12; kim mingyu

3.8K 373 33
                                    

"Hyung, tumben aku tidak melihatmu di kantin."

Suara sapaan suara berat dan serak milik pemuda jangkung berkemeja biru muda itu menyapa Seungcheol pertama kali ketika ia masuk ke gedung perusahaan. Orang itu Kim Mingyu, satu-satunya teman Seungcheol yang tahu soal pernikahannya dengan Jeonghan.

Sejak awal, Mingyu sudah tidak setuju dengan ide temannya yang bodoh ini. Bagaimana mungkin seorang laki-laki menikah dengan laki-laki pula? Butuh waktu sangat lama bagi Mingyu hanya untuk penasaran bagaimana seorang lelaki tidak bosan dengan lelaki lainnya untuk intensitas pertemuan yang padat. Maksudnya, Mingyu suka sekali bergaul, namun terus-terusan bersama lelaki yang sama membuat Mingyu jengah. Sudah jelas karena ia masih suka perempuan.

Tapi akhirnya ia menerima itu, meski tidak sepenuhnya menerima. Sesekali ia masih melontarkan sedikit candaan dengan tujuan memancing Seungcheol mendekati seorang gadis, namun selalu berakhir dengan lelaki itu memerkan segaris senyum pertanda ia tak tertarik.

Mingyu tidak membenci Jeonghan, jika bisa jujur ia bisa memuji Jeonghan adalah orang yang baik. Meski sudah tahu sejak awal soal ini karena ia adalah orang terdekat Seungcheol, Mingyu tetap saja masih sering bingung akan banyak hal.

"Aku makan siang dengan Jeonghan."

"Oh, tumben sekali."

"Kurasa aku harus sering makan siang dengannya."

"Ah, ayolah hyung." Mingyu tiba-tiba mengeluh. "Aku benar-benat tidak punya teman jika kau makan siang di luar gedung."

"Kau ini anak SD ya?"

Mingyu merengut saja sambil tetap membuntuti seniornya itu.

"Ah, hyung." Ia tiba-tiba berhenti ketika menerima pesan di ponselnya. "Bolehkah aku meminta sedikit bantuan?"

**

Seungcheol benar-benar lelah sore itu, tapi ia tidak enak hati menolak permintaan Mingyu. Lelaki itu sudah banyak menolongnya jadi sekali-kali ia rasa ia harus membalas kebaikan itu.

Saat ini rasanya Seungcheol ingin berhambur ke pelukan Jeonghan atau sekedar mengapit Jihoon diantara lengannya lalu bermain dengan pipi tembam bocah itu tapi sayang ia harus tetap di kantor untuk membantu karyawan baru di divisi mereka menyelesaikan pekerjaannya.

Ini tugas  Mingyu sebenarnya, tapi si jangkung bertaring itu malah mendadak harus pulang cepat karena kekasihnya mengabari bahwa ia sedang mengandung anak Minyu.

"Maaf aku malah  merepotkanmu, Seungcheol sunbae." Gadis bernametag Hong Younghee itu membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai tanda meminta maaf.

"Ah, tidak apa-apa. Mingyu punya sedikit urusan jadi aku akan menggantikannya. Kau tidak keberatan, kan?"

"Tidak sama sekali. Aku sangat berterima kasih."

Seungcheol memberi tahu hal-hal yang harus dilakukan gadis bersurai panjang itu, ia mulai memahami sepertinya Younghee agak sedikit lamban namun lumayan gigih. Gadis itu juga sopan dan ramah jadi Seungcheol tidak terlalu terganggu dengannya.

"Ah, Younghee. Kau bisa memanggilku Seungcheol saja. Rasanya sedikit canggung jika kau memanggilku sunbae." Ujar Seungcheol dengan intonasi ramah. Ia sudah pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi gadis itu tampaknya masih agak gugup ketika berhadapan dengan Seungcheol.

"Ah, aku mengerti, Seungcheol."

Tumpukan kertas dan dokumen yang dikerjakan gadis itu perlahan menipis. Jam membawa waktu semakin larut. Seungcheol tetap terpaku, memandangi garis wajah gadis itu dari samping. Ia terlihat sangat serius, lalu tanpa sadar Seungcheol malah menyibakkan anak rambut gadis itu ke belakang telinganya. Younghee terkejut setengah mati, hampir menjatuhkan mouse di tangan kanannya.

"Ah, maaf. Kupikir rambutmu akan mengganggu."

Hening. Seandainya Seungcheol tahu bagaimana detak jantung Younghee saat ini akibat ulahnya. Seungcheol tak punya maksud apa-apa tentunya, dan ia tak memikirkan apa-apa.

Saat ini tidak.

"Apa sudah selesai?"

"Ah, sudah." Younghee mengangguk lalu merapikan mejanya. "Terima kasih, S-seungcheol."

"Tidak masalah. Ah, apa kau membawa kendaraan?"

Kedua mata bulat Younghee berkedip cepat. "Tidak. Aku naik angkutan umum."

Senyum manis dan ramah mengembang di bibir Seungcheol. "Aku akan mengantarmu pulang."

**

"Ah, hyung. Kau mengantarnya pulang?"

"Hm. Bagaimana Mina?"

"Dia dan kandungannya baik-baik saja, sekarang sedang istirahat. Aku tidak sabar ingin punya anak!" Pekik lelaki itu dari ujung telepon.

Seungcheol hanya mengembus napas beratnya. Ia memijak pedal gas ketika lampu jalan berubah hijau.

"Selamat, kalau begitu. Kasihan sekali anak itu punya ayah sepertimu."

"Eh, apa kau bilang? Jangan bicara seenaknya hyung!"

"Kau ini berisik."

"Ya ya terserah kau saja, hyung. Omong-omong, bagaimana Younghee?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Bukankah dia cantik? Apa hatimu tidak tergerak sedikit saja--"

"Kim Mingyu." Nada suara Seungcheol memberat. Raut wajahnya berubah serius meski diujung sana Mingyu tak melihatnya. "Aku sudah punya keluarga. Sekarang diriku bukan hanya tentang Jeonghan, tapi juga tentang Jihoon."

Mingyu terdiam. Sedikit banyak hal ini  merupakan rencananya untuk merubah haluan Seungcheol kembali pada yang seharusnya. Ia yakin senior yang sudah ia bangga-banggakan sejak masa sekolah dulu pasti saa ini hanya tengah kebingungan dan salah dalam pilihannya, Seungcheol pasti bisa berhenti menjadi gay.

"Maaf, hyung. Aku tidak bermaksud."

Seungcheol tak menyahut.

Tut.


















Kalian cape ga sih aku update tiap hari? Wkwk

Daddy | JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang