Seketika juga Alle kembali melotot.

"Boleh tante?"

"Boleh dong, Bunda malah seneng." ujar Alisha nampak semangat.

Alle langsung kembali merebut ponsel miliknya. Menatap Arland yang kini tengah menyunggingkan senyum sinisnya.

"Udah ya bun, Alle tutup." ujar Alle seketika.

"Gak sabaran banget pengen jalan berdu--"

"Bunda! Wassalamualaikum." ujar sela Alle langsung mematikan ponselnya.

Alle langsung beralih menatap Arland. "Gak ada helm, gitu?" tanya Alle.

"Gak! Udah buruan," ketus Arland seketika.

"Ck," dumel Alle langsung naik ke motor ninja Arland.

•••


Alle menatap kagum bangunan yang ada didepannya ini. Alle kira, rumah-rumah bak istana ini hanya ada didongeng-dongeng yang ia baca, tapi kali inii benar-benar nyata. Alle bahkan dibuat tercengang saat melihatnya.

"Lo mau disitu sampai kapan?" suara Arland lantas membuyar lamunannya. Sungguh, menyebalkan sekali rasanya kepergok disaat-saat memalukan seperti ini.

"Kok sepi, keluarga lo mana?" tanya Alle saat melangakah masuk. Keluarga yang Alle maksud adalah ibu dan Ayah Arland, mungkin bisa jadi adik atau Kakaknya Arland.

"Gue gak punya keluarga." ketus Arland melempar tasnya asal.

Alle mencebik pelan. Ia bertanya baik-baik dan malah dijawab ketus.

"Eh, aden udah pulang. Mau makan den?" Alle sontak menoleh dan menemukan seorang wanita paruh baya yang ia yakini adalah pembantu dirumah ini.

Alle tersenyum manis saat wanita paruh baya itu menatapnya.

"Arland bisa sendiri," jawab Arland sedikit ramah. Setidaknya, cowok itu masih memiliki tatak ramah dengan orang tua.

Sang bibi pun lantas berlalu dengan senyum tipis dibibirnya.

"So, silahkan bekerja. Gue laper." ujar Alle disertai kekehan diakhirannya.

Tanpa mau menjawab, Arland langsung menuju ke dapur. Ruang yang sangat jarang ia masuki.

Alle mengekor dibelakang. Ia duduk dikursi yang sudah tersedia disana dilengkapi meja kecil disana.

Arland menatap datar benda-benda asing didepannya. Bawang, kecap, dan masih banyak kawan-kawannya.

"Ayo buruan," kata Alle memecah kebingungan Arland seketika.

"Ck, lo tau kan gak bisa masak! Kenapa gak pesen aja sih?!" sungut Arland membanting pisau yang sempat ia pegang.

"Lo yang buat lo yang harus tanggung jawab. Gimana sih. Yaudah sini," terpaksa Alle bangkit, meletakan tasnya dan memulai aksinya membantu laki-laki itu.

"Nih pertama ambil nasi dulu, nasi mana sih?" kata Alle celingukan, kemudian tersenyum saat menemukannya.

"Terus gue ngapain?" tanya Arland tidak ketus lagi, namun terdengar datar.

"Potongin bawang bombay sama cabai, nanti bumbu yang lain gue yang bikin. Baik kan gue?" ujar Alle masih sempat-sempatnya bertanya.

Sontak saja Arland menoleh dan menoyor jidat Alle.

Keduanya pun sama-sama bekerja, berselisihan dan fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Baru setengah bawang yang Arland potong, matanya mulai terasa pedih dan berair.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now