3; how?

6.8K 643 13
                                    

Kehidupan berjalan seperti biasa. Jihoon sudah terbiasa dengan sekolahnya. Urusan kantor Seungcheol dan Jeonghan cukup lancar. Mereka bergantian menjemput Jihoon di sekolah setiap harinya.

Suatu malam saat mereka berkumpul di meja makan setelah menyelesaikan makan malam mereka, Jihoon melontarkan sebuah pertanyaan.

"Ayah, papa, bagaimana aku bisa lahir?"

Seketika Jeonghan dan Seungcheol membatu. Mereka saling melempar tatap, wajah keduanya begitu panik. Keduanya bahkan seakan lupa cara menarik napas.

"Temanku bilang anak-anak lahir dari tepung, susu, dan gula yang diaduk."

Seungcheol dan Jeonghan akhirnya menghela napas lega. Beruntung, Jihoon hanya anak-anak.

"Y-ya, begitulah." Jeonghan menyahut.

"Tapi kenapa aku tidak punya ibu?"

Serangan telak kembali membungkam keduanya.

"Teman-temanku punya satu ayah dan satu ibu, tapi aku punya satu ayah dan satu papa."

Meja makan sesaat hening.

"Jihoon, kau tau, ayah dan papa itu sedikit berbeda." Seungcheol akhirnya mengambil alih pembicaraan.

"Apanya yang berbeda?" Tanya Jihoon penasaran.

"Ah, Jihoon!" Jeonghan tiba-tiba memotong percakapan mereka. "Bukankah kau harus menyelesaikan gambarmu? Ini sudah lewat jam 8, kau bisa terlambat tidur."

Jihoon terkejut kemudian buru-buru berlari ke kamarnya untuk mengerjakan pr menggambar.

Sementara itu di ruang makan, Jeonghan menatap intens Seungcheol dengan kedua matanya yang sayu. Wajahnya masam, merasa sedikit kesal dengan suaminya itu.

"Jihoon masih terlalu kecil untuk ini." Ia angkat suara.

Seungcheol membuang muka. "Aku tahu."

Dapat Seungcheol rasakan perlahan jemari kurus Jeonghan menyelinap diantara jemari miliknya. Genggamannya perlahan mengerat, kemudian ia membalikkan wajah dan mendapati Jeonghan tersenyum tipis di hadapannya.

"Bukankah kita bahagia sekarang?"

Tentu, Seungcheol bahagia. Ia punya suami yang manis dan anak yang baik.

"Tentu." Sahutnya.

"Jangan rusak suasana ini karena hatimu yang kalut, Seungcheol. Bukankah sejak ada Jihoon kita sudah memikirkan hal ini?"

Lelaki berambut hitam itu terdiam sejenak, kemudian menarik tengkuk Jeonghan dan mencium singkat bibir lelaki itu.

"Kau benar."

Daddy | JeongcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang