member namun menghargai setiap karya yang bts buat, dan yang lebih membuatku terharu adalah mereka berharap bisa bertemu dengan bts seperti ku. Tanpa sadar aku menangis namun, segera aku hapus dengan ujung jilbabku dan melanjutkan tugasku.

Ah, aku bernapas panjang. Menyandarkan tubuhku pada kursi belajar. Bang pd-nim. Apa yang harus aku lakukan padanya?jawaban apa yang harus aku berikan pada bos besar big hit itu?.

Sudahlah, aku akan memikirkan itu nanti. Lebih baik aku beristirahat supaya perasaanku lebih tenang dan aku hanya berharap, semoga besok keputusan yang aku ambil adalah yang terbaik untuk semuanya.

°°°

Alhamdulillah, saya update sekarang.

Oke, selamat membaca😊

Jangan lupa vote and coment,
Syukron:)

Because They ( Tidak Dilanjutkan )Where stories live. Discover now