Bagian 2

412 67 1
                                    

RAYA

Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Rasanya berat banget buat bangun. Kepalaku masih pusing.

Aku berusaha duduk dan melihat sekeliling, mencoba mengenali ruangan serba putih ini. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul tiga sore.

Aku mencoba mengingat, siapa orang yang membawaku ke sini.

Toilet ... muntah ... lalu, aku reflek menutup mulut ketika mengingat satu ingatan itu. Astaga! Segera ku sambar tas di sisi ranjang lalu berdiri susah payah buat keluar. Untung tidak ada yang jaga. Hanya ada segelas teh manis hangat yang sempat ku minum seteguk sebelum keluar dari ruang kesehatan ini.

"Oy!"

Aku sontak berhenti dan menoleh ketika mendengar derap langkah mendekat.

"Mau kemana?"

Aku meringis begitu mendapati laki-laki ini berdiri menjulang di hadapanku. Dia menatapku dingin-atau mungkin itu tatapan marahnya? Ah. Nggak tahu! Rasanya pengen punya jurus menghilang saja sekarang.

"Gue rasa lo harus tanggung jawab soal ini."

Dia melempar kaos basket berwarna merahnya dan aku langsung jijik sendiri ketika menangkapnya.

Aku meringis menatap laki-laki itu. "Sorry banget. Tadi gue nggak sengaja." Aku benar-benar merasa bersalah, tapi laki-laki itu malah menatapku malas.

"Lagian, lo ngalangin jalan gue sih tadi. Salah sendiri." Suaraku memelan di akhir kalimat dan makin tak berani menatap mata laki-laki itu.

"Bukannya bilang makasih udah ditolongin, malah nyalahin gue balik, heran." Setelah mengatakan itu dengan nada ketus, dia berbalik dan pergi.

Aku berdecak melihat punggung Jevan yang semakin menjauh.

"Bakal gue cuci sampe bersih kok! Tenang aja!" teriakku, berharap bisa terdengar oleh laki-laki ketus itu.

*****

"Duh kakek ... udah dong marah-marah nya. Raya tambah pusing nih." keluhku, sambil berjalan ke sofa dan merebahkan badan di sana.

"Kamu bikin tamu kakek nunggu sampai satu jam, tau?"

Aku memijit kening mendengar kakek yang masih mencak-mencak. Nggak paham banget kalau aku masih loyo.

"Tadi Raya pingsan loh, kakek nggak kasian apa?"

"Nggak ada yang nyuruh kamu buat donor darah, Raya."

Duh, makin pening kepala.

"Emang ada apa sih, kakek? Raya lagi di kampus sampai ditelpon segala. Nggak biasanya."

Daripada makin adu mulut, aku bangun dan jadi pihak yang mengalah. Pengen cepat tidur juga!

"Kakek mau kenalin kamu sama seseorang."

Aku mengernyit, "Siapa? Dan kenapa?"

"Nanti kakek jadwal ulang buat ketemu sama mereka. Sekarang kamu makan, terus langsung tidur. Kakek masih ada urusan di luar."

Kakek bangkit dan meninggalkanku dengan berbagai pertanyaan di kepala.

Mereka?

Aku mau dikenalin ke siapa?

****

Kjk (3)

[Bara]: Ini kita cuma bertiga?

[Lala]: Iya, yang lain udah pada pas berempat.

[Bara]: Oh iya, si Jevan kan sendiri.

Travel To You Where stories live. Discover now